SEBUAH CATATAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL DARI DRAMA KOREA
Hidup jangan seperti drama

Bekerja dalam masa pandemi Covid-19 membuat tingkat stress dalam bekerja meningkat. Sehingga, menonton drama korea menjadi pilihan bagi saya untuk melepas penat. Drama yang saya tonton kali ini bertema drama keluarga yang penuh dengan emosi dan hal-hal yang mendebarkan.
Pada salah satu drama yang saya tonton, terdapat adegan mengenai seorang ibu yang dituduh menelantarkan anaknya hingga meninggal. Orang yang menuduh itu memperoleh informasi bahwa ibu tadi tidak mau mengakui anaknya pada keluarganya saat ini dan tidak berniat mengurusnya. Padahal, Ibu tadi baru mengetahui bahwa anaknya ternyata ada di sekitarnya dan terlambat menyadari hal tersebut. Alasan Ibu tadi tidak pernah mengutarakan bahwa ia menemukan anak kandungnya kepada keluarganya adalah karena suaminya tidak suka dengan hal yang berkaitan dengan masa lalu ibu tadi.
Singkat cerita, orang yang menuduh ibu tersebut adalah kakak angkat dari anak yang meninggal tadi. Sayangnya, sang kakak angkat tidak memperkenalkan identitas nya dan sang ibu tidak menjelaskan hal yang sebenarnya. Akhirnya, mereka saling curiga satu sama lain dan puncaknya sang ibu mengancam orang tersebut karena akan mencampuri urusan pribadinya. Konflik semakin memanas ketika sang kakak angkat ingin membalas dendam dan membuat ibu tersebut menderita seperti anaknya yang ditinggal dalam kesendirian dan kemiskinan hingga akhir hayatnya.
Cerita di atas mengingatkan saya bahwa komunikasi interpersonal yang baik sangat diperlukan agar tidak terjadi kesalahpahaman seperti di atas. Mari kita simak hal apa saja yang mendukung tidak terjadinya efektivitas komunikasi interpersonal antara dua tokoh di atas. Berdasarkan Rumanti (2005:88), terdapat lima komponen yang diperlukan dalam mencapai efektivitas komunikasi interpersonal, yakni:
-
- Kesamaan kepentingan antara komunikator dengan komunikan;
- Sikap yang mendukung dari kedua belah pihak;
- Sikap positif
- Sikap keterbukaan yang ditampilkan kedua belah pihak;
- Masing-masing pihak mencoba, menempatkan diri pada mitra wicaranya.
Komunikasi antara dua tokoh di atas ternyata memiliki banyak komponen yang tidak memadai untuk terjadinya komunikasi interpersonal yang efektif. Tidak ada sikap mendukung kedua belah pihak dan tidak ada sikap positif karena tokoh kakak angkat ini serta merta menuduh sang ibu. Sang ibu tidak terbuka dalam menyampaikan pesan tentang kondisi sebenarnya, begitu juga dengan tokoh kakak angkat yang menyembunyikan identitas aslinya. Masing-masing tokoh tidak dapat menempatkan diri pada mitra wicaranya, sehingga tetap bertahan pada prasangka masing-masing. Andai saja semua hal itu tidak dilakukan, masalah kesalahpahaman tadi mungkin tidak berujung pada hal mengerikan, seperti balas dendam.
Komunikasi interpersonal selalu terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari, baik di lingkungan rumah maupun di luar rumah. Kesalahan dalam cara berkomunikasi dapat memicu konflik, dari yang berskala kecil hingga besar. Berbagai konflik dalam kehidupan kita dapat terpecahkan salah satunya dengan komunikasi yang baik dan melibatkan lima komponen komunikasi interpersonal yang efektif. Mari kita ambil catatan dari sepenggal adegan drama korea di atas bahwa komunikasi yang efektif adalah kunci hubungan interpersonal yang harmonis.
Daftar Pustaka
Rumanti, Sr. Maria Assumpta. 2005. Dasar-Dasar Public Relations Teori dan Praktik. Jakarta : Grasindo.
Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.