"Ati! Sedang apa kamu!?" hardik Bu Pal, kepala sekolah SMP kami.
Padahal, Ati sedang tidak ngapa-ngapain. Dia hanya berdiri diam. Sabar menunggui saya yang sedang sibuk menurunkan tombol di meteran listrik. Agar supaya seluruh sekolah mati lampu.
Apakah tujuan memadamkan listrik itu? Ah, iseng saja. Supaya saya ada hiburan tokh...
Dua surat panggilan pun dilayangkan pihak sekolah. Satu ke orang tua Ati, satunya untuk orangtua saya.
Bagi orangtua saya, itu bukan pertama kalinya mereka dapat panggilan sejenis. Untuk mendapat peringatan tentang saya. Maklum, sebagai anak yang sudah tak SD lagi, saya sedang asyik-asyiknya nakal.
Kebadungan apa saja saya lakukan di sekolah. Kecuali bolos. Ya kan nggak seru kalau bolos. Nggak bisa bikin badung-badung yang asyik di sekolah seperti memadamkan listrik.
Sementara, bagi orangtua Ati, itu adalah surat panggilan pertamanya. Saya yakin, itu pun satu-satunya panggilan yang pernah mereka terima, seumur-umur Ati menjadi pelajar sekolah. Orangtua Ati juga tak sekedar dapat peringatan. Tapi, juga pertanyaan rumit dari Bu Pal sang kepala sekolah.
"Kenapa Ati yang juara sekolah dan anak teladan itu, alih-alih melarang, malah menemani Nina melakukan kenakalan?"
Selepas SMP, Ati dan saya berpisah SMA. Tiga setengah tahun kemudian—kami salah satu generasi yang kena masa perpanjangan semester di SMA—nasib mempertemukan kami lagi. Sama-sama masuk UI dan di fakultas yang sama. Meski beda jurusan. Saya arkeologi, dia antropologi. Kami pun melanjutkan pertemanan yang sempat teputus.
Tak hanya main, kami kerap sama-sama berada dalam berbagai tim olahraga fakultas. Basket, bola kaki, gerak jalan, dan lainnya. Kami sama-sama masuk ke Mapala UI. Di mana nomor keanggotaan kami pun berurutan. Lulus kuliah, seperti mengulang masa setelah SMP, kami berpisah lagi. Menyusuri jalan hidup masing-masing. Hanya untuk dipertemukan lagi dan mempererat persahabatan di hari tua. Asyik…
Kalau dipikir-pikir mungkin saya ini adalah karmanya Ati. Entah apa yang dilakukan oleh Ati di kehidupan masa lalunya, sampai mendapat saya sebagai karmanya. Bahkan, ibunya Ati pun merupakan teman sekolah ibu saya di jaman Belanda! =^.^=
..