Emoji: Representasi Ekspresi dan Bahasa Tubuh di Tengah Keterbatasan Interaksi Masa Pandemi

“Words are the source of misunderstandings.” ― Antoine de Saint-Exupéry

Emoji: Representasi Ekspresi dan Bahasa Tubuh di Tengah Keterbatasan Interaksi Masa Pandemi
Ilustrasi Emoji via Pexels.com
Emoji: Representasi Ekspresi dan Bahasa Tubuh di Tengah Keterbatasan Interaksi Masa Pandemi

 

“Words are the source of misunderstandings.” ― Antoine de Saint-Exupéry

 

Wabah virus Covid-19 pertama kali merebak di Kota Wuhan pada Desember 2019. Kemudahan transmisinya membuat virus ini dengan cepat menyebar ke seluruh dunia, tak terkecuali negara kita. Indonesia sendiri mendapati kasus pertamanya pada 2 Maret 2020 dan masih terus berjuang untuk keluar dari lingkaran pandemi hingga hari ini.

Keberadaan pandemi, bagaimanapun, memberikan dampak yang gigantis dalam banyak bidang. Apabila biasanya kita dapat melakukan interaksi dengan siapapun, dimanapun, dan kapanpun, kini semua orang harus berjarak demi memutus penyebaran virus. Tentu, proses penyesuaian kebiasaan baru sebagai dampak lanjutan dari penegakan protokol kesehatan ini tidak selalu berjalan tanpa masalah.

Sebagaimana konsep zoon politicon yang dimaksudkan Aristoteles, pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang mustahil untuk tidak melakukan interaksi dengan manusia lain. Maka ketika pandemi Covid-19 menghadapkan orang-orang pada pola interaksi baru yang serba terbatas, disinilah kemudian problem lain muncul. 

Pandemi telah menyebabkan interaksi yang mulanya dilakukan secara tatap muka, terpaksa dialihkan ke sistem daring sebagai jalan paling aman. Namun demikian, praktik komunikasi sistem daring tetap tidak dapat menggantikan pengalaman komunikasi yang kita dapatkan dalam interaksi langsung. Kondisi tersebut salah satunya dikarenakan komunikasi daring memberikan ruang yang sangat sempit dalam penyampaian ekspresi dan bahasa tubuh. Hal ini tentu mempengaruhi suasana interaksi serta tingkat ketersampaian isi pesan. Maka dari itu, miskomunikasi sangat rentan terjadi di ranah komunikasi daring.

Menurut seorang profesor di bidang komunikasi, Laura K. Guerrero, ekspresi wajah serta bahasa tubuh membuat individu dapat memahami emosi, intonasi, dan karakter personal seseorang yang tidak dapat dikomunikasikan dalam bahasa verbal. Kedua faktor di atas juga membantu seseorang untuk menganalisis pola pikir lawan bicaranya. Tak hanya itu, keberadaan ekspresi dan bahasa tubuh mampu "menghidupkan" suasana guna mencegah kemunculan rasa canggung ataupun bosan dalam percakapan. Itulah mengapa dua hal tadi menjadi sangat penting dalam proses komunikasi.

Adapun dalam konteks komunikasi daring, ketidakmungkinan untuk melihat lawan bicara secara langsung menyulitkan kita memahami aspek nonverbal yang tidak kentara. Namun demikian, permasalahan tersebut setidaknya sedikit terbantu dengan keberadaan emoji dalam platform komunikasi daring seperti WhatsApp, Twitter, Telegram, dan Facebook. Emoji  disini berperan sebagai bahasa simbol yang mewakili ekspresi dan bahasa tubuh seseorang.

Pada dasarnya emoji sudah menjadi bagian integral dari kehidupan manusia jauh sebelum Covid-19 hadir. Berdasar pada data yang dilansir dari laman Vice, emoji diciptakan oleh seorang karyawan provider telepon genggam Jepang, Shigetaku Kurita. Pada tahun 1999, provider tempat Kurita bekerja sedang mempersiapkan perilisan jasa internet mereka. Saat itu layar telepon genggam masih hitam putih dan hanya mampu menampilkan 50 simbol sehingga sulit untuk secara leluasa mengomunikasikan informasi dari provider ke penggunanya.

Di samping itu, kultur bekerja masyarakat Jepang yang serbacepat membuat mereka lebih sering mengirim pesan secara singkat. Tentu, pesan tekstual yang tidak memiliki intonasi sangat rentan dengan miskomunikasi. Kurita lalu berusaha mendesain ikon-ikon agar juga dapat digunakan oleh pelanggan provider-nya. Sejak itu, pengembangan ragam emoji pun semakin diupayakan sejalan dengan digitalisasi dan perkembangan teknologi komunikasi. Bahkan, kini emoji tidak hanya menggambarkan berbagai ekspresi wajah manusia, tetapi juga aktivitas sehari-hari, objek tertentu, bahasa tubuh seperti mengangkat tangan, hingga emoji hewan dan makanan.

            Mengenai kaitannya dengan pandemi Covid-19, emoji tidak bisa lepas dari pesan percakapan melalui media-media daring. Di tengah kebutuhan interaksi dan kencangnya pertukaran pesan secara daring, emoji dapat membantu manusia untuk membangun komunikasi yang lebih ekspresif, hidup, dan menyenangkan, walau tidak dapat berlangsung secara tatap muka. Coba perhatikan percakapan berikut:

 

“Itu salah sih, tapi tidak apa-apa, terima kasih”

“Oke maaf ya”

 

“Itu salah sih, tapi tidak apa-apa, terima kasih”  winkyes

“Oke maaf ya”  sad

 

           Dari percakapan di atas, dapat kita rasakan bagaimana emoji yang dibubuhkan dalam teks pesan membantu kita untuk memahami intonasi, penekanan informasi, dan emosi seseorang. Keberadaan ekspresi serta bahasa tubuh yang digambarkan dalam emoji juga menjadikan percakapan terasa lebih hidup. Karena itu, makna teks pesan yang diberi emoji akan lebih mudah dicerna oleh lawan bicara, sehingga kesalahpahaman yang berpotensi terjadi dalam proses komunikasi daring dapat diminimalisasi.

  Pentingnya peran emoji dalam penyampaian pesan di tengah pembatasan interaksi akibat pandemi nampaknya juga ditangkap perusahaan besar seperti Apple dan Samsung. Sebagai bentuk adaptasi situasi baru sekaligus kampanye penggunaan masker, kedua perusahaan ini mengubah ekspresi wajah lesu dalam emoji menggunakan masker yang mengindikasikan ekspresi sakit menjadi emoji berona bahagia. Keputusan tersebut dilakukan agar setiap orang mengingat bahwa tidak hanya orang sakit saja yang perlu menggunakan masker.

Tak mau kalah, Facebook juga meluncurkan emoji memeluk hati untuk menunjukkan rasa kasih sayang. Dengan emoji ini, kita dapat menunjukkan rasa sayang dan dukungan kepada orang-orang terkasih meskipun sedang jauh. Tentu, afeksi dari support system menjadi hal yang sangat dibutuhkan di tengah ketidakjelasan situasi pandemi.

Dengan demikian, dapat kita ketahui betapa besarnya peran emoji untuk membantu menghidupkan suasana dan meningkatkan efisiensi ketersampaian pesan dalam komunikasi daring. Jadi, kira-kira mana emoji favoritmu?

 

Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.