Panas

Naik kereta api dan dikejar zombie? Apakah ini Train to Busan?

Panas

Deru suara rel beradu dengan roda besi KERETA API mengganggu tidurku. Entah mengapa sore ini juga terasa sangat gerah. Angin lagi malas-malasnya bergerak. Pendingin udara dalam gerbong juga sudah menyerah, terlihat dari tetesan keringatnya yang begitu deras. Ember besar di bawahnya sudah dua pertiga penuh.

Dengan malas aku bangkit meraih tas ransel yang kutaruh di kompartemen atas. Untung tadi pagi ibu menyelipkan sebuah KIPAS ANGIN kecil. Lumayan menolong. Kaos biru muda kusam yang kukenakan sampai jadi biru tua karena basah oleh keringat.

Tenggorokanku pun terasa kering. Kuraih botol minum di saku tempat duduk, tanpa pikir panjang langsung kuteguk, glek..glek..glek. Sekejab abis. Rasanya aneh, tapi aku tak peduli. Dahagaku sudah tak tertahan.

Pria sebelahku tiba-tiba berbisik lirih, "Mas, itu minuman saya kenapa mas minum?"

Hah?! 

Tiba-tiba tubuhku berada di sebuah SUMUR TUA, aku sedang bergelayut di dindingnya. Di permukaan air sumur terlihat sirip IKAN HIU yang mondar-mandir. Jantungku berdegup kencang. Berusaha meraih apa saja untuk naik dan keluar dari sumur itu.

Entah kekuatan dari mana, aku berhasil meraih bibir sumur dan hampir berhasil keluar. Nafasku terengah-engah. Tapi ternyata di pinggir sumur sudah menunggu ZOMBIE-ZOMBIE haus darah.

Pikiranku kemelut, tenagaku sudah hampir habis. Memaksa naik atau menyerah turun, sama-sama mati.

Aku memilih menyerah, membiarkan tubuhku terjatuh kembali ke dalam sumur. Setidaknya, mati dan tidak jadi mayat hidup adalah pilihan yang lebih baik.

Aaarrrghhhhh!!

Teriakkanku membuat seisi gerbong memandang ke arahku. Sarung penutup kursi depanku terlihat koyak. Pria sebelahku tampak ketakutan bercampur heran. Ternyata ini semua gara-gara WISKI miliknya.

Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.