BERKOMUNIKASI DENGAN TARGET AUDIENCE

“Hadoh, Pah! Aku nyerah, deh! Anak kita Si Marlon disuruh mandi susah banget! Capek aku!” keluh seorang isteri pada suaminya.
“Oh, ya? Kenapa dia gak mau mandi?” tanya Sang Ayah.
“Emang bandel aja! Kemaren dia mandi jam 7 malem. Itupun setelah aku paksa setengah mati,” jawab isterinya.
“Okay, ntar saya ngomong ke dia,” sahut Sang Suami tersenyum sangat yakin.
Dengan langkah perlahan, Sang Ayah menghampiri anaknya yang sedang asyik bermain Lego di depan TV. Dengan suara lembut Sang Ayah memanggil, “Marlon!”
“Ya, Ayah,” sahut Si Anak tanpa menoleh dan terus asyik dengan mainannya.
“Marlon, sekarang sudah jam 5. Kamu mau mandi sekarang atau 5 menit lagi?” kata Sang Ayah.
Dengan suara tegas dan galak, Si Anak menyahut, “5 menit lagi!”
Dan sungguh aneh, setelah 5 menit berlalu, Sang Anak mengambil handuk dan pergi ke kamar mandi. Mission accomplished! Hebat, kan? Buat Sang Ayah gak ada bedanya antara mandi sekarang dan 5 menit lagi. Yang penting obyektif untuk menyuruh anak mandi tercapai.
Pertanyaannya adalah kenapa Si Anak mau menurut pada ayahnya padahal sebelumnya membantah pada ibunya?
Memang tidak mudah berkomunikasi dengan target audience. Kita harus mengenal mereka dengan baik. Kita harus memahami bahwa mereka tidak ingin diatur oleh orang lain. Mereka ingin mengambil keputusan sendiri dalam melakukan sesuatu, Mereka gak suka diperintah-perintah. Mereka ingin memegang kontrol atas semua tindakannya.
Sang Ayah dengan cerdas tidak menyuruh anaknya untuk mandi tapi memberikan pilihan; 1. Mau mandi sekarang atau 2. Mau mandi 5 menit lagi. Si Anak memilih untuk mandi 5 menit lagi. WIn-win solution, kan? Sebuah jebakan Batman yang cerdas. Orangtua senang karena berhasil menyuruh anak mandi. Sedangkan Si Anak tidak merasa turun drajatnya karena merasa memegang kontrol dan telah membuat keputusan sendiri.
Kepiawaian Sang Ayah dalam berkomunikasi sebetulnya tidak perlu diherankan. Sang Ayah adalah seorang copywriter sekaligus Hipnoterapis. Dengan kepiawaiannya itu, Sang Ayah bahkan telah manggabungkan kedua disiplin ilmu tadi menjadi ilmu baru yang disebutnya dengan Hypnotic Copywriting. Dan alhamdullilahnya Sang Ayah tersebut membagikan ilmu dahsyat tersebut pada kita. Semuanya dia tuliskan dalam sebuah buku yang berjudul The Power of HYPNOTIC COPYWRITING.
Sang Ayah tersebut bernama Asep Herna.
Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.