Siapa Suruh Datang Jakarta?
Hidup merantau di Jakarta harus gigih, pantang menyerah untuk meraih keberhasilan.

Penulis jadi ingat lagu lama: ‘Siapa suruh datang Jakarta…..’ dan seterusnya. Pertanyaan itu jawabnya adalah: ‘Sendiri…..suka sendiri’ ….. dan seterusnya. Syair lagu ini bagus untuk direnungkan siapa saja khususnya para perantau yang mencari nafkah di Jakarta. Mereka datang ke Jakarta meninggalkan kampung halaman dengan tujuan dan harapan ingin mengubah nasib menjadi lebih baik. Kota Jakarta sebagai ibu kota negara saat ini di mata mereka sangat gemerlapan, penuh dengan tantangan, pendek kata luar biasa lah.
Menyimak berbagai media seperti TV di hampir semua channel, koran, WA dan lain-lain beritanya adalah tentang kemacetan. Betapa tidak, karena mudik lebaran kali ini memang sangat membludak. ‘Bak’ kran air yang dibuka (dikocorkan) setelah dua kali lebaran di stop gara-gara pandemi covid-19 yang ganas itu. Lebaran kali ini entah berapa ratus ribu mobil yang meluncur dari Jakarta ke daerah dan entah berapa pula jumlah orang-orang yang mudik (seolah tak terhitung lagi banyaknya), walau harus bermacet-macet ria, belum lagi yang lewat laut dan udara.
Usaha keras Polisi dan Pemerintah mengatur para pemudik berlalu-lintas, baik sebelum tiba waktu mudik maupun saat kembali ke Jakarta. Ada usaha mengundurkan waktu masuk sekolah (memperpanjang libur sekolah), adanya anjuran untuk WFH (Work From Home), ada cara one way, ada contra flow, dan lain-lain semata-mata untuk mengurai kepadatan khususnya arus balik. Sebagaimana kita ketahui bahwa tanggal 9 Mei 2022 semua sudah harus mulai masuk sekolah dan masuk kerja,
Libur lebaran kali ini benar-benar luar biasa karena dimanfaatkan secara luar biasa pula, karena sudah dua kali lebaran tak ada acara silaturahmi dan kangen-kangenan serta rasa rindu kampung halaman yang terhalang, kangen kuliner daerah asal pun menjadi tak kesampaian. Kini semua bergerak, semua seolah ‘bebas’, roda perekonomian pun berputar kembali berkah Ramadhan. Tradisi mudik memang sudah berlangsung sejak dahulu kala. Jutaan orang meninggalkan Jakarta untuk mengunjungi kampung halaman masing-masing, bepergian ke tempat-tempat wisata, mengalirkan rejeki ke berbagai sektor seperti hotel, restoran, transportasi dan tak ketinggalan adalah rejeki bagi toko oleh-oleh khas daerah tertentu.
Sekalipun mudik tahun ini membuat banyak orang bersuka ria namun, hendaknya jangan dulu bereforia, tetap waspada akan bahaya covid-19, dengan menjaga protokol kesehatan yang disiplin. Pengaturan mudik pun akan senantiasa ditingkatkan, kondisi jalan yang makin baik sangat mendukung kelancaran berlalu-lintas dan yang jelas memangkas waktu di jalan sehingga efektif dan efisien. Mudik menjadi happy, karena petugas (Polisi) simpati, Pemerintah peduli, buktinya hari libur untuk para pekerja itu diijinkan untuk diatur sedemikian rupa sehingga tidak dimulai dan diakhiri pada hari yang sama. Menjadi harapan semua orang adalah pada lebaran-lebaran yang akan datang lebih asyik lagi karena kemacetan pasti akan berkurang.
Antara Mudik Dan Pulang Kampung
Haruskah dibedakan antara keduanya? Beberapa waktu yang lalu Bapak Presiden Joko Widodo menyatakan bahwa mudik dan pulang kampung merupakan dua hal yang berbeda. Mudik merupakan pergerakan orang ke kampung yang dilakukan menjelang hari raya Idul Fitri. Kalau yang namanya pulang kampung itu orang yang bekerja di Jakarta, tetapi anak-isterinya ada di kampung (demikian kata Bapak Jokowi pada acara Mata Najwa yang disiarkan TV Trans 7 pada Rabu, 23 April 2020). Dalam acara tersebut Bapak Jokowi mengatakan bahwa pulang kampung dilakukan oleh orang-orang yang bekerja di Jakarta namun, memutuskan kembali ke kampung karena tidak ada lagi pekerjaan di Jakarta.
Statemen beliau mengingatkan penulis pada saat awal-awal pandemi covid-19, begitu banyak karyawan (swasta) yang kena PHK (Pemutusan Hubungan Kerja). Rumah kontrakan tempat kost-kost an menjadi banyak kosong. Imbasnya pengusaha di bidang itu juga mengalami penyusutan pendapatan. Anak kost pun pada pulang kampung dan kuliah diselenggarakan secara on line. Kini nyatalah bahwa pandemi covid-19 itu benar-benar meluluhlantakkan perekonomian. Oleh karena itu, syukurlah kalau kini roda perekonomian menggelinding lagi. Bayangan meraih cwan (keuntungan) di semua sektor mulai bergerak dan hidup.
Bahwa ternyata budaya mudik lebaran Idul Fitri itu sudah ada sejak zaman Belanda (sumber: Koran Pemandangan terbitan Batavia Centrum, Kamis 2 Desember 1937; arsip Perpustakaan Nasional RI Nomor Katalog 380927@potretlawas). Setiap hari raya Idul Fitri setahun sekali mesti/wajib menengok family, walaupun jaraknya jauh dan membuat badan jadi lelah. Waktu itu transportasi umum menggunakan Kereta SS (Staat Spoorwagen), yang kini kita kenal dengan KAI (PT Kereta Api Indonesia-Persero). Siapa saja yang naik Kereta SS itu mengakui merasa sentosa-senang dan murah.
Kini zaman sudah berubah, Kereta Api sudah bagus-bagus apalagi kalau yang kelas eksekutif. Luar biasa kemajuan yang dicapai oleh bangsaku Indonesia. Mari kita isi kemerdekaan yang sudah berusia 77 tahun ini dengan SDM (Sumber Daya manusia) yang memiliki komitmen bagus dan berintegritas. Kita harus bangga dengan bangsa sendiri, raihan-raihan prestasi yang telah diukir pada masa pemerintahan Bapak Jokowi hendaknya terus dipicu dan dipacu untuk menuju Indonesia emas tahun 2045.
Bagi kami yang bergerak di bidang pendidikan siap ikut membangun Indonesia lewat pendidikan. Bertanggungjawab sebagai orang yang bersedia bekerja lebih keras dan lebih cerdas dari orang lain. Saling menghargai satu sama lain, hidup rukun dan guyup, karena pertemanan lebih penting daripada tumpukan harta benda. Berinvestasilah untuk masa depan dengan ketulusan, kepercayaan dan saling mendukung dalam perbuatan baik, karena modal utama dalam persahabatan adalah kepercayaan, kejujuran dan ketulusan.
Untuk mengakhiri tulisan ini, perkenankan penulis memberi semangat kepada Saudara-saudara yang kini datang kembali ke Jakarta. Perantau itu harus gigih, pantang menyerah (never ever give up), siap belajar terus (supaya tidak ketinggalan). Jadilah si-cepat, dengan berpikir cepat dan bertindak cepat, niscaya Anda menjadi pemenangnya!
Jakarta, 10 Mei 2022
Salam penulis: E. Handayani Tyas; Universitas Kristen Indonesia – [email protected]
Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.