Ingin Sukses dalam Bisnis dan Relationship?Perhatikan Cara Berkomunikasi Anda
Dalam dua minggu ke depan, masyarakat Indonesia khususnya di pulau Jawa dan Bali akan menjalani kegiatan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) untuk mengurangi laju lonjakan kasus penyebaran Covid-19.
Walaupun pembatasan sosial ini lebih longgar dibandingkan dengan PSSB kala itu, namun tetap saja membatasi aktivitas kita. Memang semenjak pandemi hampir setahun yang lalu, kita dipaksa membatasi ruang gerak kita. Aktivitas sehari-hari menjadi terbatas, tidak sebebas dahulu.
Tidak hanya melulu masalah kesehatan tapi juga mempengaruhi sektor ekonomi, pendidikan, budaya, politik, semua sektor merasakan dampaknya. Namun saat ini, mau tidak mau, suka tidak suka kita dihadapkan pada pilihan untuk menerima kenyataan pahit ini. Sebuah era baru, masa adaptasi sedang dimulai. Kehidupan harus terus berjalan, berbagai masalah yang timbul harus diselesaikan.
Keterbatasan tidak membuat kita berhenti. Bersyukurnya saat ini kita hidup di era milenial, di mana sebelumnya teknologi sudah berkembang dengan pesat, hanya saja saat ini semua kalangan dipaksa mau menerima dan menjalaninya. Semua sektor kehidupan sangat bergantung pada gawai ini. Tidak hanya di Indonesia, tapi di semua belahan dunia, mulai terjadi pergeseran kebiasaan.
Rapat dengan skala besar saat ini dapat dilaksanaan dengan sekejap dan dengan mudahnya dihadiri. Tanpa harus bersusah payah menempuh perjalananan belasan bahkan ratusan kilometer untuk menghadirinya. Sektor perekonomian, kegiatan jual beli juga selesai dalam hitungan menit, tak perlu susah payah antri, berputar-putar untuk mencari daftar belanjaan kita, semua selesai dalam genggaman tangan saja, tak perlu keluar rumah. Transaksi perbankan juga saat ini telah menjadi sangat mudah, tanpa perlu capek antri ke bank, atau pun membawa uang tunai dalam jumlah banyak.
Begitu pula dengan sektor pendidikan, anak-anak mulai terbiasa menerima pelajaran, mengerjakan tugas bahkan test dengan metode daring. Walaupun tak mudah di masa-masa awal, namun seiring waktu semua makin menyempurnakan diri beradaptasi dengan baik.
Padahal dalam kehidupan sebelumnya,di mana kegiatan tatap muka berlangsung sangat banyak terjadi kesalahpahaman, miskomunikasi. Apalagi saat ini dengan metode daring, virtual, sangat mungkin terjadi miskomunikasi.
Tetapi sekarang kita dipaksa untuk lebih bijak saat menerima informasi masuk. Ketika ada informasi masuk, kita mulai belajar lebih mendengarkan, mencerna, memikirkan dan memahami sampai kemudian dapat menerimanya dengan baik. Mungkin karena kita sama-sama belajar, saling memahami, menerima dengan baik, semua berjalan seimbang, sehingga semua kegiatan tersebut pun berlangsung dengan baik sampai saat ini. Segala kendala dapat teratasi seiring berjalannya waktu yang makin mendewasakan kita dalam menjalaninya.
Dikarenakan pertemuan yang terjadi adalah kegiatan virtual, acapkali kita melakukannya sembari melakukan pekerjaan lain. Atau sekalinya kita sedang fokus, gangguan datang dari luar. Karena memang kita nampak sendirian, tak melakukan apapun, lawan bicara tidak hadir. Acapkali informasi yang seharusnya kita terima menjadi hilang. Esensi dari kegiatan tersebut pun berkurang.
Namun biasanya kegiatan daring ini mempunyai back up seperti file rekaman, materi yang disampaikan, diikuti grup untuk koordinasi dan berkonsultasi lebih lanjut. Sehingga setidaknya dapat kita ulangi kembali.
Memang komunikasi yang efektif sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari di bidang apa saja, supaya pesan tersampaikan dengan benar. Seringkali kita bisa menerima pesan yang disampaikan, namun tidak sesuai dengan apa yang dimaksud. Dalam hubungan apapun diperlukan kemampuan komunikasi yang baik dan efektif agar dapat berjalan harmonis.
Tak jarang terjadinya perceraian ataupun perselingkuhan disebabkan adanya kegagalan ataupun kurangnya komunikasi yang tepat. Terjadilah kekecewaan membesar dan mendalam dalam jangka yang lama. Mungkin pernah kita lihat atau bahkan kita sendiri pernah mengalaminya, pasangan yang sudah lama berumah tangga nampak dingin. Acuh tak acuh, merasa tak perlu lagi banyak berkata-kata, bahwa seharusnya mengerti karena sudah lama saling mengenal. Tapi kenyataannya prinsip seperti itulah yang menimbulkan jurang pemisah dan sering menjadi pemicu terjadinya masalah, yang kemudian mengakar. Cinta yang dulu terajut indah, menguap entah ke mana, berganti dengan kebencian masing-masing.
Begitu pun dengan dunia kerja, kadang ada tim yang gagal atau pun terlambat mencapai target, karena kurang produktif. Ternyata setelah ditelusuri yang terjadi adalah kurangnya komunikasi yang efektif.
Pernahkah kita merasa dikelilingi oleh orang yang tidak bisa mengerti diri kita, apa yang kita sampaikan atau inginkan tidak dapat dipahami dengan baik? Dan kemudian kita menjadi frustasi berada di dalamnya. Menurut Thomas Erikson, dalam bukunya Surrounded by Idiots bahwa, perbedaan komunikasi antara satu dengan yang lain terjadi karena setiap individu memiliki gaya komunikasi masing-masing, yang terjadi karena perbedaan kepribadian.
Diharapkan dengan memahami gaya berkomunikasi yang digunakan, menghentikan kebiasaan yang mengganggu, membuat pendekatan yang lebih aktif dalam situasi yang sedang dihadapi oleh lawan bicara kita akan tercipta harmonisasi suatu hubungan.
Mari, dimulai dari kita sendiri, belajar memahami diri sendiri, dan mulai memahami, mau mendengarkan dan mengerti, untuk dapat mengemas dan menyampaikan dengan tepat dan efektif apa yang kita harapkan, pada pasangan, rekan kerja, kolega kerabat kita.
Selamatkan diri, lingkungan, negeri, dan bumi ini, dimulai dengan berkomunikasi yang baik!
Daftar Pustaka
1. Ericson, Thomas. 2013. Surrounded by Idiots. St. Martin's Essentials
2. Crowley, Dermot. 2015. Smart Teams : How to Work Better Together. John Wiley & Sons.
Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.