Ijazah Palsu Jokowi

Hingga hari ini, isu ijazah palsu Jokowi masih terus bergulir. Narasi ini tidak pernah benar-benar mati. Ia muncul dalam gelombang, kadang pelan, kadang deras, tapi selalu kembali seperti arus bawah. Menunggu waktu untuk menerjang pantai logika.
Gak penting bahwa ada dokumen sudah berkali-kali diverifikasi. Gak penting bahwa ada saksi hidup, arsip kampus, dan bukti legal administratif sudah berkali-kali menjawab. Bagi yang percaya, cerita ini terlalu nikmat untuk disangkal. Semakin mustahil sebuah cerita, semakin masuk akal jika dikemas dalam narasi yang enak dikunyah.
Inilah bagian yang mengerikan dari cara kerja pikiran manusia. Otak kita tidak dirancang untuk mencintai kebenaran, tapi untuk mencari cerita. Kita bukan makhluk pencari fakta, kita adalah penikmat drama. Ngeri memang tapi begitulah kenyataannya.
Ketika mendengar sebuah cerita yang mengandung misteri, sistem limbik, bagian emosi dalam otak, langsung menyala. Jauh lebih reaktif daripada nalar. Kebenaran yang berupa catatan resmi, kutipan saksi, dan tabel data akan selalu kalah dari satu kalimat fitnah yang terdengar seperti plot film thriller: “Serapat apapun kejahatan ditutupi, dia akan menemukan jalannya untuk terkuak…”
Kebenaran memang selalu tampil membosankan. Datar. Tanpa letupan. Sedangkan fitnah selalu datang dengan efek dramatis. Ia menjadikan siapa pun yang mempercayainya merasa seperti bagian dari lingkaran eksklusif yang tahu “kebenaran yang disembunyikan.” Padahal, yang terjadi hanyalah ilusi yang dibungkus narasi, dimainkan berulang kali sampai terasa nyata.
So, Guys. Setelah memahami bagaimana otak bekerja, apakah kita masih berkeras bahwa isu ijazah Jokowi palsu? Atau kita hanya ingin percaya karena kisah itu terlalu seru untuk dilewatkan?
Saya menemukan dua jawaban atas pertanyaan tersebut. Ada yang sudah letih dengan kegaduhan gak bermutu ini. Pada mereka, biasanya saya memberi saran sederhana: tinggalkan. Tutup tab, scroll ke bawah, dan cari kegiatan yang lebih produktif. Dunia ini terlalu luas untuk dihabiskan dengan memperdebatkan hal ini.
Namun ada juga yang masih penasaran. Untuk mereka, drama ini sudah seperti candu. Kalo kalian termasuk golongan ini, silakan nikmati setiap episodenya. Ini sinetron bersambung yang tampaknya belum akan tamat dalam waktu dekat. Masa tayangnya bisa jadi lebih panjang daripada sinetron: Tersanjung.
Dan seperti semua sinetron yang laku di pasaran, logika bukan syarat utama. Yang penting ada drama. Yang penting ada sponsor. Dan yang paling penting ada penonton.
Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.