Cicak Hitam di Balik Lukisan

Cicak Hitam di Balik Lukisan

“Halo Item, darimana aja kamu? Udah lama kok gak keliatan?”

“Ck…ck…ck….” Cicak hitam itu berbunyi seakan menyahuti sapaanku.

Si Item adalah seekor cicak di rumahku. Biasanya cicak rumah berwarna coklat keabu-abuan, namun Si Item berwarna coklat kehitam-hitaman. Karena keunikan warnanya, maka dia menjadi teman setia tempat aku curhat di kala hati sedang galau.

“Kebetulan banget nih, Tem. Saya lagi bingung. Temen saya kan ngundang untuk sharing di Pakistan sekalian lakukan penelitian. Menurut kamu, terima jangan undangan itu?”

“Ck…ck…ck…,” respons Si Item sambil merayap dengan lenggak-lenggok genitnya.

“Apa tuh maksudnya, Tem?” tanyaku kebingungan. “Kasih tanda yang jelas dong.”

Tiba-tiba Si Item menengok sejenak padaku dan mengibaskan ekornya.

“Oh, OK. Jadi ambil aja ya, Tem?”

“Ck…ck…ck…,” sahutnya sambil bergerak menuju ke balik lukisan.

Fuiiih, untung saja Si Item muncul. Sudah berhari-hari aku tidak bisa tidur nyenyak. Tiga hari lagi aku akan berangkat ke Pakistan. Dan sampai saat itu hatiku masih belum mantap untuk melakukan perjalanan ke negara tersebut.

===

Aku memang sering bepergian ke luar negeri tapi hanya seputar Asia Tenggara dan Timur. Perjalanan kali ini merupakan pengalaman pertamaku ke negara yang sering diberitakan sebagai negara konflik. Bahkan lebih parah lagi, negara teroris.

Aku akan pergi seorang diri ke sana. ‘Gimana kalau sampai sana gak ada yang jemput? Gimana kalau berita yang ditulis media massa benar bahwa Pakistan itu negara teroris? Gimana kalau tau-tau gue diculik?’ Segudang pertanyaan lain bermunculan di kepalaku.

Tapi ini merupakan pengalaman baru bagiku dan aku suka sekali tantangan. Kesempatan tidak datang dua kali. Akhirnya aku memutuskan untuk menerima tawaran untuk berkunjung ke sana. Dan dukungan dari cicak hitam yang tinggal di balik lukisan itu sedikit banyak menambah kepercayaan diriku.

Sudah beberapa bulan aku merasa galau karena terlalu sibuk mengajar dan membimbing mahasiswa S1 dan S2. Rasanya aku butuh tempat untuk melarikan diri dari rutinas kehidupan sebagai dosen. Aku butuh me time untuk menata ulang isi kepalaku agar siap tempur lagi.

Namun aku tidak berani bercerita kepada siapapun mengenai rencana kepergianku ke Pakistan. Rasanya aku tidak bakal siap mendapat berbagai tanggapan dari teman-temanku. Mendingan aku membuat kejutan saja daripada perjalananku menjadi tidak menyenangkan akibat dikomentari banyak orang.

Tantangan berikutnya adalah saat mengurus visa. Selain persyaratan yang biasanya diminta saat pengurusan visa, Kedutaan Besar Pakistan juga meminta Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK). SKCK, yang dulu dikenal dengan SKKB atau Surat Keterangan Kelakuan Baik, adalah surat keterangan yang diterbitkan oleh Polri untuk menerangkan apakah kita memiliki catatan kriminal.

Selama bepergian ke luar negeri, baru pertama kali ini aku diminta menyiapkan SKCK. Namun demikian, prosesnya sama mudahnya dengan mengurus visa ke negara lainnya asalkan kita memenuhi persyaratan yang diminta.

===

Akhirnya hari yang kutunggu-tunggu datang juga. Di hari Jumat siang tanggal 17 April 2015, aku meluncur ke bandara, 4 jam sebelum waktu keberangkatan. Sebelum berangkat, tidak lupa aku pamitan pada cicak hitam yang kebetulan sedang menatapku. Sepertinya dia ingin mengiringi keberangkatanku.

“Ck…ck…ck…,” kata Si Item entah apa maksudnya.

“Bye..bye, Item. Doain aku sukses di perjalanan ini.” Aku membalas sapanya.

Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.