Cinta Satu Kamar
Makhluk Mati yang Berbicara

CINTA SATU KAMAR
Semesta raya yang ukurannya seluas kamar tidur itu tidak begitu luas, tapi terbilang cukup untuk jadi tempat hidup beberapa makhluk mati. Para warga menyebutnya Semesta Utama.
Seperti Pak Karman Dusyanto. Ia telah lama tinggal di atas lahannya Tuan Al Maree. Ada sedikit area yang menganggur, sehingga lebih baik disewakan. Otak bisnis Tuan Al memang jalan, sama seperti Tuan Mejhaa. Sebenarnya banyak keluarga Pak Karman Dusyanto di semesta lainnya, tapi ia sudah kerasan tinggal di semesta itu. Lagi pula, akan merepotkan sekali jika Pak Kardus, panggilan singkat Pak Karman Dusyanto, sampai pindah semesta. Tubuhnya besar, bobotnya berat. Siapa yang sudi menggotongnya?
Tempat tinggal Pak Kardus paling tinggi di semesta ini. Dengan ketinggian itu, dia dengan mudah melirik Nona Delite, yang selalu bekerja di malam hari, istirahat di siang hari. Begitu terhormatnya profesi Nona Delite, ia selalu menerangi semesta ini dengan cahaya kebaikan. Sesuatu yang tidak dapat dilakukan oleh Nona Mohisa. Nama panjangnya Mosquito Hitting Swatter.
Nona Mohisa adalah makhluk paling agresif di semesta ini. Ia seperti Wonder Woman. Gagah gemulai. Taktis. Keinginannya hanya satu: membasmi semua nyamuk yang mengganggu. Ia pun punya cahaya seperti Nona Delite. Tapi cahayanya berbeda. Cahayanya itu seperti sinar khusus untuk mendeteksi kehadiran para nyamuk. Dan ia paling suka bertemu nyamuk gendut, dengan segumpal darah di bagian belakang tubuhnya. Pasti gerakannya melambat, dan ia tidak mengizinkan tangan si juru ketik terkotori oleh cipratan darah. Ia terus memaksa juru ketik itu agar selalu menggunakan dirinya.
Kau akan terkagum-kagum dengan suara Nona Mohisa. Begitu ia beraksi, suara-suara elektrik itu begitu seksi. Untuk satu nyamuk saja, ia bisa mengeluarkan suara seksi itu beberapa kali. Sampai nyamuk berputar-putar, lalu kehilangan nyawa.
Nona Mohisa sebenarnya tinggal di kediamannya yang cukup tinggi pula. Hampir setinggi Tuan Kardus. Dan nona gesit itu dalam istirahatnya, selalu memandang ke arah Tuan Mejhaa. Karena ia yakini, nyamuk-nyamuk itu banyak bersarang di bawah naungannya, yang gelap dan lembap.
Nona Mohisa memberi istilah "the dark side of the room" untuk area di bawah Tuan Mejhaa.
Nona Delite sudah lama tinggal di lahan Tuan Mejhaa. Ia selalu bersahabat dengan Tuan Asus yang dingin, yang kadang memakai nama alias, Lappy. Kerjanya terus berpikir, memroses banyak hal, seringkali dia kelelahan dan demam tinggi. Tuan yang satu ini juga suka menjalin banyak hubungan!
Aku pernah memergokinya suatu kali. Ia sedang berhubungan dengan Nona Desy Jet. Tidak perlu waktu lama baginya untuk menghamili Nona Desy, lalu melahirkan banyak anak-anak kertas. Berlembar-lembar. Kadang anak itu dinamakan HVS, kadang Polio, kadang Glossy.
Dan di waktu yang lain, si juru ketik juga pernah memergoki Tuan Asus memacari Nona Ifona. Untungnya, bersama Nona Ifona tidak sampai hamil dan lahir anak-anak. Mereka tidak cocok. Ada eksklusivitas yang dijaga Nona Ifona yang bertubuh mungil dan putih itu. Ia punya pagar. Tidak sembarangan makhluk bisa memacari dirinya. Kami di semesta ini menjulukinya Top Lady.
Berita yang membuat warga semesta utama ini gempar adalah, waktu Tuan Asus melakukan hubungan sedarah dengan Nona Asus! Sudah sering mereka lakukan itu. Mereka bilang hubungan itu sah-sah saja, karena bukan dari keluarga yang sama. Memang klannya sama, Asus, tapi bisa dilbilang sepupu jauh. Ya, itu menurut mereka. Warga hanya bisa mengurut dada.
Pagi ini mereka semua tampak tenang di kediamannya. Kecuali Tuan Asus. Ia terus menatap si juru ketik. Mereka berdua sedang bersaing untuk memakai Nona Asus!
oOo
“Psst! Mejhaa!” panggil Desy.
“Hm…” ia menjawab singkat tanpa membuka mulutnya.
“Menurutmu, siapa yang kurang ajar? Tuan Asus, atau si juru ketik itu?” tanya Desy.
“Memangnya kenapa? Bukan urusan saya,” jawab Mejhaa santai.
“Tuan Asus itu, melakukan hubungan sedarah dengan Nona Asus. Dan si juru ketik itu, aku lihat sering menggerayangi Nona Asus juga. Bahkan, mengusapnya, menjamahnya, seringkali menempelkannya di pipi juru ketik itu. Apa-apaan dia itu? Kurang ajar, kan?”
“Kenapa, kamu cemburu, Desy?” jawab Mejhaa sambil senyum sinis.
“Ah, t-tidak…” Desy agak gelagapan.
“Kamu kan dekat juga dengan Tuan Asus. Bahkan, sudah banyak anak-anakmu hasil berhubungan dengannya,” Mejhaa tertawa kecil, “masa kamu gak cemburu. Hehe.”
Desy menghela napas, “Baiklah, aku memang cemburu….”
“Hei, Desy,” kali ini Nona Delite menyapanya, “kamu kira aku gak tahu?”
“Tahu apa, Del?” jawab Desy.
“Aku tahu kamu juga berhubungan dengan Nona Asus, kan? Aku bisa melihatmu. Terutama di malam hari!”
“Apa maksudmu?” sergah Desy.
“Jangan munafik. Kamu itu sebetulnya cemburu karena Tuan Asus berhubungan dengan Nona Asus, atau Nona Asus berhubungan juga dengan si juru ketik yang bahkan lebih mesra, atau… kamu sebetulnya cemburu karena Nona Asus sudah jarang berhubungan denganmu, heh?”
Tubuh Desy kemudian bergerak-gerak. Komponen di dalamnya seperti bergejolak. Bergelinjang. Rupanya bisa juga Nona Desy mengeluarkan suara seksi seperti Mohisa.
Baru saja si juru ketik menyentuh Desy, lalu memaksanya membuka diri untuk berhubungan dengan Nona Asus. Dua makhluk itu dipaksa berhubungan oleh si juru ketik. Mejhaa dan Delite hanya bisa memandangnya.
Tubuh Desy masih meronta. Nona Asus melakukan penetrasi, dengan si juru ketik sebagai dalangnya. Ia yang menyuruh Nona Asus untuk melakukan ini dan itu. Desy hanya bisa mengerang. Akhirnya ia pasrah. Banyak cairan keluar dari tubuh Desy. Ia seperti tampak puas dan kelelahan. Wajahnya pun berseri. Lalu lahirlah anak-anak kertas. Rautnya berubah seratus delapan puluh derajat. Ia mengedipkan mata pada Nona Asus.
“Cih! Sama saja!”
Nada ketus keluar dari mulut Nona Delite.
“Sudahlah, Delite. Kamu gak usah protes. Gak usah uring-uringan gitu,” ujar Mejhaa santai.
“Hei, Mejhaa, kamu bisa ngomong gitu karena Tuan Asus, Nona Asus, Nona Desy, dan si juru ketik, ada di lahanmu semua. Iya, kan? Kamu juga sama saja. Huh!”
“Hahaha, kamu juga, Del. Apa gak sadar sekarang sedang berdiri di mana? Kamu juga sudah lama tinggal di lahanku. Kamu ingin berhubungan dengan siapa? Itu bisa diaturrr…” Ia tertawa lagi.
Nona Delite memadamkan cahayanya.
Sangat wajar jika Delite uring-uringan. Warga di Semesta Utama hanya memanfaatkan jasanya di malam hari. Siang hari dia tak berguna. Ia merasa kurang dieksploitasi. Padahal sangat menginginkan hal itu.
“Kalian ini, tidak pernah puas, ya.” Suara Tuan Kardus berwibawa dari lahan Al Maree. Jauh di kediamannya yang tinggi. Mohisa hanya meliriknya dari seberang.
“Teruskan,” kata Mohisa.
“Dari semua makhluk di semesta ini, yang paling tidak bisa berhubungan, tidak pernah disentuh, tidak dijamah, itu saya! Lihatlah, badan sudah berdebu gini. Dibersihkan pun tidak. Pih!” kata Kardus keras.
Mohisa hanya menarik sebelah bibirnya. Tidak bersuara. Senyumnya berwibawa.
“Si juru ketik itu, dia bebas menjamah siapa saja. Dia menjamah Nona Asus, Nona Desy, bahkan juga sering bercengkrama dengan Tuan Asus sendiri! Nona Delite pun sering disentuh si juru ketik itu di malam hari. Dan kamu, Mohisa, kamu juga sering diajak jalan oleh si juru ketik ke semesta lainnya. Kamu banyak dihubungkan dengan Tuan Chow Lokan di berbagai semesta, supaya suaramu tetap seksi. Bahkan Ifona secara eksklusif diperlakukan berbeda oleh si juru ketik itu. Tapi saya? Cukup disimpan di atas Al Maree, lalu selesai. Berdebu!” Karman Dusyanto terbatuk-batuk.
“Jadi, mau Anda bagaimana, Pak Kardus?” sahut Al Maree tenang. Ia adalah warga yang paling lama berada di Semesta Utama.
“Saya ingin pindah!” jawab Kardus.
Al Maree tertawa, “Bahkan untuk menyapamu saja, si juru ketik itu sudah tidak ada gairah. Apalagi menggotong, memindahkan ke semesta lain. Mimpi! Hahaha.”
Kardus terdiam. Tubuhnya sudah renta. Lapuk dimakan ultraviolet di siang hari, ringkih disembur udara dingin tiap malam hari.
Aku melihat si juru ketik hendak ke luar Semesta Utama. Ia berjalan, lalu memandangi warga satu per satu.
“Aku yang berkuasa di sini. Dengan siapa mau berhubungan, itu urusanku. Kalian terima saja. Pasrah. Berikan yang kalian bisa. Puaskan aku dengan kemampuanmu! Hahaha….”
Ia pergi meninggalkan Semesta Utama.
Cinta satu kamar. Itu yang sesungguhnya terjadi di semesta ini.
***
Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.