BEDAK YANG TIDAK RATA

"Selamat pagi semuaaa..
Ayo... baris yg rapi ya.. antri yg tertib, nanti sampahnya buang disini ya.." sapaku kepada anak2 SD di desa Ranca Bakti kecamatan Nanggung kabupaten Leuwiliang Bogor.
Sarapan pagi ini adalah Roti manis, Telur rebus dan Susu kotak. Ada sekitar 200 anak2 yg bersekolah disitu yang sebagian adalah korban Longsor dan banjir bandang di daerah Lebak Banten.
Membentuk barisan deret 4 kebelakang, tertib dan rapi anak2 menerima sarapan mereka. Selesai makan, sampah diantar ketempat yang sudah kami siapkan.
Anak2 selesai..
Kami bergerak ke arah pengungsi yg hanya berjarak 10 langkah dari area Sekolah, masih banyak persediaan yg akan kami bagikan juga kepada para Lansia.
Begitulah..
Team kami memang lebih focus pada makanan sehat bagi Balita dan Lansia, karena mereka tidak bisa makan mie instant.
Mengatur Lansia ternyata tidak sama dengan mengatur anak SD, mereka agak susah diminta mengantri. Mungkin faktor usia juga, bagaimanapun mereka tetap butuh makan. Team harus bergerak dan mengantar ke dalam tenda masing2, jadilah kami macam tukang Kue yg menjajakan makanan.. tapi seru..
Ketika semua tenda selesai kami datangi, team berkumpul di mobil dan duduk2 melepas penat. Tertawa, bertukar cerita meluruskan kaki. "Dagangan laris" istilah kami.
Masih ada beberapa porsi sarapan di bagasi, biasanya akan kami bagikan di jalan pulang menuju posko kalau bertemua anak sekolah atau Lansia.
Dari arah bawah, aku melihat seorang Bapak menggendong anaknya yg menderita Hydrocepalus di punggung belakang.
"Saya boleh minta Susunya?" Tanya sang Bapak
"Ooo.. boleh Pak.."
Aku berikan 1 paket sarapan ke Sang Bapak.
"Halo, namanya siapa?" Tanyaku sambil menyentuh pipi sang Putri di gendongan si Bapak.
"Nur Azizah" kata si cantik tersipu sambil menyembunyikan kepalanya ke punggung sang Ayah.
"Umur berapa cantik?"
"12tahun" Jawab sang Ayah
"Terimakasih" Sang Ayah menerima paket dan berjalan ke bawah pohon dekat mobil kami diparkir.
Sementara team yang lain membereskan barang2 di bagasi, iseng aku hampiri sang Bapak yg sedang menyuapkan telur rebus ke anaknya.
"Suka Nak?"
Basi basi kutanyakan ke sang anak, meski kutahu tak akan dapat jawaban karena keterbatasan komunikasi.
Sang Bapak tersenyum..
"Dari mana tadi Pak?"
"Dari bawah Bu, ke air, mandi dan bebersih" terang si Bapak.
Baru sadar ku lihat ember berisi baju2 yang baru dicuci, seplastik deterjen sisa ada juga di dalam ember.
"Ibunya kemana? Di tenda?" Tanyaku sambil membayangkan menenteng ember dan menggendong anak di punggung, menempuh jalanan menurun sekitar 500m kebawah. Belum lagi kalau hujan, licin.
"Meninggal Bu, kemarin sama adiknya juga. Kebawa banjir bandang" jawab si Bapak sambil memberikan susu kotak ke anaknya, mencoba menutupi kesedihannya.
Aku terdiam, tak tahu harus berkata apa..
"Ibu maaf.. Ibu punya pampers?" Sesaat kemudian si Bapak memberanikan bertanya
"Waahh.. saya ga punya Pampers Pak.. Bapak perlu ya? Nanti saya coba carikan"
Jawabku cepat
"Iya Bu.. buat ini, kalau malam repot kalau harus ke air.. gelap jalannya" sang Bapak menunjuk ke arah anaknya.
"Oo boleh boleh Pak.. nanti saya carikan ya"
Si Bapak tersenyum tipis, wajahnya sedikit bersinar.
"Kamuuu.. sudah besar di gendong terus.. jalan sendiri donk"
Aku mengarahkan pandangan ke si Cantik
"Dia tidak bisa jalan Bu.. dari lahir"
Duaaarrr..
Salah omoooonngg..
"Oo gitu Pak, maaf ya.."
Buru2 aku minta maaf..
"Wooii.. balik ga?"
Teriak temanku dari mobil, mereka siap bergerak pulang
"Saya pamit dulu Pak.. saya carikan Pampers nya ya.. semangat Pak. Samlekom".
"Waalaikumsallam" jawab si Bapak pelan.
"Dadaagg cantiikk.." aku mengusap pipinya yang berbedak tidak rata, sepertinya sang Ayah cuma asal usap sehabis mandi tadi.
Aku berlari ke arah mobil, dari kejauhan kulihat sang Bapak bersiap menggendong kembali anaknya yg tadi dipangku. Berjalan pelan sambil menenteng ember cucian.
Diperjalanan pulang Aku turun di pasar u/ belanja beberapa bahan lauk pauk yang kami perlukan untuk menu makan malam para pengungsi malam ini. Team lain melanjutkan perjalanan ke posko.
Sempat ku telphone salah satu team yang akan datang dari Jakarta, minta di belikan Pampers.. Beres.
Kembali ke posko, team langsung bertungkus lumus membersihkan semua sayur, cuci beras, masak nasi dll.
Jam 4 sore makan malam sudah harus siap diantar ke titik pengungsian, kalau terlalu sore jalanan akan terlalu gelap untuk dilalui karena listrik masih padam.
Team dibagi beberapa orang, sama2 bergerak ke titik pengungsian untuk membagikan makan malam. Dengan cara ini kami bisa menjangkau beberapa titik pengungsian yang tempatnya berbeda-beda.
Tugas hari ini selesai, setelah kami mencuci bersih semua peralatan yang kami pakai untuk memasak,
Menyapu, mengepel lantai dapur dan
menutup rapat pintu dapur supaya Kucing kampung tidak masuk.
Saat istirahat menunggu giliran mandi/yang airnya sangat dingin dan segar karena berasal dari gunung, datang teman dari Jakarta yang kemarin pulang karena ada meeting dulu di kantornya.
Ya titik Bakti sosial kami kali ini tidak terlalu jauh dari Jakarta tempat tinggal kami, wilayah Leuwiliang Bogor masih bisa kami tempuh 3 jam dengan mobil. Temanku Membawa Roti manis untuk makan pagi para pengungsi keesokan hari daann.. Pampers titipanku. Senang sekali..
Jam 9 malam, kompor di dapur kembali menyala. Kali ini kami merebus Kacang Hijau yg sudah kami rendam dari siang.
Yak..
Menu breakfast esok hari adalah bubur kacang hijau hangat dan Roti. Harus kami rebus dan siapkan malam ini, tidak bisa mendadak karena kacang Hijau butuh waktu lama memasaknya.
Bergantian kami mengaduk bubur di beberapa panci besar, sambil berkoordinasi dengan team lapangan yang adalah penduduk setempat. Untuk bisa mengetahui titik pengungsian, kami harus bekerjasama dengan mereka supaya tepat sasaran.
Jam 12.00 kompor kami matikan, istirahat..
Pagi buta, kami bangun.. Saya yg paling akhir bangun.. udara disini enak buat ngelungker????.
Selesai sholat Subuh, 4 termos besar berisi Bubur Kacang Hijau panas kami muat di bak mobil, 1 doos besar berisi Roti, mangkok dan sendok, tidak lupa kantong sampah besar.
Semua set. Berangkat..
Kami memang harus berangkat pagi sekali karena mobil tidak mungkin jalan kencang, bisa tumpah semua Bubur di bak belakang. Belum lagi kondisi jalan yang licin kadang bikin mobil seperti berjoget. Beruntungnya kami, semalam tidak hujan jadi jalanan tidak terlalu licin.
Jam 7 pagi, kami sudah tiba di lokasi.
Kali ini kami parkir di lapangan dekat pengungsian.
Begitu melihat mobil kami, anak2 sekolah langsung berbaris rapi di belakang bak mobil. Mereka sudah "Kenal" ????
"Terimakasih ya Tuhan, masih bisa menyaksikan senyum bahagia anak2 hari ini" kataku dalam hati sambil membuka Sepatu, duduk di bak mobil.
Kubuka termos pertama di hadapanku, asap mengebul.. Wangiiii..
Bismillah..
"Awas panas ya Nak, pegang bibir gelasnya.. begini" Ku ulang2 terus kalimat tersebut, sambil membagikan sarapan pagi ke anak2 SD, takut gelas jatuh dan anak2 tersiram bubur panas.
Termos ke 2, Bapak dan Ibu guru juga dapat jatah.. mereka juga perlu sarapan hangat buat memulai hari.
Para pengungsi mulai berdatangan, ada yang baru keluar dari tenda, ada juga yang baru selesai mandi di bawah sana.
"Saya mau 2 buat anak saya sekalian". Yaa, ada yang minta 3 bahkan lebih, kami layani selama persediaan masih ada.
"Pantang pulang sebelum termos kosong"
"Kalau punya mangkok, boleh bawa Bu, Pak" kataku berusaha mengurangi sampah plastik.
Termos ke 3 mulai santai, tidak seramai sebelumnya..
Memandangi anak2 duduk berjejer, menikmati sarapan hari ini, bahagia rasanya.
1,2 team mulai minta jatah sarapan.. Bubur Kacang Ijo racikan teman satu team kami ini memang juara dan cuma bisa kami nikmati di saat2 seperti ini, di Jakarta kami malah jarang sekali ketemu.
Turun dari bak mobil, kupakai sepatu. Giliranku sarapan.. gantian dengan yang lain.
Mataku mencari2 Nur Azizah dan Bapaknya.. mungkin masih mandi sekalian mencuci.
Kusingkap penutup bak mobil dipojokan, aman.. Pampers pesanan masih di tempatnya.
Antrian bubur semakin sepi, Nur Azizah belum nampak. Kuputuskan untuk mencari ke arena pengungsi.
Ku bawa doos besar Pampers.. dari 1 tenda ke tenda berikut, aku tidak tau padti yang mana tenda mereka.
Tidak ketemu, kutanyakan pada Bapak2 yang sedang menyusun Bambu membentuk rangka tenda.
"Assalamualaikum Pak, kalau tendanya Bapak yang? hmm.. anaknya namanya Nur Azizah, hmm.. maaf, yang kepalanya be.. besar? Tanyaku, tanganku memegang kepala
"Ibu? Ibu yang kemarin kasi Telor dan Susu ya?" Tanya seorang Bapak
"Iya Pak, yang mana tendanya?"
"Duuhh Bu.. Ibuuuu..". Jawab si Bapak
Ada apa ini pikirku.
"Si Bapak meninggal semalam Buuu"
"Haaahh? Innalillahiiiii" Aku diam mematung..
"Iya Bu.. semalam kita nyari Ibu, dimana atuh Ibu nginepnya? Kita bingung mau ngabarin Ibu"
"Kenapa nyari saya Pak?" Aku takut ada yang salah.
"Kemaren tuh kita lihat si Bapak ngobrol pan sama Ibu?"
Aku mengangguk.
"Habis itu Dia masuk Tenda, diem aja Bu. Jatah makan siang juga dianterin ke Tenda, kita kira mah Dia cape aja nge gegendong anaknya. Sore abis mandi, si Nur tidur dititipin ke tenda sebelah. Waktu kita tanya cuma jawab "Ke Kebon" gitu Bu"
Aku mendengarkan terus
"Jam 7 malem tu ada yang ngabarin, si Bapak ditemuin di sawahnya udah ga ada"
"Innalillahiiiii" kataku lagi
"Kata orang2 mah stress Bu.. Ada yang liat Dia jalan ke kebun Durennya sudah pada mateng, tapi kena longsor.. ancur. Terus jalan nengok sawahnya siap panen, ancur juga Bu.. ga ke arah/ga ada yang bisa diambil. Tau2 ada yang ngabarin sudah meninggal"
Aku diam.. Tidak tahu harus bilang apa..
"Semalem langsung dimakamin Bu, nyusul anak sama istrinya" jelas Bapak2 yg lainnya.
"Iya Pak..
Ini sedang buat apa?" Aku berusaha mengalihkan topic
"Ya ini Bu.. lagi bikin Tenda yg bener buat si Nur sama Tetehnya. Kemaren waktu kita umumin di mesjid, Tetehnya si Nur teh denger. Terus nyamperin ke pengungsian disini, sebelumnya kepisah jauh tenda pengungsiannya. Alhamdulillah si Nur bisa diurus sama Tetehnya. Ini kita lagi buatin tenda. yang kemaren dipake mah ga pake tulang tendanya, asal2an. Kasian Bu.. Yatim Piatu.
"Iya Pak, kemaren ngobrol sama Saya. Minta Pampers buat anaknya, repot kalo malem katanya" Kuletakan doos Pampers di hadapan para Bapak yang sedang bekerja.
"Ooo gitu.. iya repot kalo malem Bu.. kita yang bawa awak sendiri aja repot, apalagi kudu ngagendong anak. Licin mana gelap" Jawab seorang Bapak.
"Iya Pak, saya titip Pampers nya ya Pak" Aku cuma bisa Iya dan Iya lagi
"Iya atuh Bu, nanti saya sampein" Jawab sang Bapak sambil mengangkat doos.
"Trimakasih ya Pak, saya pamit.. Samlekom". Aku berdiri, menarik nafas panjang.
Berjalan lesu ke arah mobil.
Membayangkan Nur Azizah, bagaimana Dia melangkah? Sang Ayah yang adalah "Kakinya" sudah tiada juga menyusul Ibu dan Adiknya.
"Ya Allah, kau pertemukan adik dan Kakak yang sebelumnya terpisah. Ketika kau memanggil "Pulang" sang Bapak, rencanamu juga semua yang terjadi."
"Pak.. tadi Saya kesini, membawakan Pampers untuk Putri Bapak seperti yang Bapak minta kemarin. Saya tidak bisa temui Bapak, tapi sudah saya titipkan untuk disampaikan ke Nur ya Pak.. Semoga Bapak tenang disana" Gumamku dalam hati.
Kupanjatkan doa untuk sang Ayah, juga untuk Nur dan Kakaknya.
Biarlah hanya Allah yang menjagamu ya anak2 cantik.
Terbayang wajah Nur sehabis mandi dengan bedak yang tak rata.
Kutinggalkan titik pengungsian, dadaku sesak.
Selalu begini di setiap kondisi bencana yang ku datangi.
Selalu ada Cinta yang tertinggal, kali ini kutinggalkan Cintaku pada anak2 korban banjir dan longsor di Desa Ranca Bakti.
Desa Ranca Bakti
Kec. Nanggung Leuwiliang
Bogor
Januari 2020
Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.