ILUSI

Udah nonton film Onward? Keluarnya tahun 2020, tapi gue baru nonton sekitar sebulanan yang lalu. Film kartun tentang pencarian kembali keajaiban sihir yang hilang ditelan kemajuan teknologi jaman modern. Tokoh utamanya Ian, seorang remaja, yang hidup bersama ibu dan kakak laki-lakinya, Barley. Ayahnya meninggal karena sakit sejak Ian masih di kandungan.
*Spoiler alert yaa..
Cerita dimulai saat Ian ulang tahun ke-16, dan ibunya kasih peninggalan ayahnya yang berpesan untuk kasih hadiah itu ke Ian dan Barley kalo mereka udah dewasa. Dan usia 16 adalah usia saat Ian dianggap udah dewasa. Peninggalan Ayahnya adalah sebuah tongkat sihir dan mantra yang bisa mengembalikan ayahnya selama waktu 24 jam sejak tongkat dan mantra tersebut digunakan. Tapi, belum sempurna tubuh ayah mereka terbentuk, batu phoenix di tongkat itu pecah, dan mereka harus cari lagi batu itu untuk bisa menyempurnakan tubuh ayah mereka dan bisa menggunakan kesempatan satu-satunya untuk bertemu lagi dengan ayah mereka. Sepanjang film menceritakan perjalanan mereka untuk menemukan batu phoenix yang cuma tinggal ada satu di suatu tempat.
Ian pengen banget ketemu ayah yang ia selalu rindukan sepanjang 16 tahun hidupnya. Selama 16 tahun, kalo dia lagi pengen ngobrol sama ayahnya, Ian selalu memutar rekaman suara ayahnya dan berpura-pura menjawab pertanyaan rekaman suara ayahnya seolah-olah mereka lagi bercakap-cakap berdua. Dan untuk kesempatan ini, Ian udah nulis daftar hal-hal yang pengen ia lakukan bareng ayahnya di 24 jam yang berharga itu. “Main lempar tangkap bola. Jalan bareng. Ngobrol dari hati ke hati. Ketawa bareng. Belajar nyetir. Berbagi cerita hidupku dengan ayah.”
Singkat cerita, matahari hampir terbenam dan waktu 24 jam hampir habis, waktu akhirnya tubuh ayahnya berhasil “disempurnakan” dan kembali. Ian memilih untuk memberikan kesempatan bertemu ayahnya untuk Barley, kakaknya. Barley memiliki penyesalan karena dulu ia takut menemui ayahnya yang sakit di saat terakhirnya. "Aku memang tidak pernah punya sosok ayah, tapi kamu pernah. Temui Ayah dan lakukan hal yang selalu ingin kamu lakukan dulu di saat terakhirnya," Ian berkata pada Barley.
Ian hanya bisa melihat dari jauh karena terjebak di bawah runtuhan batu saat mereka bertarung dengan naga sebelumnya untuk mendapatkan batu phoenix yang mereka butuhkan.
Ia melihat dari sela-sela tumpukan batu, bagaimana sosok ayahnya kembali sempurna. Dalam beberapa menit yang singkat Ian menyaksikan ayahnya dan Barley berbincang dan tertawa, kemudian mereka berpelukan, dan waktu 24 jam tersebut habis persis setelah mereka berpelukan.
Setelah itu Barley mendatangi Ian dan menolong Ian keluar. Barley menyampaikan betapa ayah mereka bangga terhadap mereka berdua yang sudah dewasa. Dan, ini adegan yang bikin air mata gue gak berhenti mengalir. *Gue emang cengeng wkwkwkwk.. “Ian, Ayah minta aku untuk memberikan ini untukmu,” dan Barley memeluk Ian. Ayahnya menitipkan pelukannya lewat Barley. Dan di saat itu Ian tersadar, bahwa semua hal di dalam list keinginannya sudah terpenuhi selama ini lewat Barley.
Barley yang menemaninya bermain lempar tangkap bola sejak mereka kecil. Barley yang menemani Ian berjalan-jalan. Barley juga yang membuat Ian bisa menyetir mobil. Mereka sering tertawa bersama, dan dengan Barleylah Ian selalu bisa bicara hati ke hati dan berbagi seluruh cerita hidupnya.
Cerita ini relate banget buat gue. Buat yang belum tau, papa mama gue cerai dari gue SD dan gue gak punya memori menyenangkan tentang hubungan ayah dan anak perempuan sama papa gue. Bertahun-tahun saat gue bertumbuh, seperti Ian, gue selalu merindukan sosok ayah, bahkan sampe sekarang.
Ada satu peristiwa yang masih suka muncul di memori gue. Waktu pindahan kos pas SMA di jogja, dan semua temen kos gue dijemput sama Papa-papa mereka. Dibantuin beberes barang, diangkutin ke mobil, dan dianterin ke kos baru. Bahkan temen gue yang dari Jakarta, papanya sampe dateng untuk ngunjungin dan bantuin. Gue, pindahan sendiri, sewa sendiri satu mobil pick up dan naik becak ke kos baru. Waktu itu gue gak ngerasa sedih atau apa, gue happy-happy aja dan berasa seru-seru aja. Tapi gue masih inget perasaan waktu gue ngeliatin temen-temen gue dibantuin sama papa-papa mereka. “I wish…” Ada perasaan iri dan pengen juga ngerasain punya sosok papa yang deket.
Yang sering baca tulisan-tulisan gue, mungkin juga udah sering baca perasaan-perasaan gue soal sosok ayah. Gue selalu merasakan kekosongan saat memikirkan sosok ayah.
Nonton Onward, terutama pas bagian adegan peluk tadi, ngasih gue kesadaran yang sama kaya Ian, bahwa sebetulnya semua hal yang gue rindukan dari sosok papa, gue selalu dapet dari mana-mana. Dari Engkong gue, dari Om-om gue, dari Koko-koko gue, dari Ary, dari para mentor dan guru, dari Mama, dari Cici gue, dari teman-teman.
Mungkin, kekosongan itu sebetulnya hanya ilusi dari sensasi fisik.. Gue lupa bahwa kita ini mahkluk energi (yang kebetulan sedang berada dalam tubuh fisik) dan energi itu selalu ada, walau dalam rupa yang berbeda. Ilusi kekosongan yang gue rasakan selama ini adalah karena gue merindukan sosok fisik seorang papa. Padahal ternyata energi seorang ayah selalu mengelilingi dan melingkupi gue dari sosok-sosok yang lain.
Cinta, kehangatan, tawa dan waktu bersama, nasehat yang menyejukkan dan menguatkan, pelukan dan genggaman tangan yang membuat gue merasa aman dan dilindungi. Semua itu selalu ada sebetulnya.
Keluar dari batasan dan ilusi fisik mungkin akan membuat gue lebih mampu menyadari dan memahami bahwa sebetulnya gue tidak pernah kehilangan apapun dan siapapun, karena sejatinya gue selalu dikelilingi segala yang gue butuhkan. Gue hanya perlu belajar untuk mengenali saat energi yang gue rindukan datang dalam rupa yang lain.
Terima kasih semuanya..
Terima kasih. ❤️
Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.