PARNO CORONA

Selasa 7 April 2020
Tidak terasa juga akhirnya. Padahal sebelumnya, saya dalam keadaan sedih, kesepian dan bete. Merasakan waktu berjalan begitu sangat lambat. Sedih karena saya tidak bisa gendong dan main dengan cucu saya Kjora yang lagi lucu lucunya, lagi aktif jalan kesana kemari.
Teringat bagaimana saya dan suami bermain dengan Kjora. Suami , yang dipanggil yangkie oleh cucu cucu, yang gemar bersarung batik, menari sambil angkat sarungnya dan melenggok lenggok. Kjora ngikutin yangkie melenggok lenggok juga sambil menarik narik roknya keatas, lalu muter muter beberapa kali.
Saya ga bisa gendong Kjora waktu dia ingin melihat pernak pernik hiasan patung gajah diatas lemari. Lucunya Kjora yang suka gajah, dia akan bersuara, ajjaaah..ajjaah... persis seperti Aurelia kakaknya, waktu bayi.
Saya tidak bisa ngajak Kjora dan Aurelia berjemur ditaman sambil cari kaki seribu. Mata Kjora cepat sekali menangkap kaki seribu yang merayap ditaman disela2 bebatuan. Pasti tangannya menunjuk nunjuk , bila ada kaki seribu ataupun kupu kupu yang beterbangan.
Ohh, saya juga tidak bisa melukis bersama dengan Aurelia padahal sebelum ini kita janjian mau melukis bersama, tetapi belum sempat. Sesuatu yang sangat menyenangkan bisa punya hobby melukis yang sama dengan cucu . Melukis sambil ngobrolin teman temannya disekolah.
Mereka sengaja pindah dari apartemennya untuk sementara kerumah saya, dimasa social distancing ini. Saya dan suami saya senang sekali dengan mereka tinggal dirumah kami walau sementara karena memberi kehangatan, menepis kesepian dimana kami hanya tinggal berdua dirumah sebesar ini.
Ternyata, dengan sakitnya saya, harapan main ngemong cucu, pupus karena selama 14 hari saya akan menjalankan isolasi .
Isolasi ini terpaksa saya lakukan agar lebih safe, untuk mereka seisi rumah, walaupun saya tidak mempunyai gejala khas virus corona. Daripada risiko menularkan, (kalaupun ada virus corona), akan lebih tenang mengisolasi diri. Gejala yang saya rasakan adalah batuk parah dan pilek plus sedikit lemas saja, seperti gejala flu biasa sih.
"Pa, gimana kalau Ma diisolasi dulu saja. Kayanya flu tambah berat, nih. Belum tentu gegara virus corona sih" kata saya kepada suami.
"Wah sampai harus isolasi ?" suami mempertanyakan keputusan saya.
"Yah jaga jaga saja.”
Ngeri sekarang wabah seperti ini. Daripada resiko nularin yang lain. Seandainya flu biasapun, repot sekali kalau pada sakit flu. Kita ini umurnya sudah banyak, sudah 70 tahunan lo, jadi termasuk kelompok high risk kalau sakit. Apalagi kalau terpapar si virus corona. Jangan sampai. Ma kasihan terutama kepada Aurelia dan Kjora. Mereka sudah pindah sementara dari apartemennya kesini , jangan sampai sakit.
Lagian kalaupun bukan virus corona daya tahan tubuh Ma lagi kurang baik. Mending bertapa sendiri dulu, istirahat. Ga enak banget sih, 14 hari itu lama, tapi terpaksa.
“Tapi dimana ya isolasinya?" kata saya kepada suami.
"Ya kalau begitu. Dikamar atas mungkin ya" jawab suami saya mengiyakan pelan.
"Tapi itu kan kamar mandinya lagi dibetulin, belum selesai. Lagian terlalu dekat ke kamar Aurelia dan Kjora." Saya berpikir lagi.
"Gimana kalau kamar samping kamar kita, jadi saya ga keluar keluar kamar, karena ada kamar mandi sendiri dan enak ada pemandangan ke taman belakang ?"
" Oh iya, betul. Ok saja, ntar kita beresin kamarnya, rak baju baju saya pindahkan saja ke galeri ya," sahut suami saya lagi.
Yah terpaksalah galeri baju lukis Tangan Peri saya jadi tempat penampungan baju baju suami dulu untuk sementara waktu.
Sebetulnya pusing juga kepala saya memikirkan galeri yang akan jadi penuh, sumpek dan pasti berantakan tidak teratur. Alamat setelah ini, butuh waktu lama untuk merapikannya.
Pagi itu langsung saya dibantu asisten rumah membereskan kamar dimaksud. Kamar yang bertahun tahun tidak pernah dipakai tidur, cuma buat nyimpan baju2 saja.
Dalam hati sebetulnya saya enggan tidur dikamar ini, karena sumpek pastinya. Sudah terbiasa dikamar saya yang sekarang yang lebih besar. Tapi mau bagaimana lagi, masa suami yang disuruh pindah kamar kekamar yang lebih kecil?
Saya memasukkan beberapa meja kecil dan kursi juga. Selain itu dengan cepat saya kumpulkan apa-apa yang sekiranya dibutuhkan, seperti "perdasteran" dan aneka baju rumah. Baju lain tidak saya toleh, ngapain ngambil baju untuk pergi. Apalagi asesoris. Wong mau menyendiri ga kemana-mana kan.
Baju dalam sudah pasti, handuk, botol-botol skin care dan berbagai esential oil, hair dryer, mukena, suplemen dan obat-obatan saya saut dengan gerak cepat .
Asisten rumah menyapu ruangan dan mengepel lantai dengan karbol serei yang wanginya aduhai dengan dosis dobel biar mantap. Meja kursi, jendela dilap dengan lap basah pakai sabun. Gordyn dan vitrage yang sudah lama tidak bersentuhan dengan sabun, dibuka dibawa kebelakang untuk dicuci dan rencananya akan dipasang kembali setelah direndam wangi-wangian. Kamar ingin wangi, biar menyenangkan.
Tapi terus saya berpikir lagi....
"Yus gordyn ga usah dipasang lagi ah, lipat aja dan setelah kering nanti disimpan. Mending gini terang dan segar udara dari luar. Saya perlu oxigen, ga terhalang gordyn" kata saya kepada asisten rumah yang namanya Iyus
" Ya bu," jawab Iyus sambil menyelesaikan babak terakhir ngepel.
"Oh ya, habis ngepel cuci tangan dengan sabun dan tolong ambilkan sprei dikamar atas yang kira kira ukurannya cocok untuk tempat tidur ini. Yang nyetel lho ya. Jangan yang belang betong ga serasi"
"Baik Bu" kata Iyus seolah mengerti.
Kadang saya meragukan dia, maklum berdasarkan pengalaman, apa yang disuruh sering hasil bisa beda alias komunikasi kurang berhasil. Tapi apa boleh buat, saya males banget naik ke lantai dua tempat sprei. Sprei ukuran single bed memang disimpan dilantai dua karena tempat tidur single memang adanya dilantai dua.
Tidak berapa lama kemudian dia datang membawa sprei lengkap dengan sarung bantal dan sarung guling warna biru.
Alhamdulillah dia bisa nangkap maksud saya. Lumayan.
"Makasih ya, jangan lupa kain pel dan embernya setelah selesai, dicuci bersih ya"
Eh ternyata motif spreinya gambar grup sepakbola Chelsea. Melihat itu ingatan jadi melayang kebeberapa tahun silam. Waktu itu sprei ini saya beli di Thamcit . Sesudah dicuci bersih, dipasang dikamar anak saya nomor dua yang namanya Windra. Sprei itu saya pilih karena serasi dengan gordynnya yang berwarna biru juga.
Belinya waktu itu sesudah cape belanja keliling. Maklum ibu ibu banyak maunya Tidak mudah juga cari yang bahannya katun dan warna yang pas. Lagi saya ingat Windra sukanya bola, jadi sepertinya dia akan senang punya sprei gambar bola. Tapi harus tanya yang ada gambar Arsenalnya karena dia gila club itu.
"Mbak ada yang motifnya Arsenal ga, tapi warna biru ? " tanya saya ke mbak penjual sprei.
"Oh, tidak ada bu. Cuma ini yang ada ."
Sprei motif bola yang ada hanya motif grup Chelsea. Yang lain motif bunga2 dan abstrak, warna kebiruan tidak ada, rara rata motifnya terlalu ramai. Ya sudah daripada pulang ga dapat sprei, padahal lagi butuh , akhirnya sprei bermotif Chelsea itu saya beli.
Eh, Windra sepulang sekolah, (waktu itu dia masih di SMA), melihat sprei baru terpampang, karuan saja dia complain. "Kok ini gambar Chelsea sih, Ma . Ma kan tahu aku bukan fans Chelsea. Aku kan The Gunner Arsenal ".
Saya memang tahu dia penggemar berat Arsenal, malah jadi Ketua Club Arsenal Indonesia , tapi kan saya sudah usaha mencari, darpada ga dapat sprei yang saat itu dibutuhkan.
"Soalnya Ma sudah cape muter muter ga nemu lagi yang cocok. Ini katun, loh. Enak ga panas, lagian wong cuma sprei kok, yang lihat dan pake kan cuma kamu sendiri. Ga apa apa lah, tuh matching kan sama gordyn " jawab saya santai, tapi jadi ketawa sendiri melihat dia manyun.
Nah, sekarang sprei yang awet banget ini , (bayangkan beli waktu Windra di SMA, puluhan tahun yang lalu), sekarang saya pakai dan yang akan ditiduri berhari hari sampai nanti waktunya dicuci.
Waktu berlalu..
Jelang siang, udara lebih hangat menjurus kepanas pas matahari bersinar terang.
“Duh, silau juga nih, ”Habis operasi katarak mata saya lebih sensitif terhadap sinar matahari. Ga kepikir ngambil sunglasses karena masa sih dikamar pake sunglasses?
“ Udara makin lama makin panas, gerah rasanya. Nyalain AC dulu ah, “pikir saya dalam hati. Saya ambil remote control untuk. menyalakan AC.
“Astaghfirullahadzim...AC nya ga jalan ternyata...Waduuh! Sial banget! Bagaimana ini?”
Ada rasa sebal dan ingin marah juga kenapa waktu tukang AC datang bulan yang lalu, AC dikamar ini tidak diperbaiki sekalian.Salahnya ya salah saya juga, kurang perhatian waktu itu tidak mencheck kondisi AC dikamar ini. Sekarang mesti siap apa adanya dan pada akhirnya ingat , saya ini dalam keadaan sakit, seharusnya lebih prihatin dan bersabar kan.
Umur sudah banyak masih belum bisa bersabar, ga mau juga saya dibilang banyak mengeluh. Berhenti mengeluh, saya berkata kepada diri sendiri.
Ya, sudah. Saya terima kenyataan ini. Alamat nanti akan kegerahan deh, pasrah saja.
Mengalami ini, saya berpikir lagi mengapa kok kelihatannya keadaan kamar dan fasilitasnya kurang nyaman begini padahal nanti isolasi cukup lama. Awalnya mengharap walau diisolasi tapi dengan kondisi nyaman menyenangkan.
Ahh, mungkin sebetulnya ini hikmah bagi saya yaitu agar dengan kegerahan maka badan akan mengeluarkan banyak keringat dan ini akan membantu proses detoxifikasi yang memang dibutuhkan saat ini. Saya lagi mengkonsumsi gluta plus, semacam minuman dengan bahan natural antara lain buah buahan, sayuran, biji bijian, yang mempunyai fungsi mendetox tubuh dan meregenerasi sel, anti oxidan yang cukup kuat untuk melawan radikal bebas akibat serangan musuh asing dari luar tubuh.Cocok untuk kondisi saat ini.
Detox mesti jalan dong, maklum kami agen gluta plus yang produk Korea itu, harus jadi contoh. Maka ga boleh mengeluh, Allah sudah mengatur yang terbaik. Ga enak terasanya, tapi ternyata mempunyai hikmah manfaat. Dengan berpikir begini dada terasa lebih plong
Menjelang sore ke magrib ternyata pemandangan sangat menyenangkan, melihat ke taman belakang. Dedaunan tertimpa sinar mentari kuning keemasan. Di depan dinding taman ada satu tanaman berbunga kuning, namanya bunga Asar. Di waktu pagi, dia kuncup tetapi diwaktu Asar sekitar jam 16.00 keatas, dia bermekaran, kecil tapi bergerombol cantik.
Terus terang selama ini, bertahun tahun, saya tidak terlalu peduli. Baru sekarang, dari balik jendela, saya menyadari kecantikannya. Bunganya banyak dan rimbun . Dia mudah tumbuh dari bijinya yang hitam , tinggal ditabur. Sekarang sudah banyak tumbuh dihalaman, padahal tadinya hanya satu pohon saja.
Oleh karena itulah saya tidak terlalu menggubrisnya. Dan, sekarang...kok saya melihat dia yang sesimpel dan tidak menonjol, jadi lebih menarik, memberikan aksen dan kecerahan diantara hijaunya dedaunan. Tidak kalah cantik dibandingkan dengan bunga lain yang ada disitu.
Begitulah manusia, pikir saya mengintrospeksi diri. Kadang ada sesuatu yang sudah kita miliki, tapi kurang dihargai dan diperhatikan, padahal dia ternyata memberikan juga sesuatu atau manfaat walau mungkin kecil. Saya sudah diberikan itu..banyak...
Alhamdulillah ya Allah..Tanpa sadar mata saya membasah, apalagi saat itu saya lagi mendengar lantunan Asmaul Husna yang merdu dan menggetarkan hati dari you tube.
Ciit ciiittt..ciiitt. Suara burung2 kecil beterbangan, barangkali mau pulang ketempatnya masing masing. Selalu saja saya suka waktu jelang senja seperti ini dari waktu yang 24 jam sehari.
Jendela saya tutup. Masya Allah lagi2 masalah.... Ga bisa ditutup rapat ! Maklum kamar ini bertahun tahun tidak ditempati dan kurang diperhatikan. Padahal jendela terdiri dari kayu yang cukup baik dan pliturannya juga bagus, tetapi karena sudah bertahun tahun lamanya kena sinar matahari siang terus maka terjadi perubahan dari kayunya mungkin..
“Ah, nanti harus diperbaiki tukang setelah wabah corona usai”
Akhirnya jendela bisa ditutup walau masih ada celah yang besarnya lumayan untuk udara masuk. Walau ada kawat nyamuk tapi karena nyamuk sekarang kreatif, saya berharap tidak ada yang bisa menembus masuk kedalam.
Untung juga ada celah, karena darimana saya mendapat 0xigen kalau ruangan semua tertutup, AC tidak jalan juga. Nanti pintu kamar mandi juga ga akan saya tutup rapat biar udara masuk.
Malam pertama saya lalui dengan sekali sekali terbangun merasa gerah dan karena diganggu nyamuk . Tapi saya mudah terbangun untuk solat tahajud yang terasa lain dikamar ini, karena saat ini sunyi senyap sekali seolah saya seorang diri dimuka bumi ini. Sesudah solat tidak bisa tidur lagi sampai subuh dengan akibat paginya kepala terasa berat.
Hari kedua..
Berdasarkan pengalaman kemarin, maka saya minta satu standing fan dimasukkan ke kamar, berharap mengurangi kegerahan. Setelah fan dicoba, bagus, menyejukkan, cuma ya ampun, bunyinya gludug gludug keras sekali..
Bagaimana ya? Mau minta ganti fan lagi, ga enak dan kasian juga sama suami yang sudah memasukkan kekamar. Diterima saja, lagi, daripada dianggap rewel.
Demikianlah hari hari berikutnya saya lalui dengan cukup sabar namun selalu kangen sama Kjora dan Aurelia. Saya buka pintu kamar sedikit, melihat kelantai atas dan pintu kamar mereka. Melihat apakah mereka sudah bangun.
Kadang saya panggil panggil dan mereka keluar , tetap diatas dari jauh hanya say hello to ninty ,ga bisa peluk peluk.
Komunikasi dengan suami, anak dan cucu mudah, melalui telpon, whatssapp, videocall atau ngobrol dari pintu kamar atau jendela taman.
Kjora hampir tiap pagi main dan berjemur ditaman belakang ditemani yangkie , sering nunjuk nunjuk kejendela kamar nyari nyari ninty , ini bisa mengobati kangen .
"Kjora nih dengar ya, ada Coco melooonn" saya panggil dia sambil buka you tube lagu anak anak Coco melon, dibunyikan dengan volume keras karena dia jauh...
Hihi, Kjora langsung goyang goyang .. lucuunya cucuku. Terus dia jalan muter muter sekitar taman.
"Wah Kjora jalannya tambah cepat ya..Pinter".
Dia nunjuk2 kearah jendela saya sambil berceloteh ga jelas
Gemas pengen meluk...
Tadi saya juga melihat Aurelia senam ditaman, divideoin mamanya.
"Aurel cantik amat pake baju pink, itu yang dari ninty ya. Lagi ngapain"
"Kayanya iya ti dari ninty , beli waktu di Bandung dulu. Ini lagi tugas sekolah mesti dilaporin k bu Uun"
"Oh gitu bagus dong. Aurel jangan lupa vitamin sama jamu empon emponnya diminum ya"
"Iya ti" jawab Aurelia sambil berjalan masuk kerumah.
"Dadah ti"
"Dadah Aurel. Muach muach"
"Muach muachhh" balas Aurelia
Selama ini service dan perhatian dari keluarga yang dirumah maupun anak anak yang tidak tinggal dirumah ini cukup memuaskan, alhamdulillah.. Suplai kedalam kamar lancar, macam macam, mulai dari teko pemanas air, essential oil, makanan minuman dan lain lain.
"Ma aku kirim teko untuk bikin air panas ya yang kaya dihotel , biar ma sering sering minum air hangat, kan dianjurkan itu oleh dokter, jadi ga repot,ga usah minta diambilin orang lain", kata Adra anak saya yang tinggal di BSD melalui video call.
Dia selalu rajin menyapa mamanya tiap hari. Selalu rajin mensuplai bahan makanan organic yang sebetulnya kurang enak rasanya tapi menyehatkan, saking ingin agar mama dan papanya sehat.
Hal itu sering membuat saya terharu, walau kadang merasa terganggu dan merasa bersalah kalau dia menanyakan , apa yang dia kirim itu sudah dimakan, apa yang dikirim duluan itu masih ada atau sudah habis dan sebagainya.
Terganggu dan merasa bersalah karena selalu dia memfollow up kirimannya, menanyakan bak seorang penyidik dikantor polisi bagaimana nasib kirimannya, padahal makanan ataupun esential oil itu belum habis atau belum dipakai gegara kelupaan !
"Wah , ma mau dong teko buat bikin air panas, alhamdulillah. Tapi jangan yang mahal mahal ya.Tq ya "jawab saya senang diperhatikan anak bungsu cewe satu satunya ini tapi kasihan kalau beli yang terlalu mahal.
Makanan, cemilan dan kopi yang ditaruh suami , Intan , juga oleh anak saya Prama ( papanya Kjora dan Aurelia) ataupun Aurelia bergantian dimeja depan kamar, sesuai protap untuk pasien isolasi, akan saya pindahkan ke peralatan makan khusus saya, sambil dicempal dengan tissue. Agar tidak menularkan , harus diusahakan untuk tidak memegang benda langsung pakai tangan.
Semua diletakkan di meja di depan kamar saya dan saya yang akan keluar memindahkan keperalatan makan saya, tentu dengan bermasker.
Hari demi hari dilalui, pekerjaan saya sehari-hari adalah makan, minum banyak, ngobat dan vitamin, mendetox diri , minum empon empon yang fibuat oleh Iyus yang sudah berhasil saya training cara membuatnya, tidur banyak, dengerin musik dan ayat suci Quran, mengaji juga dan yang paling banyak dikerjakan, ya, apa lagi kalau bukan bergadget, walau sering terbersit mestinya, sih, banyak menulis dan dishare ke grup The Writers.
Perasaan sedikit bersalah belum menepati janji menulis,muncul.
Baru sekarang saya merasakan me time yang sebenarnya, dimana betul betul merasakan kesendirian. Enak juga, semau maunya sendiri. Malahan lucunya saya bisa bebas ngomong sendiri juga. Enak ga ada yang dengar.
Kata ahli jiwa dan psikolog ini tidak apa apa , ini bagus, ngurangin stress, asal saja jangan merasa ada yang menjawab, misalnya... meja ataupun kursi. Kalau sudah begitu,lain lagi. Jangan sampai.
Alhamdulillah, tidak ada halangan bagi saya untuk bisa melihat dan mendengar keluarga terutama cucu cucu saya, walau dari jauh, ngobrol dari balik jendela kamar. Dengar suara nangisnya saja sudah senang sekaligus gemas. Hanya tidak bisa kontak fisik.
Sementara....In syaa Allah.
Kadang ada sih rasa sedikit stress dan kalau stress saya akan merasakan kelopak mata jadi tambah berat, tambah turun... Tetapi terus saya menyemangati diri sendiri untuk melewati semua ini. Harus bersyukur karena banyak sekali orang yang lebih menderita, sedangkan saya boleh dikata keluhan sudah lebih banyak berkurang, sudah lebih sehat.
Kebetulan Intan menantu saya senang masak dan bikin kue. Jadilah meja saya dikamar penuh dengan makanan dan kue2. Sebentar sebentar ada saja yang menawarkan sesuatu, takut ninty kelaparan mungkin. Pastilah saya akan tambah melar nanti , tapi ga apalah, kan kondisi nya lagi begini, perlu gizi yang baik, pikir saya menghibur hati. Sekali sekali saya senam juga sedikit sedikit , lumayan daripada tidak sama sekali.
Hari hari berlalu dan sekarang sudah hari ke tujuh. Selama ini saya dua kali berjemur ditaman belakang, dengan tetap menjaga jarak dan tentu bermasker.
Saya saat ini mendiagnosa diri sendiri bahwa ini semacam flu saja, semoga bukan virus corona. In syaa Allah bukan.
Tinggal tujuh hari lagi, in syaa Allah baru saya akan kembali ke aktifitas dan bersosialisasi normal seperti semula dengan tetap stay at home. Bisa main lagi dengan Kjora dan Aurelia.
Saya akan mengajar Aurelia lukis kaca , dimana dia tanya terus, kapan ninty mau ngajarin lukis toples buat kue katanya.Kan mau Lebaran.
Ah kangen Aurelia, cucu pertama saya yang dulu kecil sekarang sudah ABG. Yang suka nyanyi lagu Korea BTS, K POP dan sebagainya sampai hafal kata katanya.
Di balik semua itu ada hal yang saya sadari bahwa apa apa yang kita miliki dan tidak pernah kita rawat dan perhatikan , ternyata pada saatnya akan bermanfaat dan memberikan kegembiraan bagi kita. Apa yg kita anggap masalah ternyata justru berguna karena memberikan dampak positif bagi apa yang sedang kita jalani.
Selain itu saya lebih mencintai dan mensyukuri kehidupan dan aktifitas sebelumya yang saya anggap membosankan misalnya terpaksa masak (saya suka masak sebetulnya, tapi malas, lebih praktis beli ).
Sekarang saya rindu mengeksekusi bahan2 makanan yang saya sengaja beli sebelum social distancing, yang penuh difreezer dan kulkas. Untung ada Intan yang mengeksekusinya menjadi makanan yang enak enak. Yang paling dirindukan tentu saja cucu cucu yang gemesin, sepertinya mereka akan tambah besar dan pinter dalam 14 hari ini
Tok tok tok
"Ma..Makan siangnya dimeja ya"
"Ya, tengkyu Intan. Ma bentar lagi ambil"
Saya keluar membawa piring dan tissue, menuangnya ke piring saya lalu secepatnya masuk ke kamar.
Ahhh…makan siang sepertinya enak.Kebetulan sudah lapar dan memang lagi isolasi ini jadi lapar terus ...
Oohh ini...nasi panas, osengan sayur, krupuk dan rendang buatan Devina Hakim
Maknyuss
Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.