"Ngapain lo ngeliatin tetek gue?"

Trotoar di bilangan Jakarta Selatan sore itu ramai. Orang-orang berjalan cepat, sibuk dengan urusan masing-masing. Beberapa duduk di teras kedai menunggu buka puasa sambil menikmati udara segar setelah seharian bekerja.
Arman berjalan santai sambil mendengarkan musik lewat headset-nya. Lagi asyik-asyiknya bergumam mengikuti irama lagu, tiba-tiba, terdengar seorang perempuan berteriak sambil menunjuk ke arah mukanya, "Heh! Jangan kurang ajar lo ya! Ngapain lo ngeliatin tetek gue?! Dasar bajingan lo!"
Arman terkejut. Dia melihat sepasang cowok dan cewek di depannya. Dari gestur mereka, sepertinya keduanya adalah pasangan kekasih.
Secara refleks, Arman melepas headset dan menoleh. “Apa lo bilang?!” tanyanya bingung setengah mati.
Pacar si cewek juga menoleh ke arah kekasihnya. “Kenapa, Yang?” tanyanya serius.
Si cewek mendekap dadanya seolah-olah baru saja dilecehkan. Dengan wajah marah, dia menunjuk Arman sambil berseru, “Ini cowok ngeliatin tetek aku, Yang, kayak mau nelen! Aku nggak terima, Yang! Ini pelecehan seksual! Kamu harus bela aku, Yang!”
Arman makin bingung. “Lo ngomong apa sih?! Ngapain juga gue ngeliatin tetek lo? Emang gue kurang kerjaan apa?!”
Pacar si cewek menatap Arman dengan tajam. Dengan penuh wibawa, dia berkata, "Mas, jadi orang tuh yang sopan dong! Lo nggak hormatin gue sebagai pacarnya?"
“Lo berdua udah pada gila ya?!” Arman mulai naik darah. Matanya berkilat, tangan mengepal, napasnya memburu.
Orang-orang mulai memperlambat langkah, beberapa berhenti, penasaran melihat keributan ini.
“Udah salah, nggak ngaku lagi! Kasih pelajaran, Yang!” si cewek memanas-manasi.
Pacarnya mengangguk, lalu melangkah maju, menatap Arman. “Gini aja deh, Mas. Lo minta maaf ke cewek gue, lalu masalah ini gue anggap selesai. Gimana?”
Arman membeku sejenak. Dadanya naik turun. Tangan kanannya mencengkeram headset dengan kuat. Lalu tiba-tiba…
Bak! Buk! Bak! Buk!
Pukulan keras beruntun mendarat di rahang pacar si cewek. Tanpa ampun, lelaki itu jatuh terkapar di trotoar. Dengan panik dia berteriak, “Mas… Mas… Sabar, Mas! Ini cuma prank! Ini cuma prank, Mas!”
Sayangnya, Arman sudah terlanjur emosi. Dia terus menendang cowok yang sudah terkapar tersebut.
"Bang! Abang! Sabar, Abang! Ini cuma prank!" Si cewek juga panik dan ikut berusaha menarik Arman. Dia sama sekali gak menyangka Arman sampai begitu marah sehingga cowoknya menjadi bulan-bulanan.
Tiba-tiba, dari berbagai sudut, muncul empat orang teman pasangan tersebut. Rupanya sejak tadi mereka bersembunyi sambil merekam kejadian itu. Semuanya panik dan berusaha memisahkan perkelahian yang nggak seimbang itu.
Akhirnya, Arman menghentikan serangannya. Matanya menatap tajam ke mereka semua. "Oh, jadi lo satu kelompok ya?"
"Iya, maaf, Bang. Ini cuma prank doang," sahut salah seorang dengan suara bergetar.
"Iya, Bang. Cuma buat konten di Youtube," kata yang lain lagi.
"Hapus videonya sekarang juga! Hapus atau gue tonjok lo semua!"
Karena gentar, mereka memberikan HP-nya sambil mencoba meredakan suasana. "Santai, Bang. Ini cuma buat seru-seruan."
Arman mendekat, merampas HP itu. Setelah memastikan rekaman hilang, dia menatap mereka satu per satu. "Kalau masih ada rekamannya dan lo tayangin di sosmed, gue hajar lo semua."
Semua prankster ketakutan, nggak ada yang berani menatap mata Arman.
"Gue nggak percaya cuma ini rekamannya. Kalian pasti punya backup, kan?" katanya dingin.
"Nggak ada, Bang. Sumpah." Seseorang menjawab. Yang lain cuma menundukkan kepalanya.
"KTP lo mana?" bentak Arman sambil menunjuk salah seorang yang juga memegang HP.
"B...bu..buat apa, Bang?" sahut orang tersebut ketakutan.
"Mana!" Suara Arman makin keras. Dengan tangan gemetar, si pemegang HP mengeluarkan dompet dan menyerahkan KTP-nya. Arman memotret KTP itu lalu mengembalikan pada pemiliknya dengan paras masih penuh kemarahan.
"Lo pikir ini lucu, ya? Lo pikir gue bakal diem aja?" Dia mendekat, menatap tajam ke mata mereka satu per satu. "Kalau video ini masih muncul di sosmed, gue cari lo semua. Gue ada alamat lo sekarang."
Tiba-tiba Arman membalikkan tubuhnya dan menghampiri si cewek tadi, menatapnya dengan tajam, lalu berkata pelan tapi menusuk, "Lo juga hati-hati. Jangan jual harga diri cuma buat sekadar konten."
"Iya, Bang" sahut Si Perempuan dengan suara hampir nggak kedengeran.
"Gara-gara lo, batal deh puasa gue. Taik lo semua!" bentak Arman seraya melangkah meninggalkan tempat itu.
Semua prankster membisu. Setelah Arman pergi, mereka masih terdiam, menelan ludah dan menyadari kalo kali ini mereka main terlalu jauh.
PS: Berdasarkan kisah nyata.
Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.