BPJS DENGAN SEGALA KELEBIHAN DAN KEKURANGANNYA
Gubrakkkkkk….. tiba-tiba menjadi gelap dan tidak tau apa yang terjadi. Na,, bangun Rina,, bangun na,,, ada suara yang membangunkan aku, ku buka mata dan ku lihat adikku, lalu ia berkata “lo gak apa-apa?”, “emang gw kenapa?” sambil berusaha bangun dan menyadari bahwa saya ternyata kecelakaan, banyak orang yang mengelilingi saya dan memberikan bantuan, adik sayapun mejelaskan, bahwa jas hujan yang saya pakai masuk ke rantai motor dan saya terlempar.
![BPJS DENGAN SEGALA KELEBIHAN DAN KEKURANGANNYA](https://thewriters.id/uploads/images/image_750x_63a166fd20bbe.jpg)
Gubrakkkkkk….. tiba-tiba menjadi gelap dan tidak tau apa yang terjadi. Na,, bangun Rina,, bangun na,,, ada suara yang membangunkan aku, ku buka mata dan ku lihat adikku, lalu ia berkata “lo gak apa-apa?”, “emang gw kenapa?” sambil berusaha bangun dan menyadari bahwa saya ternyata kecelakaan, banyak orang yang mengelilingi saya dan memberikan bantuan, adik sayapun mejelaskan, bahwa jas hujan yang saya pakai masuk ke rantai motor dan saya terlempar.
Astagfirulloh… pantes koq badan rasanya sakit semua. Akhirnya perjalanan menuju kantor pun tak sampai, “Ya udah balik lagi ke rumah yuk dek, abis itu ambil kartu ASKES dan anterin ke RSUD”
Kejadian itu sekitar tahun 2010 dan itu adalah saat pertama kali saya sebagai PNS (Pegawai Negeri Sipil) menggukan ASKES (Suransi Kesehatan) di RSUD Bekasi, dekat tempat tinggal saya. Masuk di UGD dan dilakukan pengecekan. Saat itu di diagnosis tulang sebelah kiri saya patah dan tulang bahu bergeser dari tempatnya.
Wiihhh.. kalau dipikir-pikir lumayan juga nih pakai ASKES, dengan ASKES saya bisa menghemat banyak uang, dari mulai operasi pasang pen, kontrol hingga operasi lepas pen, semua gratis. Tapiiiiiiii, ada tapinya nih! ASKES ribet, harus fotokopi berkas dengan banyak rangkap, seperti surat KTP, KK serta surat rujukan masing-masing di fotokopi 10 lembar. Terus, peserta ASKES juga harus rela antri panjang dan mondar mandir ke puskemas untuk minta surat rujukan.
Kalau mau dijabarin lagi, pastinya masih banyak kekurangan ya. Dan satu hal yang saya sedih banget. Bagaimana dengan penduduk Indonesia yang tidak mampu dan BUKAN PNS seperti saya? Negara mikirin apa biarin? Ternyata ada nih jawabannya.
Jaminan pemeliharaan kesehatan di Indonesia sebenarnya sudah ada sejak zaman kolonial Belanda. Dan setelah kemerdekaan, pada tahun 1949, setelah pengakuan kedaulatan oleh Pemerintah Belanda, upaya untuk menjamin kebutuhan pelayanan kesehatan bagi masyarakat, khususnya pegawai negeri sipil beserta keluarga, tetap dilanjutkan. Prof. G.A. Siwabessy, selaku Menteri Kesehatan yang menjabat pada saat itu, mengajukan sebuah gagasan untuk perlu segera menyelenggarakan program asuransi kesehatan semesta (universal health insurance) yang saat itu mulai diterapkan di banyak negara maju dan tengah berkembang pesat.
Pada saat itu kepesertaannya baru mencakup pegawai negeri sipil beserta anggota keluarganya saja. Namun Siwabessy yakin suatu hari nanti, klimaks dari pembangunan derajat kesehatan masyarakat Indonesia akan tercapai melalui suatu sistem yang dapat menjamin kesehatan seluruh warga bangsa ini. (https://www.bpjs-kesehatan.go.id/bpjs/index.php/pages/detail/2013/4)
Apa yang menjadi cita-cita Siwabessy dan juga saya agar masyarakat Indonesia bisa memperoleh layanan Kesehatan sudah menemui titik terang, meski mungkin pelayanannya belum lah bagus sekali, namun sudah lumayan bagus. Dengan sistem yang sudah semakin bagus pula. Yuk Simak, sedikit sejarah tentang ASKES!
Pada Januari 2005, PT Askes (Persero) dipercaya pemerintah untuk melaksanakan program jaminan kesehatan bagi masyarakat miskin (PJKMM) yang selanjutnya dikenal menjadi program Askeskin dengan sasaran peserta masyarakat miskin dan tidak mampu sebanyak 60 juta jiwa yang iurannya dibayarkan oleh Pemerintah Pusat.
PT Askes (Persero) juga menciptakan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat Umum (PJKMU), yang ditujukan bagi masyarakat yang belum tercover oleh Jamkesmas, Askes Sosial, maupun asuransi swasta. Hingga saat itu, ada lebih dari 200 kabupaten/kota atau 6,4 juta jiwa yang telah menjadi peserta PJKMU. PJKMU adalah Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda) yang pengelolaannya diserahkan kepada PT Askes (Persero).
Langkah menuju cakupan kesehatan semesta pun semakin nyata dengan resmi beroperasinya BPJS Kesehatan pada 1 Januari 2014, sebagai transformasi dari PT Askes (Persero). Hal ini berawal pada tahun 2004 saat pemerintah mengeluarkan UU Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) dan kemudian pada tahun 2011 pemerintah menetapkan UU Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) serta menunjuk PT Askes (Persero) sebagai penyelenggara program jaminan sosial di bidang kesehatan, sehingga PT Askes (Persero) pun berubah menjadi BPJS Kesehatan.
Melalui Program Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) yang diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan, negara hadir di tengah kita untuk memastikan seluruh penduduk Indonesia terlindungi oleh jaminan kesehatan yang komprehensif, adil, dan merata.
Alhamdulillah, ternyata negara memikirkan rakyatnya untuk memperoleh fasilitas Kesehatan, banyak yang sudah merasakan manfaat menggunakan BPJS Kesehatan.
Juni 2021, saya Kembali di sayang sama Alloh, diberi ujian berat, bagai tersambar petir dikala cuaca stabil. Kala itu Ibu pulang dari Rumah Sakit Persahabatan setelah mendapatkan hasil bronkoskopi.
“Ibu kena kanker paru Rin, benjolan itu ternyata kanker, penyebab batuk berdarah berdahak juga kanker itu, dan ketika nyesek di nebu gak bisa, ya karena itu kanker, bukan penyempitan saluran pernafasan seperti asma pada umumya” ibu menjelaskan.
“Astagfirullohhalazim….. berat banget ujian kita bu. Selanjutnya bagaimana pengobatannya?” tanyaku dengan perasaan sedih dan berusaha menahan air mata agar tidak tumpah.
“Masih panjang Rin, yang jelas harus kemoterapi, sebelum itu perlu cek darah, ke Dokter Jantung sama cek ginjal. Setelah hasilnya keluar, baru bisa ditentukan jenis kemonya, kemo obat atau kemo infus. Alhamdulillah semua di tanggung BPJS” sahut ibuku.
Waktu pun terus berlalu, pengecekan Kesehatan terus berjalan, antrian demi antrian dilalui ibuku, hingga September 2021, hasil setelah control adalah, sel kanker berkurang 47 % dan tidak ada penyebaran.
Rasa syukur nikmat tiada terhingga, diiringi doa kesembuhan dari kami sekeluarga.
“Duh, pusing banget nih ibu” tiba-diba di suatu hari di akhir November 2021, ibu mengeluh sakit kepala hebat. “ibu maunya bagaimana?” tanya ku. “gak tau, bingung Rin” sahutnya, “ya udah ke rs yuk, biar di cek ada apa?” jawabku. Ibu pun setuju.
RS yang dilipih adalah RSUD Bekasi, yang dekat dengan tempat tinggal kami, lagi-lagi BPJS berperan penting, meski tidak ada hasil yang signifikan, tapi mereka tetap memberikan pelayanan terbaik pada kami, selain menghadirkan dokter spesialis paru, ada juga dokter spesialis saraf dan ahli gizi. Kami tetap harus kembali ke RS Persahabatan, RS Tipe A, dimana tempat ibu menjalankan rangkaian perawatan medis, karena penyakit ibu sudah berat dan kompleks.
Kembali berobat di RS Persahabatan, terkaget-kaget dengan sistem BPJS yang sudah semakin bagus. Datang melakukan administrasi seperti biasa. Menuju Poli Paru. Kiraian bakalan antri panjang dan lama seperti biasa, ternyata hanya menunggu sekitar 15-20 menit. Koq bisa? Ya bisa, karena didalam ada sekitar 5- 7 dokter paru. Jadi bisa 7 pasien di tangani dalam waktu yang sama.
Canggihnya lagi, pasien tidak perlu banyak cerita tentang riwayat penyakit, riwayat pengobatan (selama di RS Persahabatan), dan riwayat tindakan. Dokter cukup membuka nomer rekam medis pasien, dan keluarlah semua riwayat pengobatan. Pasien cukup menjawab pertanyaan, “Ada keluhan apa sekarang?’’ kata dokter. “Gini dok, kepala saya pusing banget, kemaren sudah berobat ke RSUD dan sempat dirawat, tapi gak ada apa-apa kata dokter disana, lebih baik melanjutkan pengobatan disini” sahut ibuku. “Baik, ini dari hasil CT Scan terakhir, terlihat ada cairan di otak, cairan inilah yang membuat pusing, cairan ini harus dikeluarkan, teknis pengeluarannya bisa dikonsultasikan ke dokter bedah saraf” dokter menjelaskan. “Wah, berarti besok harus ke dokter saraf ya?” kata ibuku. “kenapa besok, sekarang saja, poli saraf masih buka koq bu”, lanjut dokter.
WOOWW Banget, antara percaya dan tidak, beneran bisa ke 2 dokter dalam sehari????? Bisa loh ternyata. Akhirnya ibu ditangani dokter saraf. Hal ini sangat mempermudah. Karena membawa pasien dengan penyakit berat, sudah sulit untuk berjalan, untuk bolak balik itu lumayan berat,, berat semua nya,, berat buat pasiennya (jarak dari rumah dan rs jauh) tidak ada tempat istirahat yang nyaman selama menunggu, berat ongkosnya juga… Jadiiiiiii, dengan adanya kebjakan ini saya sangat bersyukur.
Selain bisa ke dua dokter dalam satu hari, bisa juga tindakan seperti pengambilan sampel darah di hari yang sama. Dan sebagai tindak lanjut pemeriksaan dokter saraf, saya mendaftarkan ibunda untuk MRI. Antrian MRI sekitar 1 minggu, dan hasilnya bisa diambil 1 minggu kemudian. Selama menunggu hasil-hasil itu, pengobatan kemo dan pereda nyeri masih terus berlanjut.
Hasil MRI yang dinanti pun selesai. Kembali ke dokter saraf, dan dinyatakan perlu 10 kali radiasi karena ternyata sel kanker sudah menjalar hingga ke otak. 10 kali radiasipun banyak kemudahan secara administrasi, cukum scan barcode yang diberikan pihak rumahsakit, dan antri radiasi.
Manusia harus berusaha, soal hasil Alloh yang menentukan. Meski sudah menjalani serangkaian pengobatan, Alloh lebih sayang sama ibu. 18 Januari 2022 Alloh angkat ke sisi-Nya dan sembuh untuk selamanya. Selamat jalan ibu, sampai bertemu lagi nanti di surga.. Aamiin..
Terimakasih ibu, telah menjadi ibu yang baik bagi kami anak-anakmu, telah menjadi contoh yang baik, sabar dan selalu tawakal hingga akhir hayat. Terimakasih juga telah mendampingi bapak semasa sehat dan sakit. Meski bapak tidak dapat berkata-kata saat kepergianmu bu, tapi kami tahu, bapak sangat kehilanganmu.
Kisah cinta kalian menjadi panutan untuk kami. 16 Februari 2022, seakan tidak ingin berpisah lama dari ibu, bapakpun menyusul ibu. Selamat jalan bapak, doa kami selalu untuk kalian. Terimakasih juga sudah menjadi imam yang baik bagi keluarga kecilmu ini. Semoga bapak dan ibu bahagia di sisi Alloh. Aamiin..
Udah selesai cerita BPJSnya? Belom…..
Bagian terakhir nih… Curhatan lelahnya menggunakan BPJS dan disini mau memberikan impian saya, syukur di kalau dijadikan kenyataan dan menjadikan BPJS lebih baik, tapi klo hanya sekedar tulisan, yah engga apa-apa juga. Antrian yang panjang dan lama. Udah dari jaman pakai ASKES. Melihat pengalaman di RS Persahabatan bisa ditiru untuk antrian dokter, bisa diadakan banyak dokter (3-10 dokter misalnya) dalam 1 faskes/poli di rumah sakit, bisa disesuaikan dengan kapasitas tempatnya.
Masalah administrasi, teknologi sudah canggih, BPJS sudah punya aplikasi, untuk yang pindah alamat dan pindah faskes, semoga bisa dipermudah, apalagi sudah pernah terdaftar. Administrasi di rumah sakit, semoga cukup dengan 1 barcode, bisa di gunakan sesuai rujukan dari faskes pertama.
Perpanjang surat rujukan. Kalau saya boleh memberi masukan, pisahkan jalur untuk ke dokter yang akan perpanjang rujukan dengan dokter yang akan memberikan pengobatan. Kasian pasien yang sudah parah harus antri panjang untuk perpanjang rujukan. Antrian bisa 3-5 jam, ketemu dokter hanya 5 menit paling lama. Lalu tolong permudah pasien yang benar-benar tidak berdaya (seperti lumpuh, terbatas gerak karena kecelakaan) dengan pasien yang masih bisa leluasa bergerak, Impian saya, bagi pasien yang sudah sangat terbatas geraknya dan dokter sudah mengharuskan pengobatan rutin, bisa diberikan rujukan seumur hidup.
Terakhir, antrian obat, jujur saya memang tidak tahu proses pembuatan obat racik, jumlah apoteker, dan alurnya. Saya hanya bisa bermimpi, antrian obat bisa dipisahkan antara obat racik dengan obat yang sudah jadi. Obat yang sudah jadi seharusnya bisa lebih cepat diberikan ketimbang obat racik. Bagi pasien yang mengantri obat racik, sebaiknya diberikan papan informasi, berapa lama lagi antrian obat raciknya selesai, sehingga mungkin pasien bisa dibawa pulang dulu, bisa beristirahat dengan nyaman. Atau ada bagian khusus distribusi, bila obat racik sudah jadi, dikirim dengan expedisi atau ojek online.
Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.