Apakah Wulan Harus Pensiun?

Masa depan wulan (warga usia lanjut) adalah bagi mereka yang mempersiapkan segalanya mulai hari ini. Tinggalkan pikiran yang membuat wulan lemah, wulan harus berpegang pada pikiran yang memberi kekuatan.

Apakah Wulan Harus Pensiun?
WULAN: tetap aktif

 

 

            Menyambut Hari Lansia (Lanjut Usia) Nasional yang setiap tahunnya diperingati pada tanggal 29 Mei, penulis tergerak untuk ikut merenungkannya. Tidak semua orang dianugerahi usia lanjut, maka bersyukurlah. Sesungguhnya umur berapakah seseorang dikatakan bahwa ia termasuk orang yang sudah berusia lanjut? Organisasi Kesehatan Dunia, WHO (World Health Organization) menyebutkan bahwa lansia adalah mereka yang sudah berumur lebih dari 60 tahun.

            Dalam tulisan ini, sengaja penulis menggunakan istilah wulan yang dimaknai sebagai warga usia lanjut (supaya lebih keren saja). Setelah menyimak dari yang didefinisikan oleh WHO, maka ada baiknya kita ketahui juga bahwa menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 Tentang Kesejahteraan Lansia, yang dimaksud dengan lansia adalah penduduk yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas.

            Pada usia tersebut, ada orang yang masih begitu kuat baik secara fisik maupun psikhis. Lihat saja Mahathir Mohamad (Mantan Perdana Menteri Malaysia), saat ini usia beliau telah mencapai 93 tahun. Secara berkelakar beliau mengatakan bahwa ia akan pensiun 2 tahun lagi, yang berarti saat usia 95 tahun. Indonesia menentukan batas usia pensiun berjenjang; untuk guru yaitu 60 tahun dan untuk dosen 65 tahun, (bagi Guru Besar 70 tahun).

            Pembaca yang budiman, tidak semua orang yang mencapai usia pensiun lalu harus stop bekerja, buktinya kalau yang bersangkutan memiliki prestasi dan kesehatan yang prima, tentu instansi tempat ia bekerja akan mempekerjakannya lagi. Misalnya di kalangan ABRI ada beberapa teman yang dipekerjakan lagi (tentunya sesuai dengan job yang tersedia). Di lingkungan kampus, ada dosen yang diperpanjang lagi masa kerja dosen nya (dengan status NIDK – Nomor Induk Dosen Khusus) namun, ada pula yang harus pensiun dini, dengan alasan kesehatan atau berkarya sebagai entrepreneur.

            Tertarik penulis pada pribadi Mahathir Mohamad, beliau termasuk sosok yang memberikan contoh pekerja keras dan menurut hemat penulis beliau tidak hanya pekerja keras namun, juga pekerja cerdas. Dianugerahinya badan yang sehat dan daya pikir yang cemerlang oleh Yang Maha Kuasa ternyata tidak dimiliki oleh semua orang. Oleh karena itu, rawatlah sejak dini kesehatan fisik dan psikhis Anda dengan menjaga asupan makanan, rajin berolah raga, pandai-pandai mengatur waktu istirahat, dan lain-lain. Sebagaimana Mahathir Mohamad pernah mengatakan bahwa: ‘Penyakit akan membunuh Anda, sedangkan kerja tidak akan membunuh Anda. Anda tidak boleh hanya melatih otot-otot tubuh saja tetapi harus melatih otak Anda juga’.

            Luar biasa statement ini, benar-benar mengajak dan menggugah para wulan untuk terus eksis dalam berpikir dan bertindak. Pernyataan itu ada benarnya juga karena bagi wulan yang dulunya mengantongi banyak prestasi ketika masih muda, tentu banyak pengalaman yang mereka dapatkan. Pepatah mengatakan bahwa pengalaman adalah guru yang terbaik. Tentu pengalaman itu ada suka dukanya; ambil yang baiknya dan terus tingkatkan, tinggalkan hal-hal yang ‘menyakitkan’ karena itu akan melemahkan semangat.

            Kini begitu banyak gelar Profesor disandang para akademisi diusianya yang masih muda, bersyukurlah karena Pemerintah dan atau kampus menaruh kepedulian kepada mereka yang berprestasi. Dunia akademis membuat kebijakan kepada wulan, karena jumlah dosen yang berusia 60 tahun di Perguruan Tinggi terus meningkat secara signifikan. Bahkan konon ada di Perguruan Tinggi yang jumlah dosen wulan nya sudah mencapai seperempat dari jumlah total dosen.

            Seiring dengan meningkatnya jumlah pendidik wulan di Indonesia, maka para wulan itu tidak harus buru-buru pensiun. Kalau untuk profesi formal dan strategis tentu ada persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi, seperti harus muda, enerjik, melek TI (Teknologi Informasi), kalau perlu harus paham AI (Artificial Intelligence). Adapun keterbatasan-keterbatasan lain seperti mobilitas dan menurunnya kesehatan tidak semua wulan mengalaminya. Oleh karena itu, para wulan hendaknya jangan pasrah dan mudah menyerah. Tentu masih ada bidang pekerjaan yang cocok untuk Anda tekuni, asahlah kompetensi Anda sampai kapanpun; asuhlah para junior yang bersedia Anda layani dan dengan penuh kasih bimbinglah mereka setulus-tulusnya, niscaya Anda menjadi wulan yang berarti.

Wulan Masih Punya Mimpi

            Sebagai dosen, wulan pun tetap harus menjalankan Tri Dharma Perguruan Tinggi (Pendidikan dan Pengajaran – Penelitian – Pengabdian kepada masyarakat), maka berkolaborasilah dengan mereka yang masih muda. Saling mengisi dan saling menimba ilmu pengetahuan, jangan karena merasa senior lalu selalu merasa paling benar dan akibatnya nanti mereka makin menjauh dan wulan menjadi kesepian. Pembaca tentu tahu akibatnya kalau wulan teralienasi dari pergaulan, ada yang murung, sedih dan itu pasti mengundang datangnya berbagai penyakit.

            Dalam rangka memperingati Hardiknas (Hari Pendidikan Nasional) belum lama ini ada himbauan kepada Perguruan Tinggi dan Kemendikbudristek untuk lebih memperhatikan para dosen senior yang notabene telah memberikan banyak kontribusinya kepada Perguruan Tinggi tempat mereka mengabdi. Bahkan Pemerintah pun akan membuat peraturan yang mengharuskan akreditasi Perguruan Tinggi memperhitungkan tentang hak-hak dosen wulan di Perguruan Tinggi nya, di samping adanya sistem perankingan Perguruan Tinggi terbaik dalam pelayanan wulan di lingkungan kampusnya. Selain itu, ada wacana untuk memberikan penghargaan kepada Perguruan Tinggi yang terbaik dalam hal pelayanan kepada dosen wulan.

            Serasa bagai angin segar yang berhembus dan menambah segarnya jiwa wulan. Selamat merenda mimpi para wulan yang ada di lingkungan kampus masing-masing, sebab impian yang terwujud bisa membuat orang termotivasi untuk memberikan yang terbaik dari dirinya. Beranilah bermimpi, sebab impian itu bisa menjadi kenyataan dan impian adalah kekuatan yang bisa mendorong seseorang menuju masa depan. Mimpikan sesuatu yang besar, luhur dan mulia, lalu bertindaklah untuk mewujudkannya dengan tekad yang kuat dan gigih.

            Akhirnya, penulis menyerukan kepada si-wulan: ‘Selamat mengejar impian Anda masing-masing, percayalah selama Anda konsisten mengerjakannya pasti akan berhasil!’.

 

Jakarta, 16 Mei 2022

Salam penulis: E. Handayani Tyas; Universitas Kristen Indonesia – tyasyes@gmail.com 

Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.