MUSUH ABADI

MUSUH ABADI

Di industri periklanan, saya punya musuh abadi. Namanya Subiakto Priosoedarsono. Kami selalu berbeda dalam segala hal mengenai periklanan. Perbedaan yang paling hakiki adalah saya selalu menganggap cara berpikir Pak Bi terlalu ribet. Sebaliknya dia selalu menganggap cara saya berpikir terlalu sederhana.

Anehnya, iklan-iklan yang dibuat oleh Subiakto ini hampir selalu sukses. Selalu lebih terkenal dan diingat orang dibandingkan dengan iklan-iklan buatan saya. Gara-gara itu, saya langsung berpikir ulang, jangan-jangan emang dia yang bener. Jangan-jangan metode dia memang jauh lebih efektif daripada pemahaman yang saya anut selama ini.

Setiap kali bertemu dengan Subiakto, saya selalu mengingatkan, "Bro, ayo bikin buku. Kalo memang ilmu lo bermanfaat, sebarkan ke generasi berikutnya melalui buku."

Setiap kali saya ngomong gitu, dia cuma mesem-mesem doang. Sepertinya dia lebih enjoy menularkan ilmunya melalui workshop daripada bikin buku.

"Eh, gue serius. Sebelum mati buatlah minimal satu buku." Saya mengeluarkan mantra yang hampir selalu berhasil meneror orang.

Kali ini dia menjawab sambil tersenyum penuh arti, "Lo tunggu aja, Bud. Akan tiba masanya nanti buku gue terbit."

Karena kesibukan masing-masing, kami berdua jarang kontak lagi. Padahal setiap kali sedang menggarap iklan, saya selalu kangen sama Subiakto. Kangen banget pengen berantem sama dia. Berdebat soal branding, soal ide dan soal pernak-pernik iklan lainnya.

Sampai suatu hari, anaknya yang bernama Tya Subiakto, berkabar, "Om Bud, Papa sakit keras. Gak mau besuk?"

"Hah, sakit? Dia udah bikin buku belom?" tanya saya kaget.

Namun alhamdulillah, belakangan saya mendengar bahwa kesehatan Subiakto semakin membaik. Bahkan dia mengundang saya di event "Indonesia Spicing the World" yang diselenggarakannya di gedung Smesco. Undangan dikirim istrinya melalui WA.

Meskipun tau kalo saya diundang hanya untuk dibully, saya tetap datang ke sana. Bersama dengan Asep Herna, saya tiba di gedung Smesco sekitar jam 2.15. Kami masuk ke ruang di mana Subiakto sedang diwawancara oleh Derry, pemilik Podcast 'KasiSolusi'. Melihat kedatangan saya, Subiakto langsung ngecut Sang Moderator.

"Sorry, saya potong. Saya ingin mengucapkan selamat datang pada musuh saya Budiman Hakim. Saya minta panitia untuk mengundang musuh saya itu ke panggung."

Hahahahaha....Siapa takut.

Rupanya ada 3 momen penting di hari itu. 1, penyelenggaraan acara Indonesia Spicing the World 2. Bedah buku dan 3. Acara ulang tahun Pak Bi yang jatuh di hari yang sama. Saya bergumam sendiri, 'Wah, ada bedah buku. Buku siapa yang mau dibedah?'

Seorang panitia menghampiri kami dan memberikan suvenir, sebuah jaket dan buku. Hah???? Melihat buku tersebut, saya surprise banget. Ternyata buku itu ditulis oleh Subiakto. Alhamdulillaaaaah...

Saya terharu bukan main. Entah kenapa saya selalu merasa dekat dengan orang yang baru saja pecah telor membuat buku. Siapa pun itu...termasuk musuh saya.

Di atas panggung Pak Bi bercerita bahwa itu adalah buku pertama dari tetraloginya. Artinya akan ada empat buku yang akan diterbitkan oleh Subiakto. Wuiiih, keren sekali. Satu buku saja sudah membuat saya terharu, apalagi empat. Dengan perasaan tulus ikhlas, saya memeluk Pak Bi sambil berkata, "Selamat ulang tahun dan selamat atas bukunya, Bro. You are my best enemy."

Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.