Me & My Lil Sister
Ini adalah sebuah esai bertema "Semua Masalah Dapat Diselesaikan Dengan Komunikasi" yang membahas tentang diriku dengan sahabatku berinisial J, aku buat ini khusus untuk mengikuti lomba yang diselenggarakan oleh The Writers yang bekerjasama dengan Telkom Indonesia dengan program Smart Bisnis. Aku harap kalian para readers tertarik dan mampu memahami makna yang terdapat dalam cerita ini.

Aku dan J bersahabat sejak kami masih sama – sama duduk dibangku sekolah dasar, kini aku baru saja lulus SMA sedangkan si J masih kelas 2 SMA. Persahabatan kami tak semulus yang kami bayangkan. Kerikil demi kerikil pun menghampiri hendak merusak, tetapi perlahan kami pun bisa menyelesaikannya dan berakhir tetap bersama hingga saat ini.
Saat baru memasuki bulan Februari di tahun 2019, untuk pertama kalinya aku bertengkar hebat dengan J. Ini terjadi karena sejak pertengahan tahun 2018, aku memendam kekecewaanku terhadap si J. Waktu itu salah satu sahabatku berinisial B memberi tahuku bahwa si J ini suka membicarakan diriku dan terkesan seperti mengujar kebencian kepada sahabat – sahabatku yang lain. Aku yang mendengar itu begitu tersentak dan tak bisa berkomentar apa – apa. Bahkan aku hanya bisa melontarkan pertanyaan di pikiranku, “Kenapa dia bisa setega itu? Aku masih tidak menyangka ternyata dia seperti itu. Serasa mimpi tetapi ini kenyataannya”.
Awalnya aku selalu berusaha untuk menepis itu dan coba untuk tetap berpikiran positif tentang si J. Tetapi bersamaan dengan usahaku tersebut, tak henti – hentinya aku mendengar ucapan demi ucapan yang diberi tahu oleh B dan juga salah satu sahabatku berinisial D ini hingga sampailah pada puncaknya di awal tahun 2019 tersebut. Walau sudah memuncak, saat itu aku berusaha semaksimal mungkin untuk bersikap tenang dan tak terpancing emosi akan segala perkataan J melalui Direct Message atau disingkat DM. Aku bilang padanya untuk bertemu saat itu juga dan menyelesaikan masalah, tetapi dia terus saja mengirimi pesan seolah - olah mengacuhkan tawaranku saat itu. Dan ya, setelah itu kami benar – benar menjauh dan memutuskan persahabatan begitu saja. Ditambah lagi J ini melanjutkan SMA di beda wilayah walaupun masih di dalam satu kota. Itu semakin membuat kami jauh dan tak bertemu selama berbulan – bulan hingga suatu ketika mamanya si J ini menawariku beserta si B untuk ikut berkunjung ke asrama si J. Dengan seizin orang tuaku, aku pun berangkat mengunjungi J. Betapa terkejutnya si J mengetahui aku dan si B ikut mengunjungi dirinya. Tampak jelas ia begitu salah tingkah saat melihatku begitu juga dengan diriku karena memang si J ini cenderung lebih dekat denganku dibandingkan dengan si B.
Tahun baru pun tiba, bersamaan itu juga si J kembali ke rumahnya. Dan saat itulah aku memanfaatkan keadaan agar aku bisa kembali bersahabat dengan si J. Dan sesuai prediksiku, si J ini memang ada keinginan kembali bersahabat juga denganku. Walaupun ia tidak mengucapkan secara gamblang, aku bisa tahu dari gelagat dan sikapnya pada saat itu. Tahun baru pun kami rayakan bersama, bersamaan dengan sahabat yang lain juga. Setelah itu, kami kembali berpisah karena si J harus kembali ke asramanya. Saat baru 2 bulan masuk sekolah, dunia digegerkan dengan pandemi virus Corona. Dan karena itulah, si J dipulangkan dari asrama ke rumahnya dan menjalankan belajar secara online.
Lagi – lagi aku memanfaatkan keadaan dengan semakin mendekatkan diri lagi padanya begitu juga sebaliknya. Lambat laun, tiba – tiba saja aku mengalami suatu masalah dengan sahabatku yang pria berinisial T. Dan bersamaan dengan adanya masalah itu, si J tiba – tiba menginginkan aku untuk bercerita padanya kenapa kami waktu itu bisa bertengkar. Akhirnya aku pun menceritakan secara singkat, padat dan jelas begitu juga si J yang juga menceritakan mengapa ia bisa begitu saja memutuskan persahabatan kami. Dan ya, inti dari permasalahan kami setahun yang lalu itu adalah karena kesalahpahaman. Setelah sama – sama mendengarkan dari sudut pandang masing – masing kami menyimpulkan seperti itu, pertengkaran waktu itu terjadi karena adanya kesalahpahaman antara kami yang dibumbu – bumbui oleh si B dan si T. Kasar katanya aku dihasut oleh si B sedangkan si J sahabatku ini dihasut oleh si T hingga terjadilah pertengkaran itu. Sejak saat itu, kami memutuskan untuk lebih berhati – hati dengan segala ucapan si B dan si T karena jujur kami tidak ingin kejadian di tahun 2019 itu terulang kembali.
Akhirnya semua terjawab, dan akhirnya juga aku bisa kembali bersahabat dengan J karena obrolan serius waktu itu atau yang biasa orang sebut deep talk. Aku selalu percaya bahwa komunikasi adalah kuncinya. Jika saja waktu itu si J menerima tawaranku dan menurunkan egonya untuk bertemu dan menyelesaikan masalah, pasti kami tidak akan saling menjauh dan memutus tali persahabatan begitu saja saat itu. Tetapi takdir berkata lain, dan kami hanya bisa ikhlas menerima apapun itu takdirnya.
Tidak semua hal yang terjadi di dunia ini bisa berlalu begitu saja, itu semua terjadi karena sebuah alasan. Dan alasan itulah yang sudah sepantasnya diberi tahu kepada orang yang bersangkutan. Tanpa adanya komunikasi yang baik, segala yang buruk akan selalu menjadi buruk dan malah berakhir buruk. Kalau tidak ingin menjadi buruk dan berakhir buruk, komunikasikan dengan baik. Bicarakan itu semua dengan kepala dingin tanpa berniat untuk membalas dendam atau niat buruk apapun itu. Setiap masalah akan bisa terselesaikan dengan baik apabila dikomunikasikan dengan baik pula. Maka dari itu, selalu mengutamakan komunikasi di dalam setiap hubungan baik keluarga ataupun hubungan persahabatan seperti yang sudah aku lakukan dengan J sahabatku.
Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.