Ajari aku kesabaranmu, Bapak

Ajari aku kesabaranmu, Bapak
Pic taken from Pak De's IG

Dear, Pak De,

Perkenalkan nama saya Yoyo. Chinese. Beragama Budha. Single parent dengan satu anak dan bekerja sebagai tour leader. Sehari-hari kegiatan saya mengantarkan turis Indonesia yang melancong ke Benua Eropa. Okay, saya rasa cukuplah cerita tentang saya. Saya bukan mau membahas itu. Saya cuma mau mengatakan beberapa hal pada Bapak.

Tau nggak, Pak. Di malam hari, saya sering menangis untuk Bapak. Bapak sudah begitu keras bekerja membangun negeri ini tapi orang-orang itu masih saja membully Bapak. Sampai di penghujung tahun memerintah,  masih saja mereka bernafsu hendak menjatuhkan Bapak. Saya tidak rela Bapak diperlakukan seperti itu. Saya sedih. Saya marah. Untungnya Mama selalu menghibur saya dengan kalimat yang sama dan selalu dia ulang-ulang, “Jangan bersedih, Yo. Jokowi itu orang hebat. Salah satu ciri orang hebat adalah dia pasti banyak musuhnya. Orang hebat tanpa musuh bukan orang hebat.”

“Iya, Mama. Jokowi orang baik. Saya ingin sekali membantu beliau tapi saya nggak tau caranya.”

“Kamu bisa mendoakan dia. Mohon pada Namo Buddha untuk selalu menjaga beliau.”

Terus terang saya sedikit lega mendengar ucapan Mama saya. Gara-gara ingin mendoakan Bapak saya jadi lebih sering datang ke vihara. Sejak itu saya selalu mendoakan Bapak. Saya mungkin tidak bisa mengharapkan orang-orang gila itu berhenti menyerang Bapak. Tapi saya bisa berharap semoga Namo Buddha bisa memberi Bapak tambahan ketabahan. Setelah berdoa biasanya hati saya jadi lebih tenang dan bisa menahan emosi untuk tidak menangis lagi.

Tapi  belum lagi air mata saya kering, hinaan itu datang dan datang lagi. Selama Bapak menjadi Presiden, hinaan itu sepertinya tidak pernah berhenti. Belum pernah saya mendengar ada presiden di dunia ini yang menerima begitu banyak hinaan, fitnah, hujatan dan hujan hoax seperti yang ditujukan pada Bapak. Ada yang menyebut Bapak Planga-plongo, PKI, ada yang bilang Jokodok, ada yang suka memaki ‘dungu’, diktator, antek aseng dan boneka Megawati. Bahkan ada orang yang begitu "terhormat" sampai hati mengatakan Bapak adalah Firaun. Kadang di sela-sela tangis, tanpa sadar, saya berteriak, “Fuck off you all Bastards! Leave My President alone!!” (Maaf kalau terlalu kasar, soalnya emosi banget, sih, Pak).

Setiap saya membaca postingan berisi fitnah dan hoax di Twitter, tangis saya kembali tidak terbendung. Saya tidak habis pikir, kenapa orang bisa sejahat itu hanya demi kekuasaan semata? Saya terluka, Bapak. Padahal hinaan itu bukan buat saya tapi buat Bapak. Saya menangis karena menyadari Bapak juga manusia biasa. Di dalam hati yang terpendam, mungkin Bapak juga merasa terluka. Namun Bapak memilih diam. Bapak pandai sekali menyembunyikan rasa sakit itu sehingga tidak terlihat oleh mata dunia. Bapak bersikap tenang. Bapak terus bekerja tanpa memedulikan gonggongan mereka. Bapak terus berjalan dengan kepala tegak. Dengan penuh martabat dan integritas. Bapak mengabaikan cemoohan itu dan menunjukkan kepada kami bahwa ketabahan adalah kekuatan yang tidak terkalahkan.

Bapak, tahun 2024 sudah di depan mata. Di tahun itu akan ada orang lain menggantikan Bapak sebagai presiden. Saya sedih sebetulnya, sedih sekali. Namun di sudut lain, mungkin itu berkah tersembunyi buat Bapak. Orang-orang tak beradab itu akan berpindah fokusnya dan mulai memberondong hoax dan fitnah pada presiden baru. Mungkin Bapak bisa hidup lebih tenang. Bapak bisa memberi masukan dan nasihat pada pemerintahan baru tentang bagaimana melanjutkan apa yang sudah Bapak lakukan selama 10 tahun terakhir.

Terakhir tapi tidak kalah penting, saya punya satu permintaan, Bapak. Permintaan saya sederhana saja: Ajari saya kesabaranmu, Bapak. Saya dihina satu kali saja langsung galau. Seharian kepikiran dan tidak bisa tidur. Bagaimana caranya Bapak bisa setabah dan sesabar itu diberondong ratusan, ribuan bahkan mungkin jutaan hinaan yang datang terus menerus. Saya ingin sekali memiliki kesabaran seperti Bapak. Mama saya bilang, “Pak Jokowi kesabarannya sudah mencapai tingkat dewa.”  Dan saya setuju. Andai saya punya separuh saja kesabaran seperti Bapak, saya akan bersyukur sekali.

Baiklah, Pak De. Sampai segini dulu curhat saya pada Bapak. Terima kasih atas semua yang telah Bapak lakukan untuk negeri ini. Semoga apa yang Bapak cita-citakan untuk mencapai Indonesia Emas di tahun 2045 bisa tercapai. Amin.

Yoyo - Tour leader

Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.