Renungan si Gembala Babi

Renungan si Gembala Babi
Prickles

Sejak kecil, sebagai kakak ke dua, tanggung jawab saya besar. Di kampung kami, sebagai pedagang, ayah saya juga bertani dan beternak. Kami 5 bersaudara dan di rumah kami selalu ada pekerja yang membantu ayah saya jualan di pasar. Ayah saya seorang grosir pakaian jadi. Dulu sih ayah saya termasuk salah seorang pedagang besar di kabupaten dimana kami tinggal. Tapi namanya di kampung, penghasilan pedangang tidak besar-besar amat lah..Karena anak Ayah saya banyak, maka selain berdagang, Ayah saya juga bertani dan beternak. Ternak yang paling sederhana dan cepat menghasilkan uang adalah babi. Pernah 15 ekor babi besar, yang menjadi peliharaan kami. Itu aku hampir beraroma babi saking terlalu lama ngurus babi. Tanganku bau singkong yang di olah sedemikian rupa beserta sisa sisa bongkahan sortiran sayur, sisa hasil pengiriman sayur ke luar kota dijadikan pakan ternak babi. Tidak lupa dengan perut ikan atau sisa sisa makanan dari warung makan terdekat. Itu semua dimasukkan kedalam tong besi besar yg di buat menyerupai panci besar. Memasak menggunakan kayu bakar. 
Sudahlah... Aromaku sangat khas waktu itu. Sebenarnya kandang babi itu harus bersih loh.. Karena kalau kotor, itu si babi tidak akan gemuk. 

Oh ya selain babi, kami juga punya peliharaan ayam, bebek, burung dan anjing. 
Ketika beranjak remaja, saya mulai malu dengan aroma khas pakan babi ini. Tidak jarang PR sekolah juga saya kerjakan di kandang babi. Saya mulai protes ke Ayah saya dan menolak mengurus babi. Kemudian pekerjaan mengurus babi ini, di ambil alih oleh adik saya yg laki laki. Tapi, peralihan itu, membutuhkan waktu. Karena babi babi itu mengenali saya. Tiap kali saya lewat kandang babi, entah bagaimana pun saya berusaha pelan pelan berjalan, itu babi pasti langsung berteriak teriak seperti memanggil saya. Nguiiikkk... Nguiiikkk... Di telinga orang lain akan terdengar jadi Unnieee.... Unniieee....!!!! 
Ini kadang-kadang jadi pertengkaran antara saya dan adik saya karena adik saya akan kerepotan menangani keliaran babi babi itu.Karena saking kurang ajarnya, itu babi pengen lari menjumpai saya dan beberapa kali bahkan berhasil melompat keluar kandang. 
Akhirnya karena mempertimbangkan beberapa hal, maka diputuskan oleh Ayahku sampai besar dan siap di jual, saya yang tetap mengurus babi babi itu. Sebelum kemudian anak anak babi yang baru, akan mulai dihandle oleh adek saya.

Orang Kristen di ibaratkan kawanan domba. Bukan kawanan babi. Karena meskipun babi mengenali gembalanya, tapi babi berisiknya astagaaaanaga. Nyusahin pula. Kalau ditarik, itu babi bukannya mundur malah maju. Didorong bukan nya maju malah mundur. Mungkin itu salah satu sebab mengapa Alkitab mengambil perumpamaan domba bukan babi. 


Seekor domba bernama Prickles. 
Seekor domba yang menghilang selama tujuh tahun.
Dia kembali dalam kondisi bulu yg sangat tebal dan berat.
Setelah tujuh tahun, dia kembali, ketika kaki-kakinya masih bisa berjalan lincah kembali ke kandang, ke kawanan dan kepada kepada gembalanya.

Prickles mengikuti naluri nya alaminya untuk kembali pulang karena  jika tidak kembali maka bulunya akan semakin berat dan membuatnya kesulitan berjalan. Parasit dan bakteri akan banyak menggerogoti nya di bulunya yang membuatnya lumpuh atau bahkan dapat menyebabkan kematian. 

Jika kita lari dari kawanan, mungkin seseorang akan menjadi gemuk karena bisa dengan sesuka hati memilih apapun sesuai seleranya. 
Tetapi sejatinya, seekor domba membutuhkan kawanan dan gembala. Gesekan dengan sesama domba dan pemotongan oleh gembala akan membuat ke-domba-an se ekor domba akan tetap normal dan sehat.

Jangan sedih dengan gesekan gesekan. Tidak perlu risau dengan pemotongan bulu. 
Si gembala tahu, apa yang menyehatkan bagi domba nya. 

"Pujilah Tuhan, Hai jiwaku. "

Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.