Semua Karena Abah
Ini hari pertama kami kenalan, tapi rasanya kami sudah kenal berpuluh-puluh tahun yang lalu.

Saya seringkali dapat nasihat "Tetaplah jadi orang baik dan perluas pertemanan. Karena kita gak akan pernah tau, pintu rezeki akan terbuka dari siapa"
Maka dari itu, saya senang sekali bila harus berkenalan dengan orang baru. Murni untuk mengetahui kisah hidupnya. Lalu memelihara hubungan itu dengan sebaik mungkin, karena siapa tau di masa depan, kita akan bersinggungan dengan orang itu, membutuhkan pertolongan orang itu atau bahkan pintu rezeki kita terbuka karena orang itu.
Hari ini saya mengikuti kegiatan unik untuk bertemu dengan orang asing, lalu berkenalan dan membangun hubungan pertemanan. Singkat cerita, 11 orang dari kami makan siang dan kumpul di backyard coffee shop untuk saling bertukar cerita. Salah seorang teman dengan wajah yang sangat kental dengan identitas Kalimantan tepatnya di Banjarmasin mulai bercerita tentang silsilah keluarganya.
"Gue tuh ya, nyokap tuh turunan Arab. Tapi nikah sama abah yang asli Banjar. Lahirlah gue yang ga ada Arabnya ini. Padahal nyokap gue tuh wajahnya Arab banget. Gue sendiri, hidung aja pesek, kulit doang sih rada terang"
"Sumpah lo?" Aku yang terkejut dengan pernyataan teman baru itu mulai memerhatikan setiap lekuk wajahnya.
"Coba lo punya foto nyokap gak? Penasaran gue sama wajah nyokap lo" Teman baru lainnya yang selalu memakai topi warna terang dengan rambut pendek sebahu mulai tertarik dengan obrolannya.
"Bentar ya, gue cari dulu"
Sambil mencari foto nyokapnya, terciptalah obrolan kecil diantara kami yang jumlahnya 10 orang. Obrolan tidak biasa yang membuat kami serasa sudah kenal berpuluh-puluh tahun, padahal kami baru kenal 6 jam yang lalu.
"Nih, nyokap gue yang pake kerudung warna coklat"
Semua orang langsung penasaran dan bergiliran melihat foto nyokapnya dari handphone. Ternyata benar, wajahnya sangat Arab dengan hidung mancung, mata tajam dan beberapa ciri khas orang Arab.
"Ini semu gara-gara abah! Gue jadi ga ada Arabnya sama sekali. Padahal kedua kakak gue tuh masih kebagian Arab-arab di wajahnya, gue doang yang engga!"
Lalu tawa kami pecah. Mendengar ceritanya serasa mendengar kisah yang belum terungkap dari teman lama. Seolah kami sudah merasa terkoneksi satu sama lain. Nyatanya kami adalah kumpulan orang asing yang ternyata obrolannya bisa bising.
Ceritanya yang berani terbuka mengenai keluarganya, bagi sebagian orang barangkali terasa sepele. Tapi berani kah kamu menceritakan silsilah keluarga dengan santainya ke orang baru tanpa ada rasa percaya? Maka diam-diam, dalam hati saya terharu sekaligus senang bertemu dengan sekelompok orang hari ini. Dalam hitungan jam, ada banyak cerita yang tercipta dan ada rasa percaya yang mulai mengikat.
Dunia ini terkadang lucu dengan skenarionya yang luar biasa keren. Siapa tau setelah ini, orang yang kamu jumpa kelak membuatmu saling sapa.
Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.