PERCAYAKAH ANDA PADA DOA

Sejak manusia mengenal ketakutan, mereka mulai mengenal doa. Dari zaman ketika petir dianggap murka dewa, hingga dompet cekak menjelang lebaran, doa tetap menjadi andalan manusia.
Ramadan adalah momen di mana doa semakin sering diucapkan: dari doa sebelum sahur, doa minta kuat nahan lapar, doa supaya warteg langganan tutup biar nggak tergoda, sampai doa di 10 malam terakhir minta jodoh (karena tahun lalu nggak dikabulin).
Dulu, doa adalah ritual kuno yang digunakan manusia untuk berkomunikasi dengan kekuatan gaib. Bangsa Mesir berdoa kepada Osiris untuk kehidupan setelah mati, Bangsa Yunani menyembah Zeus biar nggak disambar petir, dan kita? Kita berdoa supaya adzan magrib datang lebih cepat.
Tapi, apakah doa benar-benar punya efek nyata? Studi Harvard Medical School tahun 2006 pernah meneliti efek doa terhadap pasien operasi jantung. Hasilnya? Pasien yang tahu mereka didoakan justru mengalami komplikasi lebih banyak. Mungkin karena mereka jadi terlalu berharap dan malah stres. Mirip kayak orang yang sahur dengan niat kuat, tapi pas lihat jam masih jam 10 pagi, langsung lemas.
Jadi, kalau doa nggak terbukti secara ilmiah bisa mengubah keadaan, kenapa kita tetap melakukannya? Karena doa bukan cuma tentang hasil, tapi tentang harapan. Doa bikin kita merasa punya kontrol atas sesuatu yang nggak bisa kita ubah, kayak pas lagi buka kaleng Khong Guan, kita berdoa biar wafernya masih ada. Kita berdoa semoga isinya bukan rengginang.
Di bulan Ramadan, doa juga jadi bentuk perjuangan mental. Ketika mulut mulai berasa asem, kita berdoa supaya kuat menahan godaan rokok. Ketika teman kantor datang bawa kepiting saos Padang, kita berdoa biar iman tetap kokoh. Dan ketika grup keroncong mulai perform di lambung, kita berdoa supaya waktu berjalan lebih cepat.
Sejarah menunjukkan bahwa manusia akan selalu berdoa, entah itu kepada Tuhan, kepada alam semesta, atau bahkan sekadar kepada dirinya sendiri. Dan mungkin, seperti banyak hal dalam hidup, doa tidak harus selalu masuk akal untuk tetap memiliki makna.
Ada kasus lain lagi. Di bulan puasa ini, ada teman yang bikin movement amal. Mereka ngumpulin dana buat bagi-bagi makanan ke orang yang membutuhkan. Semua diminta berpartisipasi, bisa turun langsung ke lapangan, bisa juga dengan donasi. Ketika mereka menghubungi tapi kita nyautnya, "Gue bantu doa aja deh ya."
Dalam konteks ini, definisi doa menjadi beda lagi. Definisi yang cocok di sini: Doa adalah usaha untuk terlihat berkontribusi tanpa melakukan apa-apa. Hehehe..
Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.