SIMsalabim

Waduh gawat, SIM (Surat Ijin Mengemudi) sudah mau habis nih masa berlakunya, ribet deh perpanjangan, apa lewat calo aja ya? Ah sayang uangnya, mending jalan sendiri aja deh, kata ayang bebeb lebih murah. Uangnya bisa dipakai buat ke salon.

SIMsalabim

Waduh gawat, SIM (Surat Ijin Mengemudi) sudah mau habis nih masa berlakunya, ribet deh perpanjangan, apa lewat calo aja ya?

Ah sayang uangnya, mending jalan sendiri aja deh, kata ayang bebeb lebih murah. Uangnya bisa dipakai buat ke salon.

Datang ke Mall.

Idealnya datang ke mall untuk berbelanja, namun tidak untuk kali ini. Jadi mau ngapain di mall?. Liat pengumuman di pinggir jalan, kalau perpanjangan SIM itu bisa di mall, (Oh iya sekedar informasi kejadian ini sebelum pandemi covid-19 ya) jadi datanglah ke mall, ternyata eh ternyata sistemnya sedang bermasalah, lalu disarankan langsung ke samsat, dan pelayanan perpanjangan SIM mulai jam 7 malam sampai jam 7 pagi.

Dalem hati, “buset deh, emang gak cape pak pol, malem-malem bikin SIM”. Iseng-iseng nanya ke petugas disitu “yang pagi gak ada ya Pak?” “Gak ada bu, yang pagi hanya untuk bikin SIM baru”, kata petugas itu.

Pulang deh dengan hati sedih, lalu malemnya pergi ke samsat, dengan persyaratan lengkap yang sudah saya siapkan berdasarkan informasi dari petugas di mall.

Jam 8 malem tiba di samsat. Woowwww ganteng bangeettt… Seketika gagal focus melihat petugas polisi yang masi muda, gagah, dan tampan. Focus kembali normal ketika ingat suami di rumah lebih ganteng gagah dan tampan.

Disambut dengan baik, “ada keperluan apa bu?”.

“Mau perpanjang SIM C Pak”, jawabku singkat.

“Bisa pinjam KTP?”, kata petugas itu lagi.

KTP pun ditukar dengan ID sementara.

“Silahkan ke loket 2”, kata petugas itu.

 

Sampai di loket 2, saya diberikan sebuah form, “Silahkan diisi bu” kata petugas loket yang juga berseragam kaos dengan logo kepolisian. Setelah diisi, saya serahan kembali ke loket, lalu menunggu sesaat dan melakukan pembayaran sesuai dengan yang tertera di spanduk. “Silahkan menunggu untuk foto ya Bu” lanjut petugas itu setelah saya usai dengan pembayaran.

Menanti yang tak pasti itu menyebalkan, tapi untunglah ini pasti, karena memang terlihat ada beberapa meja untuk foto dan semua sedang terisi. Sambil menunggu antrian foto, datanglah ibu hamil, “Ini Pak, sudah saya isi datanya”, kata ibu hamil. Tak lama ibu hamilpun melakukan hal yang sama dengan ku, yaitu membayar sesuai ketentuan, lalu tanpa menunggu lama, dia diarahakn untuk foto SIM.

Kerreeennn, ada prioritas buat ibu hamil, terlihat juga kehamilannya sudah sangat besar, dan sepertinya tinggal menghitung hari untuk melahirkan.

Benar sekali. Tanpa menunggu lama, ibu hamil dipanggil untuk foto. Petugas pelaksana foto menanyakan HPLnya (Hari Perkiraan Lahir), dan ternyata memang sudah dekat denga HPL, kalau setelah melahirkan, SIMnya sudah kadaluarsara dan harus bikin baru.

Keren juga ya pelayanan SIM ini, ramah untuk ibu hamil. (bantinku kembali ikut berbicara).

“Ibu Karina Listya” namaku di panggil untuk foto. Selain Foto ada juga perekaman sidik jari dan tanda tangan pada meja itu.  Selesai di meja itu, aku diarahkan untuk pindah ke ruang tunggu, disini menunggu lagi sekitar 20 menit dan SIMsalabim, SIM pun jadi. Melirik jam di ponsel, saat ini jam 9.12. Bingung rasanya, namun hatiku berteriak girang “Enak banget bikin SIM kali ini, kurang lebih hanya 1 jam proses perpanjangan SIM ini”.

Sambil berjalan ke petugas yang ganteng tadi, mengembalikan ID dan menukarnya dengan KTP, aku bisa memberikan opiniku, BEDA BANGEETTTTT ya sama sistem yang dulu, dulu antrinya lama, ruangannya panas, ditawain calo melulu, meski sudah bilang mau perpanjang sendiri.

Hari berganti, waktu berlalu, pandemi pun menghampiri, meski saya belum perpanjang SIM lagi, saat pandemi dan setelah pandemi, namun ada percakapan receh pada perjalanan pulang dinas, saat menanti waktu naik pesawat. Rekan kerja saya, Filmon namanya. Dengan antusias dia bercerita ”Sekarang lebih SIMsalabim lagi Rin”. ‘’Oh ya, pakai aplikasi ya?”, tanyaku tidak kalah antusias. “Iya, kamu gak perlu cape datang, gak perlu cape antri, cukup pakai aplikasi di HP, klik,, klik, klik, dan verivikasi, lalu di kasih nomer rekening untuk bayar, lalu aku transfer pakai mobile banking dan perpanjaangan SIM pun lebih cepat selesai”, ujarnya. “Nah terus SIM fisiknya bagaimana?”, tanyaku penasaran. “Dikirim, dan itu cepet, 1 atau 2 hari udah sampe.”

Canggih ya… Alhamdulillah zaman sudah modern, jika aplikasi dan teknologi dimanfaatkan dengan baik, maka manfaatnya pun terasa indah untuk kita semua.

Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.