HELLO 48,HELLO LOVELY

HELLO 48, HELLO LOVELY
“Sesungguhnya setiap hembusan nafas seseorang adalah langkah menuju ajalnya ( Ali bin Abi Thalib)”.
Selamat ulang tahun wahai jiwaku, tubuh dan pikiranku. Mulai sekarang kupanggil kalian Lovely. Terimakasih telah membersamaiku selama ini. Terimakasih untuk tetap sehat dengan panca indra yang masih lengkap .Terimakasih untuk ketangguhanmu menghadapi dunia dengan penuh dramanya. Terimakasih untuk kebaikanmu yang bisa menjagaku untuk tetap waras.
Maafkan Aku selama ini sangat tidak mempedulikanmu, menganggap bahwa engkau serta merta ada, tumbuh dan berkembang dengan sendirinya sesuai usia. Aku lalai memberi ruang dan waktu untuk kita bercakap berdua saja. Aku tak perduli dengan sinyal yang kau kirimkan sebagai tanda kau butuh perhatian, tidak mau lagi diabaikan. Aku menyalahkan waktu sebagai kambing hitam. Aku mencari seseorang untuk ku jadikan alasan. Aku membuat tujuan yang kukira puncak penyelesaian.
Lovely, Maafkan Aku yang teramat membebanimu. Maafkan Aku begitu lama meninggalkanmu.
Tubuh, engkau terus membawa beban jauh di atas kapasitasmu selama bertahun-tahun, Aku sangat faham mengapa sekarang engkau mulai mengelus lututmu.
Jiwa, kini aku hampir tidak mengenalmu lagi. Engkau begitu berubah. Lebih banyak kuberi engkau kemarahan, kekecewaan dan kesedihan dibanding rasa bahagia. Aku egois menyelesaikan beberapa babak kehidupan yang perih dengan cara mematikan semuanya, bukan hanya kehilangan memory namun sekaligus rasa yang menyertainya hingga timeline hidupku ada banyak bagian yang kosong . Aku hujani engkau dengan rasa ketakutan akan banyak hal, kecemasan tiada batas. Aku tidak pernah meraba apa yang kau butuhkan, hingga ketika suatu saat engkau sakit, Aku sibuk mencari obat instan.
Pikiran, Aku tidak memberimu kata lelah hingga kau terus dipaksa bekerja. Ku abaikan hakmu untuk beristirahat dengan wajar, bahkan saat di pembaringan pun ku minta kau tetap siaga.
Betapa dzolimnya Aku pada kalian selama ini,lovely!
Di 6 bulan bulan terakhir ini, Aku merasa sendirian, hampa ,sepi sekali. Aku mencari apapun di luar sana untuk mengisinya dengan berbagai cara. Sesaat sepertinya terpenuhi,namun tak lama rasa itu kembali lagi. Hingga Akhirnya Aku tersadar dan mulai mengingatmu Lovely, yang sesungguhnya adalah menyatu denganku namun selalu kuabaikan. Aku lalu mulai menyapamu, sangat tidak mudah memulainya karena kita rasanya begitu asing, begitu aneh. Aku tidak tau apa yang kalian suka dan apa yang kalian inginkan . Lalu kita perlahan dan tersendat mulai bercakap tentang banyak hal. Tentang kepedihan masa lalu yang sebetulnya memberikan pilar kekuatan , tentang pengkhianatan orang-orang terdekat yang sesungguhnya memberikan ketangguhan dan tentang kekecewaan yang akhirnya memaksaku membuat makna baru tentang harapan.
Kamu seperti orang yang meledak setelah tangkimu penuh dan tak mampu kau tampung lagi. Dengan terbata kau ungkapkan apa yang kau rasa. Engkau menangis berharap airmata dapat menjadi jalannya. Tapi, tangismu terhenti ketika kutanya mengapa. Engkau berteriak lelah : “ Haruskah segala sesuatu ada alasannya, haruskah setiap hal ada tujuannya. Tak bisakah kita sejenak menjalani ini mengalir saja seperti paru-paru yang terus bekerja hingga kamu tidak sadar terus bernafas dengannya ?”
Aku tercenung, maaf sudah menyela. Aku mencoba memahami dan mendengarkanmu lebih dalam dan lebih dalam lagi. Lalu merangkak dengan banyak pertanyaan untuk menggali kedekekatan kita. Siapa Aku, apa saja yang telah Aku lalui selama ini, bagaimana sikapku,untuk apa Aku diciptakan hadir di dunia ini dan apa yang kuinginkan di waktu selanjutnya. Aku mulai melibatkanmu dalam setiap proses itu.
Perlahan Aku merasakan aliran sejuk menyelimuti tubuh,jiwa dan pikiranku. Sepertinya kita mulai bersepakat membuat ikatan bersama,Lovely. Meskipun benangnya masih samar dan rapuh tapi Aku yakin dengan kesadaranku untuk terus bersamamu, benang-benang itu akan bergabung bersama menjalin untaian dengan bentuk yang jelas sesuai kemauan kita, bukan kemauan orang lain !
Starry, starry night
Paint your palette blue and gray
Look out on a summer's day
With eyes that know the darkness in my soul
Shadows on the hills
Sketch the trees and the daffodils
Catch the breeze and the winter chills
In colors on the snowy, linen land
Now, I understand what you tried to say to me
And how you suffered for your sanity
And how you tried to set them free
They would not listen, they did not know how
Perhaps they'll listen now
Starry, starry night
Flaming flowers that brightly blaze
Swirling clouds in violet haze
Reflect in Vincent's eyes of china blue
Colors changing hue
Morning fields of amber grain
Weathered faces lined in pain
Are soothed beneath the artist's loving hand
Now, I understand, what you tried to say to me
How you suffered for your sanity
How you tried to set them free
They would not listen, they did not know how
Perhaps they'll listen now
For they could not love you
But still your love was true
And when no hope was left inside
On that starry, starry night
You took your life as lovers often do
But I could have told you, Vincent
This world was never meant for one
As beautiful as you
Starry, starry night
Portraits hung in empty halls
Frameless heads on nameless walls
With eyes that watch the world and can't forget
Like the strangers that you've met
The ragged men in ragged clothes
The silver thorn of bloody rose
Lie crushed and broken on the virgin snow
Now, I think I know what you tried to say to me
How you suffered for your sanity
How you tried to set them free
They would not listen, they're not listening still
Perhaps they never will ( Vincent- Don McLean)
Fase sebagai anak, sebagai pimpinan perusahaan yang terperangkap dengan To DO List dan hampir 25 tahun sebagai istri dan Ibu ; dimana setiap gerak harus karena orang lain , harus persetujuan orang lain, harus memikirkan sebab akibat. Setiap kepedihan yang datang hanya bisa ditelan tak bisa dimuntahkan karena khawatir dengan sekeliling, khawatir dengan penilaian orang lain, khawatir akan melukai orang lain, khawatir memusnahkan kebahagiaan orang lain. Membuatku seperti tidak lagi punya hak pribadi atas diriku . Aku telah lama kehilanganmu,Lovely.
Ayo, bismilah kita mulai kesepakatan di hari ini, di hari 48 tahun kita bersama. Hari ini telah kurencanakan kita berdua saja agar kita bisa makin melekat. Sejak pagi Aku menyetir sendiri perlahan sambil mendengarkan lagu-lagu tahun 90-an yang sengaja aku download sebelumnya, lagu yang dulu sering kita nikmati bersama, berharap rasa yang hilang akan memercik tergugah . Perlahan malu-malu kamu mulai bercerita, bahwa lagu-lagu ini yang mengiringi kita saat membaca buku-buku kesukaanku, saat jatuh cinta dan saat belajar hingga jatuh tertidur. Nothing gonna change my love for you, Right here waiting, When you tell me that you love me, I love you , Teach me how to dream ; mengetuk pelan kenangan kita. Aku bisa merasakan engkau mulai tersenyum. Sesederhana itu saja kita bisa memulai bahagia.
Perlahan rasa ini memantik masa terindah dalam hidup kita,saat kuliah di Bandung dulu. Dimana Aku adalah Aku, bukan anak siapa saudara siapa. Aku belajar menjadi manusia merdeka dimana apapun yang kupilih,kulakukan ,kupikirkan dan kuputuskan akan berakibat untuk diriku sendiri. Aku bebas menghabiskan sebagian besar uangku dengan membeli buku di Palasari dengan konsekuensi makan sekali sehari, Aku bebas terus membaca hingga absen kuliah dalam pelukan selimut pink dan hawa dingin , Aku bebas berjalan tanpa tujuan hingga tersesat dan akhirnya menemukan jalan pulang dengan rasa kemenangan. Indah, hangat menyenangkan sekali.
Puas menyetir, kita rehat di café Kebun Raya Bogor. Hanya kita berdua saja.
“DI RESTORAN
Kita berdua saja, duduk. Aku memesan
ilalang panjang dan bunga rumput --
kau entah memesan apa. Aku memesan
batu ditengah sungai terjal yang deras --
kau entah memesan apa. Tapi kita berdua
saja, duduk. Aku memesan rasa sakit
yang tak putus dan nyaring lengkingnya,
memesan rasa lapar yang asing itu.
(1989)”
― Sapardi Djoko Damono, Hujan Bulan Juni
Makan dengan sangat perlahan menikmati setiap kecap liur dan menuliskan cerita kita. Aku berjanji bila Allah masih mengizinkan kita bersama, Aku akan mengulang ritual hari ini di setiap penambahan usia kita.
Bukan sebatas itu saja, Aku akan mulai membuang beban berat di ragaku dengan memberikan nutrisi terbaik yang engkau butuhkan bukan meracunimu dengan yang Aku inginkan, memberikanmu hak bergerak setiap hari agar setiap organ dan pembuluh darahmu bisa aktif , mengisi jiwa dan pikiran dengan hal-hal yang menyenangkan ( meskipun khusus hal ini masih perlu waktu karena Aku lupa apa yang membuat Aku senang). Aku akan mulai tegas berkata “tidak” terhadap sesuatu yang tidak ingin aku lakukan.
Karena pada masanya nanti, kita hanya berdua saja, iya mungkin hanya tinggal engkau dan Aku .Orang-orang terdekat akan meninggalkan kita. Di saat itu, kita harus terus sehat dan tidak menjadi beban siapapun, menjadi orang merdeka. Bila waktu kita bersama telah berakhir, maka kita bisa meninggalkannya dengan jejak bahagia.
“Aku telah banyak mengalami kekecewaan dalam hidup, namun yang paling berat adalah berharap pada manusia ( Sayyidina Ali bin Abi Thalib)”. Maka Aku belajar kembali menyusun makna harapan setelah Aku banyak melewati kekecewaan. Membuat harapan hanya untuk diri sendiri dengan tetap mendoakan orang-orang terkasih. Aku tidak punya lagi harapan material apapun, Aku akan melepaskan perlahan semua beban yang tak semestinya terus kau tanggung,Lovely.
Maafkan Aku yang lama mendzolimimu. Terimakasih telah sangat sabar setia denganku. Terimakasih memberiku kesempatan untuk bisa kembali padamu. Teruslah bersamaku , temani Aku hingga nafas terakhir. Kita bersama akan ke sana dengan rasa bahagia yang kita rumuskan bersama dengan defenisi kita sendir. Selamat datang kembali tubuh, jiwa dan pikiran kita. I love you my Lovely.
Bogor,16 Juni 2021.
What a Wonderful World ( Louis Amstrong)
I see trees of green
Red roses too
I see them bloom
For me and you
And I think to myself
What a wonderful world
I see skies of blue
And clouds of white
The bright blessed day
The dark sacred night
And I think to myself
What a wonderful world
The colors of the rainbow
So pretty in the sky
Are also on the faces
Of people going by
I see friends shaking hands
Saying how do you do
They're really saying
I love you
I hear babies cry
I watch them grow
They'll learn much more
Than I'll ever know
And I think to myself
What a wonderful world
Yes, I think to myself
What a wonderful world
Ooh, yes
Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.