Salah Paham

Salah Paham
Two Women Talk At A Classy Party Photo by burst.shopify.com

Kami memanggilnya Wak Sun. Beliau kakak ke 2 dari ayah suamiku. Posturnya tidak terlalu tinggi, kulitnya putih dan sorot matanya tajam mengintimidasi.

Pertama kali bertemu Wak Sun waktu itu di pesta pernikahan salah satu sepupu suamiku. Benar benar salah tingkah aku dibuatnya. Sepasang mata tajamnya mengawasiku dari atas sampai ke bawah seolah meberi penilaian. Aku yang waktu itu hanya memakai dress sederhana pinjeman dari teman dengan polesan make up tipis tipis jelas jauh berbeda dengan penampilannya yang sangat sempurna. Gaun yang dipakai, tatanan rambut serta akesoris dr kepala sampai ujung kaki semuanya barang2 branded. Belum lagi make up dari salon profesional yang membuat wajah putihnya tampak cantik dan elegan.

Sampai saat aku makan pun aku merasa masih diawasi oleh beliau. Aku mencoba melempar senyum menyapa, namun Wak Sun tetap menatapku intens tanpa membalas senyumku. Sampai rasanya mau menelan makanan pun jadi susah saking gugupnya.

Setelah menikah dengan suami, aku masih canggung jika bertemu dengan Wak Sun. Karena aku tipe orang yang malas bersinggungan dengan orang lain jadi sebisa mungkin aku menghindar untuk ketemu dengan beliau. Apalagi konon kabarnya Wak Sun kurang setuju dengan hubunganku dan suami pada awalnya. Karena orang tua suami sudah campuran, jadi kalau bisa dapet istri yang keturunan Chinese juga untuk mempertahankan garis keturunan.

Hampir setahun hidup di lingkungan keluarga suami hubungan kami tidak juga mencair. Sampai Tahun Baru Imlek pun tiba.

Aku bingung bagaimana caranya menghindar dari Wak Sun. Karena kakak pertama Ayah suamiku sudah meninggal jadi Wak Sun lah yang tertua. Artinya seluruh keluarga besar berkumpul di rumah beliau ketika Imlek.

Dari malam harinya aku tidak bisa tidur. Belajar mengucapkan selamat tahun baru dengan benar. Aku benar benar gugup, takut membuat kesalahan.

Aku berjalan memasuki pekarangan rumah Waksun dengan deg degan. Kupegang erat tangan suamiku sambil mengatur nafas sedemikian rupa agar tidak kelihatan gugup.

Aku pun ikut berbaris di belakang suami untuk mengucapkan selamat tahun baru ke Wak Sun. Sambil mengamati cara orang2 memberi ucapan.

" Kiong Hi Wak Sun"
giliran suamiku memberi ucapan. Jantungku berdebar semakin kencang, karena setelah ini giliranku.

"Sama2 nyo.. sehat selalu ya murah rejeki"
Jawab Wak Sun. Suamiku lalu berjalan menghampiri dan memeluk Wak Sun.

Sekarang tiba lah giliranku. Aku bersiap melipat tangan ke depan wajahku sambil sedikit menunduk

"Ki.."
belum sempat aku mengucapkan tiba2 aku melihat tangan Wak Sun di ulurkan ke arahku mengajak salaman.

Kami sama sama terkejut. Dan Wak Sun pun tertawa

" Oo.. sudah bisa ta? Padahal sudah tak inget inget kalau pas ketemu kamu mau salaman. Tak pikir nggak bisa caranya" ucapnya sambil tertawa.

" hehe iya Wak sudah diajari semaleman sama Agus"

jawabku sambil nyengir di sambut tawa dari seluruh anggota keluarga yang ada di situ.

" Kiong Hi ya Wak Sun, semoga panjang umur dan selalu bahagia"

ucapku melanjutkan ucapan yang terpotong tadi.

"Ya.. ya.. bagus bagus.." Wak Sun menyahut sambil tersenyum

"Ayo sini masuk makan.. makan.."

beliau berdiri menepuk pundakku dan mengajak ke arah ruang makan.

" yang di sebelah sana itu nggak ada babinya, kamu bisa makan. Yang sebelah situ kamu nggak boleh makan, haram" katanya menjelaskan sambil tersenyum.

Seketika pandanganku terhadap Wak Sun berubah. Beliau terlihat lebih ramah dan humoris.

Ternyata selama ini aku salah mengira. Beliau menderita sedikit gangguan pada syaraf matanya sehingga tidak terlalu jelas jika melihat seseorang dari jauh. Itulah kenapa beliau tatapannya begitu tajam dan intens. Karena berusaha mengenali wajah orang yang dilihat.

Selama ini aku meduga duga karena tidak mau berkomunikasi dengan baik. Hanya menafsirkan dan mengambil kesimpulan sendiri.

Terkadang di lingkungan yang sama maupun berbeda kita kerapkali mengalami kesalah pahaman. Tapi dengan komunikasi yang baik hal itu bisa dihindari. Karena apa yang kita fikirkan belum tentu sesuai kenyataan. Bisa saja itu hanya prasangka semata.


Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.