Satu…….Dua…….Tiga…….Stop Kekerasan Sekarang Juga!
Damai itu indah. Oleh karena itu, stop kekerasan di mana saja, kapan saja dan kepada siapa saja sekarang juga.

Bumi ini diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa dan diamanahkan untuk dikelola dengan damai. Secara bahasa amanah diartikan sebagai kepercayaan, kejujuran, loyalitas, dan integritas. Kata amanah juga memiliki kesamaan makna dengan iman, aman dan amin. Islam mengajarkan kedamaian; Kristen dan Katolik juga mengatakan berbahagialah orang yang membawa damai; Buddha mengajarkan Dhamma; Hindu pun mencintai kedamaian. Akan tetapi mengapa masih saja terjadi kekerasan di sana sini? Baik itu kekerasan secara fisik, kekerasan psikis (bullying kata-kata), kekerasan dalam rumah tangga (yang bisa saja dilakukan oleh suami atau istri), kekerasan seksual, dan lain-lain.
Bersyukur karena UU TPKS (Undang-Undang Tindak Pidana Kekerasan Seksual) sudah diketok palu artinya sudah disahkan pada tanggal 14 April 2022. Sesuai Permendikbudristek No. 30/2021 di Perguruan Tinggi sudah dibentuk Satgas PPKS (Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual). Namun, bagaimana mengimplementasikannya di wilayah 3T (Terdepan – Terpencil – Tertinggal), karena di daerah tersebut belum ada fasilitas layanan anak dan perempuan yang memadai. Perlu diperjuangkan mulai dari sektor pendidikan, kesehatan, perlindungan, dan lain-lain menjadi isu yang perlu segera ditangani.
Secara umum, kasus kekerasan/pelecehan seksual selama ini sudah ditangani Perguruan Tinggi sebagai bagian dari pelanggaran etika atau kode etik. Setiap Perguruan Tinggi memiliki peraturan rektor yang mengatur perilaku atau etika, mulai dari dosen, tenaga kependidikan, hingga mahasiswa. Peraturan tersebut juga dibarengi dengan sanksi yang bertingkat-tingkat sesuai dengan beratnya perbuatan yang telah dilakukan. Dunia akademis harus bertindak tegas agar suasana kampus tertib, aman dan nyaman.
Bermacam-macam kekerasan telah banyak terjadi akhir-akhir ini si sekitar kita. Kekerasan (violence) menurut Soerjono Soekanto adalah penggunaan kekuatan fisik secara paksa terhadap orang atau benda. Sedangkan kekerasan verbal adalah sebuah ungkapan verbal atau pengungkapan lewat kata-kata. Sebagaimana kita tahu bahwa verbalisme berasal dari kata Latin verbum yang berarti perkataan atau ucapan. Adapun kekerasan psikis adalah perbuatan yang mengakibatkan ketakutan, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak, rasa tidak berdaya dan atau penderitaan psikis berat kepada seseorang.
Contohnya, dapat berupa ancaman, tekanan, indoktrinasi, kebohongan dan sejenisnya, karena kekerasan psikologis ialah kekerasan yang memiliki sasaran rohani atau jiwa sehingga dapat mengurangi atau bahkan menghilangkan kemampuan normal jiwa. Sedangkan yang sedang marak akhir-akhir ini adalah kekerasan seksual; yang dimaksud dengan kekerasan seksual adalah setiap perbuatan merendahkan, menghina, melecehkan dan atau menyerang tubuh dan atau reproduksi seseorang karena ketimpangan relasi kuasa dan atau gender, yang berakibat atau dapat berakibat penderitaan psikis dan atau fisik. Termasuk yang mengganggu kesehatan reproduksi seseorang, contohnya adalah pemerkosaan (ada unsur paksaan).
Belum lagi kekerasan yang dilakukan oleh begal, gang motor yang brutal, pencurian dengan kekerasan, perampokan, dan lain-lain. Miris rasanya, baru mendengar saja sudah bergidik bulu roma dan meringis ketakutan orang dibuatnya, apalagi jika mengalami. Memang di dunia ini tidak ada tempat yang aman seratus persen, kehati-hatian sangat perlu, eling lan waspodo (selalu ingat dan waspada) harus diterapkan disegala situasi dan kondisi demi keamanan pribadi dan lingkungan.
Ciptakan Kampus Aman
Kampus yang aman dan nyaman bebas dari perundungan, kekerasan seksual dan berbagai macam ancaman adalah dambaan semua orang, karena kampus adalah tempat untuk tumbuhkembangnya potensi mahasiswa yang sedang menuntut ilmu, yang nantinya melahirkan Sumber Daya Manusia (SDM) unggul yang dapat membawa Indonesia maju dan sejajar dengan negara-negara maju lain di belahan dunia sana. Untuk itu kampus harus menjadi tempat yang sehat dan kondusif, serta menjadi lingkungan belajar abad 21 yang dicirikan dengan 3 aspek, yaitu: Kampus sehat – Kampus nyaman – Kampus aman, demikian yang dikatakan oleh Bapak Nizam (Dirjen Pendidikan Tinggi) pada webinar Kampus Merdeka beberapa waktu yang lalu.
Ketiga aspek tersebut harus dilakukan bersama-sama agar terwujudnya Holistic Wellness, seluruh warganya merasakan kebahagiaan, kegembiraan dan semangat untuk berpacu dalam mengukir prestasi. Kampus adalah tempat lahirnya intelektual muda. Oleh karena itu, suasana kampus hendaknya terpelihara kesehatan fisik, kesehatan spiritual dan kesehatan emosional. Lingkungan kampus yang hijau dan asri menunjukkan lingkungan yang sehat yang berada di tengah masyarakat yang juga sehat. Kesehatan seseorang kini menjadi prioritas yang sangat dipedulikan.
Kalau dulu kita menyapa orang dengan kata-kata apa kabar, kini yang ditanyakan terlebih dahulu adalah kesehatan dan salam pun yang diucapkan adalah salam sehat sekeluarga. Suatu hal yang sangat dapat dimaklumi karena dengan badan yang sehat orang dapat beraktivitas dengan baik. Jangan sekali-kali merusak kesehatan seseorang dengan perilaku yang jahat seperti kekerasan, melukai dengan senjata tajam, menganiaya dengan sadis (memukuli, menginjak-injak, dan sebagainya) seperti yang telah menimpa Ade Armando pada hari Senin tanggal 11 April 2022.
Sila Kedua Pancasila kita adalah Kemanusiaan yang adil dan beradab, tapi mengapa kita masih sering dihadapkan dengan kenyataan yang sama sekali tidak beradab. Memperlakukan binatang saja tidak sesadis yang dialami Ade Armando, maka pantaslah kalau bapak Jokowi sampai mengatakan tindak tegas pelakunya, dengan ekspresi wajah beliau yang sangat serius ketika penulis menyaksikan berita di televisi.
Demo yang berjilid-jilid rawan kekerasan, penuh hasutan dan sangat mungkin banyak korban berjatuhan. Bulan Ramadan yang dinanti-nantikan dan dijalankannya ibadah puasa oleh saudara-saudara kaum muslim dan muslimah ini biarlah berlangsung tuntas/purna. Kita bersama-sama menyambut hari raya idul fitri dengan suka cita, saling bermaaf-maafan dan berjanji untuk tidak akan melakukan tindakan kekerasan dalam bentuk apapun, dimanapun dan kepada siapapun.
Damai itu indah, kesejukan hati membuat seseorang mampu berpikir jernih, bertindak sopan dan santun, serta berperilaku terpuji. Mari kita renungkan dan hayati bersama. Akhirnya untuk menutup tulisan ini, sekali lagi penulis mengajak semua pihak untuk: ‘Stop kekerasan sekarang juga!’
Jakarta, 25 April 2022
Salam penulis: E. Handayani Tyas; Universitas Kristen Indonesia – [email protected]
Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.