Dia Juga 'Kartini'

***
"Ketemu yang pertama, terlantar di pojok pasar, gemetar kedinginan."
"Yang kedua, di jalan pas pulang kerja. Kalau yang ketiga.... di samping salah satu 'pura' di Denpasar. Aku lupa namanya."
“Nah, yang keempat dan kelima itu ditinggalin gitu aja di dekat tempat sampah."
"Mmmm... sebulan ngabisin beras sekitar 25 kilo. Kadang lebih malah. Prinsipku pokoknya mereka makan dulu. Kalo aku gampanglah...."
"Makanya aku selalu minta sama Tuhan untuk nggak ambil nyawaku lebih dulu. Siapa yang akan urus mereka kalau aku nggak ada?"
***
Semua kalimat lirihmu itu… membuat mataku berkaca
Sekat lidahku tak mampu jujur berkata, kalau aku sebenarnya tak suka mereka
Dan otakku ini langsung dipenuhi kalimat tanya,"Kok bisa?"
Banyaknya sorot mata yang memandangmu aneh
tak sekalipun membuat wajahmu menoleh
Gunjingan ibu-ibu bergincu di sekitar situ
juga tak mendapat hiraumu.
Seandainya ayah dan ibumu tahu
begini caramu berdedikasi
Pasti mereka akan melarangmu
dan memintamu kembali ke Sulawesi
"Bukannya aku berniat bohong sama orangtua, tapi aku benar-benar tak sanggup jika harus meninggalkan mereka," katamu saat itu dengan wajah sendu.
Aku sering melihatmu pergi
mencari nafkah dengan bekerja setengah hari
Agar sebelum gelap menyelimuti
kau sudah kembali
Suatu sore menjelang Hari Raya Nyepi
ketika berjalan-jalan sambil mencari inspirasi
Aku melihatnya sendiri
bagaimana cinta berinteraksi
Goyangan ekor, jilatan dan tatapan mata penuh rindu
dari tubuh-tubuh kurus penuh luka itu
langsung mendapat belaian lembut tanganmu
satu persatu
Gonggongan mereka yang biasanya membuat mulutku menggerutu
menggerakkan semesta untuk meronakan wajahku
lalu kemudian menyadarkanku
"Mereka seharusnya juga mendapatkan sayangku."
Pantas saja kau tak bisa pergi...
karena mereka memang sangat layak dicintai dengan segenap hati
tanpa nurani berbudi, tak mungkin itu bisa kau jalani
Orang seperti apa aku ini?
Bisa-bisanya menghakimi perjuangan dan pilihan hati
seorang perempuan berjiwa 'Kartini'?
Meski maaf belum kau beri, dalam hati aku berjanji
Setiap kali mendapat rejeki, 'anak-anakmu' akan kubagi
Tapi…
Entah kapan janji itu bisa kupenuhi
Pagi ini... satu hari sebelum memperingati lahirnya Ibu Kartini,
aku mendapati rumah sewaan yang biasanya kau tempati
sepi dan terkunci
Tulisan ‘RUMAH DIJUAL’ yang menempel di dindingnya
membuatku meneteskan air mata
Tanpa sadar, kantong berisi 'cinta' yang sedang kubawa
jatuh seketika...
SELAMAT HARI KARTINI
Untuk E.N., perempuan separuh baya yang mendedikasikan diri untuk mengurus anjing-anjing terlantar di Bali. Semoga kau dan ‘anak-anakmu’ selalu sehat dan bahagia dimanapun kalian berada.
Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.