Project Eden

"Adam"
"Tercipta dari tanah, terbentuk oleh darah, dan mati kembali ke tanah"
..................................................................................................................................
Dua kalimat tersebut telah menghantui malamku, kalimat tersebut terulang-ulang entah berapa kali. Layaknya sebuah mantera yang diucapkan oleh sesosok manusia dalam mimpiku, walaupun bentuknya tidak seperti manusia pada umumnya, menurutku seperti sesosok alien yang berbadan tinggi dan telanjang, tetapi aku tidak dapat mengetahui apakah dia pria atau wanita, benar-benar seperti alien.
"Adam, bangun!" teriak Liv.
Liv merupakan rekan kerjaku, kami merupakan barista dari sebuah kedai kopi kecil yang baru genap satu tahun dibuka.
"Ah iya maaf aku tertidur sebentar," ucapku sambil mengusap-usap mata dan berdiri dari ruang gudang.
"Pasti kamu kurang tidur lagi kan?"
"Iya maaf tapi aku tetap dihantui mimpi itu,"
"Sejujurnya aku masih meragukan alasan kamu soal mimpi tapi sepertinya memang benar terjadi ya,"
"Buat apa aku berbohong, sudah sana segera istirahat sekarang giliranku," ucapku sambil berdiri dan berjalan mengarah ke arah area bar.
Aku melanjutkan pekerjaanku seperti biasanya dan tak terasa langit mulai gelap dan pertanda kedai kopi akan tutup. Sembari membereskan barang-barang dan bersiap pulang, Liv menghampiriku dengan muka seakan-akan memiliki ide cemerlang,
"Adam, sepertinya kamu butuh liburan, kapan terakhir kamu liburan?" tanya Liv.
"Ah sepertinya sudah lebih dari setahun ini aku tidak pergi liburan atau refreshing, aku tidak punya ide mau kemana."
"Nah! mungkin itu salah satu alasan kamu mimpi buruk terus, kamu terlalu stress dan banyak pikiran. Ayo ikut aku, kali ini aku yang akan antar kamu pulang," Liv menarik tanganku dan mengajakku pergi ke suatu tempat dengan mobilnya.
Aku sedikit kaget tetapi juga senang ternyata Liv peduli terhadap kondisiku yang tidak jelas ini, aku menurutinya dan masuk ke mobilnya. Sekitar setengah jam kami sampai di lokasi tujuan. Ternyata Liv mengajakku ke danau pinggir kota, aku sama sekali tidak menyangka Liv akan mengajakku ke tempat ini.
"Danau Idan? Sejak kapan kamu suka ke danau, Liv?" tanyaku sambil berjalan keluar dari mobil.
"Hehe sebenarnya ini tempat merenungku sejak kecil, aku suka kesini sendiri ketika sedang stress atau banyak pikiran, dan malam hari waktu yang paling pas menurutku,"
"Ternyata danau ini indah juga ya, aku tidak pernah menyadarinya padahal sejak kecil aku suka ke danau ini juga," ucapku sambil berjalan perlahan-lahan mendekat ke pinggir danau.
Langit malam disini berbeda dengan kota yang sudah dipenuhi polusi cahaya. Disini ratusan bahkan ribuan bintang yang menjadi penghias langit malam, ditambah kunang-kunang yang berterbangan dan suara angin yang lembut seperti lagu pengantar tidur.
Kami berbincang-bincang di kursi dekat danau dengan lampu taman yang menjadi penerang kami di malam itu. Tetapi tak lama aku berhenti berbicara karena aku mendengar sesuatu dari arah danau, seperti suara orang mendayung perahu.
"Liv, kamu dengar suara itu ngga? Seperti suara orang mendayung perahu," tanyaku sambil mencoba melihat ke arah danau yang sangat gelap.
"Ah jangan aneh-aneh kamu Adam, mana mungkin ada yang mendayung perahu malam-malam di danau ini," nada Liv mulai berubah seperti ketakutan.
"Aku serius, suara airnya sangat jelas dan semakin jelas," aku masih berusaha mencari darimana sumber air tersebut.
Seketika aku diam dan membeku setelah melihat sebuah perahu kecil terlihat mengarah tempat kita duduk. Ada seseorang yang berdiri di atas perahu itu, sangat tinggi dan sangat besar, firasatku mulai tidak bagus, aku menengok ke arah Liv tetapi Liv tidak ada disampingku.
"Liv, dimana kamu? Ini ngga lucu lagi!" teriakku sambil mencari keberadaan Liv.
Sedangkan perahu itu semakin dekat dan sosok itu semakin jelas. Sosok itu sama seperti yang ada dalam mimpiku. Sosok itu sampai di pinggir danau dan berjalan mendekat ke arahku, aku tidak bisa bergerak layaknya patung. Jantungku berdetak kencang seperti sedang berlari marathon.
"Adam, waktumu sudah tiba, tugasmu sudah terlaksana, saatnya kembali," ucap sosok itu.
"Apa maksudmu? Siapa kamu?" aku berteriak ketakutan.
"Adam dan Liv, kalian yang pertama dan kalian yang terakhir, terbentuk dari tanah, tumbuh oleh darah, dan mati kembali ke tanah."
"Tidak..aku tidak mengerti maksudmu, cukup, aku ingin pergi!"
Seketika penglihatanku menjadi gelap dan suara dari kejauhan mendekat ke kupingku dengan cepat.
KRINGGGGG!!!!
Suara alarm dari handphone ku berbunyi. Ternyata aku bermimpi. Mimpi dalam mimpi. Sangat tidak masuk akal tetapi terasa sangat nyata. Aku bergegas bangun dari ranjang dan berlari ke kamar mandi karena aku sudah hampir telat untuk berangkat bekerja.
"Adam! Kenapa kamu telat? Aku jadi membuka kedai kopi ini sendiri!" teriak Liv dengan nada kesal.
"Maaf Liv aku bermimpi sangat buruk, kali ini benar-benar buruk!" ucapku sambil tergesa-gesa membantu Liv bersiap-siap membuka kedai kopi.
"Aku juga bermimpi buruk tetapi terbangun tadi subuh, sejak itu aku tidak bisa tidur lagi."
"Sebuah kebetulan yang aneh kita bermimpi buruk bersamaan."
Setelah kami selesai bersiap-siap, lonceng pintu berbunyi menandakan pelanggan kami datang. Tidak biasanya ada pelanggan sepagi ini, tapi aku tidak menghiraukan itu dan segera menyambut pelanggan kami di pagi itu.
"Selamat pagi, ada yang bisa kami bantu?"
Orang itu hanya diam berdiri di depan pintu dan menaruh sebuah kertas kecil di meja dan pergi keluar.
"Loh kemana pelanggan tadi, Adam?" tanya Liv.
"Dia tiba-tiba pergi begitu saja dan meninggalkan sebuah kertas kecil, Liv," balasku sambil mengambil kertas kecil tersebut.
Kami berdua berdiri berdekatan untuk membaca kertas itu bersama. Tulisan di kertas itu berkata:
"Adam dan Liv
Tercipta dari tanah, terbentuk oleh darah, dan mati kembali ke tanah."
Seketika wajah kami pucat dan kami menghilang dari bumi ini. Kami pergi ke bumi selanjutnya. Permainan kembali di mulai.
Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.