Kisah Harap Di Jabal Rahmah
Langkah tuaku tertatih-tatih, tapi pengharapan pada Rabb-ku sangat tinggi seakan memberiku kekuatan yang luar biasa. Rasa capek diawal wisata religi ini tak menghalangiku. Tanpa terasa sampailah aku diatas bukit itu. Bukit yang bernama Jabal Rahman, tempat dimana Adam dan Hawa bertemu di bumi setelah sekian lama mereka terpisah, tempat dimana aku ingin mengucap istigfar, syukur dan minta.
Minta pada Rabb-ku untuk mengizinkan anakku memiliki kesabaran dan kekuatan menjalankan kehidupan rumah tangga yang sedang diambang kehancuran.
Masih teringat di relung memori, saat anak perempuanku terisak-isak dalam peluk. Matanya yang sembab, nafasnya sesak, berkata pun hanya terbata-bata. Namun jelas ditelingaku terdengar bahwa suaminya ingin menduakannya.
Mulutku kelu, seakan tak punya kata-kata untuk memberi penghiburan kepadanya. Pandanganku nanar, yang bisa aku lakukan hanya mengelusnya penuh kasih sayang, karena duniaku pun berasa hancur. Hancur melihat anak kesayanganku terluka
Dan tepat diatas bukit Jabal Rahmah inilah tubuh tuaku ini melunglai, tak terasa aku sudah bersimpuh ke tanah menangis sambil berucap lirih.
“Ya Rabb, sungguh aku memintamu. Meminta kepadamu dengan kesungguhan hati, agar menguatkan dan menyabarkan hati anakku. Berikan putusan yang terbaik dan terindah untuknya dan rumah tangganya. Hanya kepadaMu aku minta.”
Berulang kali doa itu terucap, hingga tak terasa tubuh ini terpapah untuk kembali menurunin bukit, meninggalkan segenap harap
Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.