Bekal Anak: Antara Angan dan Kenyataan
![Bekal Anak: Antara Angan dan Kenyataan](https://thewriters.id/uploads/images/image_750x_630cb8ac3c84a.jpg)
Sekolah sudah berjalan beberapa bulan, dan semenjak masuk sekolah full-time, anak-anak diminta membawa bekal makan siang. Tentulah sebagai ibu yang punya angan-angan idealis, saya pun mulai merencanakan apa yang akan mereka bawa ke sekolah jauh sebelum sekolah dimulai. Bekal sehat nan enak, yang berganti setiap hari agar tidak bosan.
Semua saya mulai dengan membeli kotak bekal, agar lebih semangat. Agar ibunya lebih semangat, maksud saya. Lalu diikuti dengan membeli buku resep dan mencatat-catat resep dari internet - tentu cari yang sederhana dan mudah ya...
Dan kemudian hari-hari sekolah pun dimulai. Pagi hari menjadi super hectic dan angan-angan mulai berhadapan dengan kenyataan.
Waktu yang terlalu mepet, anak yang aras-arasen untuk dibangunkan, hingga pekerjaan yang terkadang mengambil waktu lebih banyak. Tapi yang paling menyebalkan adalah anak-anak yang picky.
Alhasil untuk mempermudah hidup saya, saya hanya membekali lauk-lauk yang jelas anak saya suka. Paha ayam goreng untuk si Kakak dan telur dadar untuk si Adik. Begitu terus.
Paha ayam 1-2 kg saya ungkep sekalian dan kemudian dibekukan. Setiap pagi tinggal menggoreng. Sreeeeng...!
Saya sudah membayangkan apa yang ada di pikiran gurunya. Betapa monotonnya kehidupan anak-anak ini, pasti begitu.
Tapi beberapa hari yang lalu saya menemukan ide untuk memasak burger ayam. Pastilah anak-anak suka. Daging ayam giling dibuat patty, lalu dibekukan. Setiap pagi tinggal dipanggang dan diberi bumbu tambahan, seperti teriyaki atau saus jamur atau bahkan semur (yang tentu saja dibuat sebelumnya atau instan!).
Saya pun meluangkan waktu dan energi untuk membuat burger ayam sebanyak 30 patty mungil. Hasilnya cukup memuaskan. Aromanya harum, bumbunya pas, teksturnya sungguh empuk, hanya bentuknya saja yang sedikit tak sesuai harapan.
Yes. Bekal seminggu ke depan aman, pikir saya sambil mengeluarkan patty dari oven. Sebagian patty saya bekukan, dan sedikit saya sajikan malam itu sebagai tester untuk anak-anak.
Si Kakak mengambil satu, si Adik juga mengambil satu. Saya menanti dengan deg-degan. Si Kakak mengunyah, si Adik sibuk menambahkan saus tomat dan keju.
Lalu si Kakak melepeh patty ayam mungil itu. "Weeek. Nggak enak," ujarnya.
Si Adik tetap memakannya, dengan porsi keju lebih banyak. "Enak, Ma. Tapi kalau kejunya udah habis, nggak usah Adek habisin ya..."
Weeek. Gantian saya yang mblenek. Alamat kembali ke ayam goreng dan telur dadar lagi. Lalu, siapa yang akan makan patty sebegitu banyak...?
"Aku aja," ujar ayahnya anak-anak sambil telap-telep menghabiskan tester daging patty malam itu.
Ya elah...
Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.