Kutunggu Kau di Ujung Parau

Satu ketika Sekar termenung, di ujung mendung bersenandung, sebuah kinanti tenangkan hati.
Kubenci lama menunggu
Lelaki pujaan hati
Tak pernah kah kau merasa
Betapa beratnya hari
Kutahu akan bahagia
Kau tak akan ingkar janji
Menghabiskan malam bersama hembusan angin yang tak bersahabat, sungguh menipiskan niat Sekar.
Kurang cantik apa aku?. Kurang apa sebenarnya aku? Hingga Hario enggan mendekat. Mulut kecil Sekar tak hentinya mengomentari dirinya sendiri. Hario yang sangat dia puja, seperti menjaga jarak dengannya.
“Hei, dia bukan enggan mendekat.” Angin berseloroh.
“Lantas, alasan apa yang dapat aku terima?”
“Teragungkanlah sebuah cinta karenanya. Begitu hati-hati dia labuhkan hati.”
“Maksudmu?. Aku perempuan sembarangan?”
“Bukan, dia hanya tak ingin menyakiti hatimu untuk yang berikutnya.”
Menitik air mata karena cinta
Byakta, panjenengan membuat buta
Tinggalkan, bila membuat terluka
Nda, iki tetesan citrapata
Tepuk-tepuk pundak kau tepuk
Kecup-kecup kening kau kecup
Hasratku kau buat hidup
Citaku kau buat berdegup
Akulah perempuan paling beruntung, ketika luka sudah melekat kuat. Kau datang mengikis tipis.
Pelan, perlahan tapi pasti. Kau beri sebaris janji.
Aku tak mengiyakan, namun kubawa barisan janjimu dalam doa kuatku.
_Rembulan hembuskan mantra_
Was wes wos, was wes wos
Huoooo manusia gembos
Semburkan segala cerocos
Kutampung lalu kujotos
“Hey bulan, bagian mana yang akan kau jotos?. Kasar sekali. Kau pikir aku sedang bermain tinju.”
“Ah, kau ganggu aku punya mantra. Ini mantra paling hebat biar jos menerobos.”
“Menerobos?. Kamu bicara apa sih?”
“Ah sudah-sudah, maumu Hario datang bukan?. Mantraku akan membawanya padamu.”
Aku tak punya nyali
Apalagi taji
Tapi aku punya hati
Yang patut diberi arti
Kelak akan bicara restu
PadaNya yang satu
Bahwa akan terbuka kartu
Perihal doa yang membuat padu
Perasaaku membumbung, bergejolak saling menyalak. Sungguh aku terlalu gembira, rupanya tangan tak bertepuk sebelah.
_Kulangkahkan kaki sedikit menghentak_
Prak…hei tanah aku tak keliru membusur panah
Prak…hei malam aku tak keliru meniada kelam
Prak…hei angin aku tak keliru mengumbar ingin
Prak…hei bulan aku tak keliru memanggil tuan
Selarik lirik telah kukikir. Kutandai lalu kuberi janji.
Hei kamu suatu hari nanti aku akan bawa kamu kembali. Tidak sendiri namun ada teman yang ikut berdiri.
#Bandung, 27 Mei
Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.