Siapkan Revolusimu Menyambut Era Baru
Membangun generasi cerdas, kreatif dan inovatif di era revolusi industri 4.0 dengan kerja keras dan kerja cerdas seluruh insan pendidikan menuju Indonesia Emas.

Ada berapa macam revolusi yang pembaca pernah dengar? Sengaja penulis tanyakan di awal tulisan ini karena cukup banyak kata revolusi yang dikaitkan, seperti misalnya: Revolusi Perancis, Revolusi Kemerdekaan Indonesia, Revolusi Industri ke 1-2-3-4, Revolusi Belajar, bahkan Revolusi Mental. Sebelum lanjut membahas satu per satunya, ada baiknya kita pahami dulu apa itu revolusi, mengapa perlu di revolusi dan bagaimana revolusi itu harus dilaksanakan?
Revolusi adalah sebuah perubahan dalam waktu yang singkat. Menurut Aristoteles, revolusi dibagi menjadi dua macam; pertama, perubahan total dari suatu sistem ke sistem yang berbeda dan kedua, modivikasi sistem yang sudah ada. Selanjutnya setelah kita tahu arti kata revolusi yang secara singkatnya dapat dikatakan sebagai sebuah perubahan dalam waktu singkat. Sedangkan kata evolusi, secara singkatnya adalah perubahan dari masa ke masa, suatu perubahan pada sifat-sifat terwariskan suatu populasi organisme dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Bapak Jokowi (Presiden Indonesia) sering menyebut revolusi mental dalam setiap pidatonya. Beliau berharap agar terjadi perubahan cara pikir masyarakat, baik dalam hal cara berpikir, berperilaku dan bertindak ke arah yang lebih baik. Apa saja yang bisa dikerjakan dengan cepat tak perlu dibuat lambat. Setiap Warga Negara Indonesia (WNI) diajak untuk merevolusi mentalnya, sehingga menanggalkan cara-cara lama, seperti yang pernah kita dengar bahwa dalam mengurus segala sesuatu tidaklah mudah karena ada sementara orang yang memang berperilaku demikian. Kemudian di bawah pemerintahan beliau dihapuslah cara-cara lama yang menghambat segala urusan, seperti dalam hal mengurus perijinan, pembuatan KTP, dan sebagainya.
Kalau kita sudah paham arti atau makna kata revolusi, maka kata mental atau mentalitas adalah cara pikir/konsep pemikiran manusia untuk dapat belajar dan merespons suatu hal. Jadi dapatlah dikatakan bahwa pengertian revolusi mental adalah perubahan cara berpikir dalam waktu singkat untuk merespon, bertindak dan bekerja. Kalau pembaca sering mendengar bahwa kita sekarang ini berada pada revolusi industri ke 4.0, lalu revolusi industri ke 1.0 itu kapan? Jawabnya yaitu ketika ditemukannya mesin uap oleh James Watt pada tahun 1784 di Inggris. Lalu revolusi industri ke 2.0 tahun 1870 manusia mulai mengenal energi listrik, revolusi industri ke 3.0 mulai orang mengenal komputer di tahun 1969, dan revolusi industri ke 4.0 dimulai tahun 2018.
Revolusi industri ke 4.0 ini telah mengubah cara kita hidup, bekerja dan berhubungan dengan yang lain. Teknologi yang berkembang dalam revolusi industri ke 4.0 menggabungkan dunia fisik, digital dan biologis, yang membuka peluang besar untuk kemajuan diberbagai bidang kehidupan. Meskipun terbersit kekhawatiran bahwa revolusi tersebut mungkin akan berdampak negatif pada kecakapan sosial dan kemampuan kita dalam berempati. Nicholas Carr mengatakan bahwa semakin banyak waktu yang kita luangkan untuk tenggelam di perairan digital, semakin dangkal pula kemampuan kognitif kita.
Generasi Cerdas Dan Kreatif Inovatif
Tantangan yang muncul akibat revolusi industri ke 4.0 tampaknya lebih merupakan tantangan di bidang penyediaan, yaitu dalam bidang kerja dan produksi. Realitas disrupsi beserta dampaknya yang tak terhindarkan tidaklah serta-merta berarti bahwa kita tidak berdaya di hadapannya. Justru kita harus bertanggung jawab untuk menjamin bahwa kini saatnya menemukan peluang. Menggalang kerjasama untuk mengatasi dinamika perubahan dunia kerja. Para pekerja yang tidak mau dan tidak mampu beradaptasi bisa ‘mati!’. Setiap makhluk hidup harus memiliki kemampuan adaptasi pada lingkungannya.
Begitu juga halnya dengan bidang pendidikan, pendidikan harus segera bangkit dan mengejar ketertinggalannya akibat pandemi covid-19 yang berkepanjangan. Terjadinya learning loss harus segera diimbangi dengan kerja keras dan kerja cerdas (work hard and work smart) seluruh insan pendidikan. Usaha menyakinkan para pengguna lulusan bahwa dengan pendidikan yang berkualitas akan mendukung dan menggairahkan kembali dunia kerja yang sekian lama telah mengalami keterpurukan. Begitu banyak mereka yang tidak kompeten terlempar ke luar arena dan berakibat menumpuknya pengangguran.
Kini pemerintah telah berusaha sekuat tenaga mengedepankan kemitraan antara dunia pendidikan cq sekolah/kampus dengan dunia industri. Sekolah menengah kejuruan didorong mengadopsi skema kemitraan link and match. Pemulihan pendidikan, penggunaan teknologi digital, solidaritas, dan kerja sama harus cepat dijalin sebaik mungkin dengan menyusun skala prioritas. Oleh karena itu, siapkan diri masing-masing, lakukan revolusi dan transformasi agar cita-cita menuju Indonesia emas di tahun 2045 menjadi kenyataan. Di tangan generasi milenial yang terdidik dan berkarakter baik Indonesia mampu keluar dari krisis.
Membangun generasi cerdas dengan revolusi pembelajaran, berarti Indonesia perlu pendidik yang benar-benar mumpuni di semua ranah, baik kognitif-afektif-psikomotorik. Pendidikan tidak hanya hal menuangkan ilmu ke dalam otak peserta didik dengan jalan membuka kepalanya melainkan harus benar-benar terjadi perubahan dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak bisa menjadi bisa, dan dari yang semula tidak baik menjadi baik. Mendidik anak manusia beda dengan melatih binatang, harus ada rasa kasih sayang dan menempatkan peserta didik pada pusat pembelajaran karena mereka adalah subyek didik bukan obyek.
Pekerjaan mendidik ada unsur seni di dalamnya, masing-masing peserta didik mempunyai gaya belajarnya masing-masing. Ketika ada kegembiraan, di situ ada kreativitas dan dengan kreativitas itu muncullah inovasi. Percayalah bahwa manusia itu kreatif karena ia diciptakan oleh Sang Kreator Yang Maha Kuasa. Di akhir tulisan ini ijinkan penulis mengutip kata-kata yang disampaikan oleh Joseph Addison: “Sukacita adalah faktor penting yang dapat menjadikan kita lebih sehat baik secara jiwa maupun fisik”. Bukankah hal kesehatan kini menjadi sangat berharga bagi setiap manusia, dan dengan fisik dan psikhis yang sehat kita siap menyambut era baru dan mengisinya dengan hal-hal baru dan baik demi kemaslahatan umat manusia.
Jakarta, 21 Maret 2022
Salam penulis: E. Handayani Tyas; Universitas Kristen Indonesia – [email protected]
Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.