KADO

KADO
Image by <a

Kado termanis dalam hidup? Hmmm…ada gak ya?! Waktu kecil, saya sih sering mendapatkan kado istimewa dari Bapak saya! Entah bagaimana, Bapak selalu tahu apa yang saya mau. Saya lupa di ulang tahun ke berapa, saat Bapak pulang dari kantor, Beliau sudah menyorongkan kamera ke hadapan saya! Di ulang tahun ke-15, sebuah gitar sudah bertengger manis di kamar saya karena Beliau tahu saya sedang tergila-gila mendengarkan musik dan bermimpi menjadi gitaris! Walau sampai detik ini saya gak pernah jago memainkan gitar, kenangan tentang gitar itu membekas di hati saya! Kali berikutnya, saat saya getol naik gunung jaman kuliah, sebuah pisau gunung tergeletak di meja belajar saya tepat di hari ulang tahun. Dan saya bisa pastikan itu dari Bapak!

Berangkat dewasa, ulang tahun saya nyaris berjalan apa adanya. Tidak manis, juga tidak pahit. Telepon atau SMS dari orang-orang terdekat, membawa kue ke kantor, dan ritual ulang tahun pada umumnya. Tapi ada satu pertanyaan yang selalu ditanyakan di setiap ulang tahun saya, “Ultah nih yee…dapet kado apa dari suami?” Kado? memang penting ya mendapatkan kado dari suami?! Bagi saya, dia ingat untuk mengucapkan selamat saja sudah sebuah keistimewaan lho. Menyedihkan? Gak juga. Itu hal biasa. Kami berdua bukan pasangan yang romantis kok. Kami tidak biasa saling memberikan sesuatu yang istimewa di hari istimewa, walau saya tetap mengusahakan ada kue tart dan acara tiup lilin di hari ulang tahun suami dan anak-anak.

Okelah itu kalau sudah jadi suami istri. Kadang-kadang rasa romantis memang sudah tidak terlalu menggebu. Jadi ya nikmati saja. Nah, kalau masih pacaran bagaimana dong? Sebagian, bahkan mungkin seluruh pasangan yang masih berpacaran akan setuju kalau memberikan kado istimewa untuk sang kekasih WAJIB hukumnya! Hukum wajib buat orang lain, kayaknya sih gak berlaku untuk saya. Ada beberapa kenangan yang gak mungkin saya lupakan.

Saat itu kami masih pacaran. Tepat di hari ulang tahun saya dan seperti tradisi pacaran umumnya, kami pun makan di sebuah restoran bergengsi dan cukup mahal untuk ukuran kantong kami saat itu. Selama santap malam, saya masih berharap mendapatkan hadiah spesial dari sang kekasih, walaupun saya tahu persentasinya hanya 50%. Lebih baik berharap daripada tidak kan?!

Selesai bersantap, kami pun pulang. Sedikit kecewa karena tidak ada kejutan darinya, sayapun memaki diri sendiri, “Udah tahu cowoknya gak romantis, masih ngarep aja sih!” Di sepanjang jalan, kami mengobrol dan akhirnya dia mengeluarkan sesuatu dari tas ranselnya. Saya langsung dag dig dug…ini dia yang ditunggu-tunggu!! Bener kan?! Dia kemudian mengeluarkan sebuah kartu ucapan. “Nih buat kamu, ‘Met ulang tahun yaa...” Wah, senangnya!! Saya buka kartu saat itu juga! Tapi…lho kok kartunya kosong! Gak ada satupun coretan tangannya di situ!! “Gak ada tulisannya sih? Apa kek…met ultah atau panjang umur gitu!,” protes saya. Dia menjawab tenang sambil cengar cengir, “Sengaja gak dikasih tulisan, Kan elo seneng koleksi kartu, nah sayang kan kalo dicoret2, bisa dikasih orang lain juga kalo kepepet!” Gubraaak!!! Padahal nilai tertinggi dari pemberian kartu itu adalah kalimat-kalimat personal di dalamnya! Alhasil sampai sekarang kartu itu masih saya simpan di koleksi kartu saya. Mau diberikan kepada orang lain? Gak tega rasanya.

Kali kedua, di ulang tahun berbeda. Setelah selesai mentraktir, kami pun pulang. Tiba-tiba dia menghentikan mobilnya di daerah Tebet. “Eh, udah di Tebet nih…nah sekarang loe tinggal pilih, mau kado apa…coklat apa bunga? Kalau bunga, kita ke pasar bunga, kalau coklat, kita ke Gelael”.  Hellllowww???! Kalau ada pemilihan kekasih ter-cuek…dia pasti jadi juaranya!!! Dengan jengkel saya jawab, “Coklat aja deh, bisa dimakan!” Jadilah kami menuju Gelael untuk membeli satu batang coklat Toblerone, hanya satu lho, tanpa dibungkus cantik, tanpa pita pink sebagai tanda cinta!!! Hmmm…masih syukur bukan saya yang mesti bayar coklatnya hehehe.

Sejak itu saya meneguhkan hati untuk tidak mengharapkan kado istimewa darinya hingga  kami menikah dan terus bersama sampai saat ini. Apakah suami saya pelit? Rasanya tidak. Dia hanya merasa tidak perlu ada sesuatu yang istimewa di hari istimewa. Jauh berbeda dengan Babenya (mereka memanggil ayahnya dengan sebutan Babe),  anak-anak saya sering memberikan kado-kado kecil yang menyentuh hati seperti tulisan bergambar lucu, poster Tintin, tokoh komik kesayangan bahkan juga bunga. Dan ini mereka beli dari uang saku mereka sendiri lho.  Babenya? Hmm…tetap tak terpikirlah!

Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.