Di Sebuah Restaurant (Bagian Pertama)
Diangkat dari kisah nyata. Latihan menulis dengan kata kata random. Kali ini kata-katanya dari hasil permainan tebak gambar bersama anakku. Kata kata aslinya dalam bahasa inggris yang aku terjemahkan: handuk, kecil, dibutuhkan, adalah, topi, sekarang, bawah.

Bagian Pertama
Aku paling suka makan. Paling suka ke restaurant bertipe buffet.
Harga buffet di kotaku hanya seharga satu porsi makanan, tapi bisa makan sepuasnya. Jadi sangat menguntungkan.
Salah satu restauran kesayanganku adalah sebuah Chinese buffet, dengan pilihan lebih dari 100 makanan. Bukan cuma Chinese food yang tersedia.
Tapi juga ada Sushi, pizza, Korean BBQ rib, Salad mangga Thailand. Dan beberapa makanan dari negara lain.
Biasanya aku pergi sendirian ke sana. Aku tidak suka pergi bersama orang lain. Kalau kita berbincang-bincang, jadi kurang konsentrasi makan. Akhirnya makan banyak tapi tidak terasa dilidah, tahu tahu udah habis. Cuma gemuk gemukin aja. Lebih enak makan sendirian, jadi setiap suapan dinikmati pelan pelan.
Suatu hari temanku yang berulang tahun mengajakku ke situ. Sebut saja namanya Ronny, bukan nama sebenarnya.
Jadi aku ikutan aja. Mumpung makan gratis. Kami pergi bersama beberapa teman Ronny.
Ada seorang laki laki Chinese setengah tua yang bekerja di sana. Mungkin rambutnya botak, sehingga dia memakai rambut palsu. Tapi rambut palsunya yang murahan, sehingga sangat ketara kalau itu rambut palsu. Dan kadang karena pergerakannya yang selalu sibuk, rambut palsunya miring miring. Lucu sekali. Setiap aku makan di situ sendirian, aku selalu berusaha tidak melihat ke arah dia. Supaya aku tidak tertawa melihat rambutnya. Aku tidak mau dia tersinggung.
Paling bahaya kalau pelayan restaurant marah sama kita. Jangan jangan nanti minuman kita diludahin.
Tapi kali ini Ronny rupanya baru pertama kali ke restaurant itu. Jadi dia memandangi pria itu terus menerus.
“Liat tuh rambut palsunya, lucu miring miring.” ujar Ronny keras. Seraya diiringi tawa teman-temannya.
Aku mau ikut tertawa, tapi takut, jadi kutahan tawaku sampai mukaku merah.
“Shieni liat tuh, liat rambut palsunya!” ujar Ronny keras.
“Stt , jangan keras-keras, nanti dia dengar!” bisikku pada Ronny.
Tapi terlambat, Pria itu rupanya sadar ditertawakan.
Maka terjadilah apa yang aku takutkan.
Sejak peristiwa Ronny menertawakan pria itu,
Ketika aku datang lagi ke restaurant itu, Pria itu sudah tidak lagi memakai rambut palsu.
Tapi dia SEKARANG memakai TOPI untuk menutupi botaknya.
Dia berubah judes. Aku harus menunggu lama untuk minumanku. sampai tenggorokan serat, makan dua piring belum minum juga. Ditanya pun masih belum dikasih minum, masih lama menunggu dan pura-pura lupa. Belum lagi cemas, jangan jangan minumanku diludahin?
Mukanya selalu asem. Akhirnya aku jadi malas ke restaurant itu lagi.
Mana enak dijudesin pelayan terus.
Gara gara Ronny aku jadi kehilangan restaurant kesayangan.
Tapi rupanya Ronny malah jadi pelanggan tetap restaurant itu.
Ronny sering mengajak aku ke restaurant itu lagi. Tapi tentu aku nggak mau.
Aku nggak tau apakah Ronny sudah kenyang diludahin si botak?
Bersambung.
Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.