Puisi-Puisi Moch Aldy MA
Enam puisi Moch Aldy MA yang ngueng-ngueng

Di Sini ...
aku masih di sini. di negara yang terlalu lucu untuk diseriusi. bersama 271.349.889 jiwa, yang 7.000.000-nya sudah rangkap jabatan menjadi tuhan. di sini, korupsi, kolusi, & nepotisme tumbuh lebih subur daripada padi—yang harusnya menjadi komoditi utama negara agraria. di sini, jumlah omong kosong para pejabatnya jauh melebihi jumlah bintang di Galaksi Bima Sakti.
o sial, di sini, mural juga dianggap amoral. sedang konspirasi diperlakukan seperti karya seni. terdengar komikal dalam kacamata intelektual. tapi itu yang terjadi. di sini, banyak sekali oknum-oknum yang mungkin terlalu banyak untuk disebut sebagai oknum. & oknum-oknum yang terlalu banyak untuk disebut oknum itu hanya bisa batuk setiap saat, lalu menggertak: "anda mau saya persekusi sampai sekarat?"
di sini, di tanah air ini, nyawa lebih murah ketimbang tanah. lihat saja rakyat yang banyak ini! sorot mata mereka menginginkan kesejahteraan. o lihat pula para wakil rakyat ini! mereka muntahkan ketidakbijakan & menamainya kebijakan. o lihat! Orwellian State semakin dekat. satu sembilan delapan empat. serupa tanda-tanda akhir zaman; tetapi tanpa tanda-tanda akhir tiran. di sini, sejarah mengulang dirinya sendiri. setelah Jawa, 3M adalah kunci: memakai masker di perut yang sudah kenyang oleh rasa lapar; menjaga jarak dengan akal sehat dan hindari menyakiti perasaan tembok di trotoar jalan; mencuci tangan, jangan lupa, apalagi setelah blunder fatal.
di sini, Massifikasi ada di depan mata. akhir zaman memang edan. sedang Baudrillard tertawa dalam Hipersemiotika. & Messiah masih menunggu aba-aba dari tuhan untuk meludahi makna merdeka dari negara yang katanya sudah merdeka sejak tahun 1945. entahlah, panjang umur hal-hal baik. sebaik-baiknya ideologi tentulah Pancasila. tapi Orwell pernah berkata: "sering kali nasionalisme hanyalah fasisme dengan nama yang berbeda."—& Nietzsche hanya bisa bergumam: "hmmmm berhala baru!"
mungkin, memang tiada keadilan di atas tanah yang diciptakan tuhan untuk menghukum Adam beserta kepongahannya. tapi di sini, ketidakadilan itu terasa sangat nyata. & waktu terus berjalan. & kebodohan lahir setiap hari. tapi sayangku, dusta manalagi yang mau kita nikmati?
(2021)
-
Bila Setiap Kebahlulan Penyelenggara Negara (yang ... Beraneka Ragam & Tak Terhitung Jumlahnya) Dikonversi Jadi Sebulir Air
maka aku sudah mati
tenggelam
di palung paling dalam.
(2022)
-
Mantra-mantra!
konon kata kaki tangan oli gardan: mural bersinonim dengan amoral & sudah pasti nirmakna. nirmana mengungsi ke nirwana. seorang seniman jalanan meminta visa pada kemerdekaan, lalu melukis aporisma: realitas saat ini jauh lebih sureal dari The Persistence of Memory—di kepala Salvador Dalí.
seonggok 'hah?' bertambah-tumbuh di jantung logika. tiba-tiba. dor! tembaaaaaakkkkk! jadah! tiada hujan, tiada angin! dar! dor dar gelap. lalu menghilang, dalam kata dihilangkan. abrakadabra! ditemukan berita tentang 13 aktivis di tangan Guns N' Roses yang masih hilang. hmmm mari menguyah semiotika. baunya seperti bau arsenik di hidung hak asasi manusia. sebuah pena melahirkan di atas kuburan. suara ambulan terdengar: wiu! wiu! huuuuuu telat. penyair gadungan sudah membidani Lisensi Puitika—dari pantat bahasa yang sedang bosan. agar puisi bisa mewadahi depresi.
tapi sebelah mataku yang lain menyadari; air keras di mata Novel—sama kerasnya dengan bangkai batu bara di Kalimantan. halo, Kafka ... apakah kritik adalah kapak yang bisa digunakan untuk memecahkan lautan beku dalam tubuh negara? namun dibungkam pun tetap dibungkam. seperti berita buru-buru di atas jam tayang. oke, sekali lagi. halo, Einstein ... apakah kematian demokrasi mampu memengaruhi Dilatasi Waktu dari dunia bajingan ini?
sim sala bim! hakim menyunat masa tahanan seorang bangsat. sim sala bim! hukum berjalan seperti orang kasim. & ibu pertiwi menjadi yatim. & iklim saat ini masih menolak berganti musim. ah sial, kita mulai lagi. tahi-kucing! (suara bersin).
(2021)
-
Bila Aku Menulis Puisi dengan Roman-Roman yang Picisan
berpisah denganmu
adalah jalan terbaik
yang pernah kubangun
dengan berdarah-darah,
dengan penuh pelik,
dengan seluruh merah.
sedang jalan lain
adalah doa-doa
: semoga kita bukanlah
orang yang salah
di waktu yang salah.
(2022)
-
Lima Fragmen Eskatololgi
/1/
sayangku, lupakan skenario
akhir zaman versi Samawi
atau Ardhi. hidup, kini, hanya
tinggal tunggu seorang juruselamat
yang diurapi revolusi industri 4.0 ...
lupakan, seseorang seperti Mahdi,
Messiah, Maitreya, atau persona lain
yang terlampau kudus untuk dipahami
postulatmu yang telanjur Icarus.
/2/
ingatlah, juruselamat masakini
adalah HRD yang secara teatrikal
bertanya-tanya hal-hal komikal
dalam nuansa sakral—yang mesti
kaujawab dengan seribu Kuda Troya
di bawah lidahmu yang ... bisa dipastikan
nanti ingin sekali berteriak-mengatakan
alat kelamin lelaki—di hadapan
alat produksi semasih mempekerjakan
kata kerja pada Word, pada Excel,
pada Powerpoint, pada apa-apa
terkait pengerjaan-kinerja-kerjaan
yang lebih terlihat seperti dikerjai
ketimbang pekerjaan.
/3/
kau mesti mendandani mulutmu
24 x 7 jam secantik 72 bidadari
berdada Everest & berperangai lucu
seperti bayi-malaikat pada juruselamat:
yang bawa kata sifat Wall Street
di tangan kanannya; yang berwarna
penjamin hari senja, ditambah
penanggung kesehatan, dicampur
miniatur surga-duniawi; yang berbau
kertas-diagonal-merah dalam ukuran
5.7 inci; yang siap ditanamkan pada
tengah-tengah tengkukmu yang ...
hampir takluk pada pegal linu itu.
/4/
setiap senin sampai jumat
jangan lupa bergelut melawan
kemalasan dengan membadut
secara serius; kekesalanmu bukanlah
surplus, maka jangan ditransformasikan
dalam kalimat-kalimat bersinonim
"bangsat!" ... di aplikasi burung biru.
o jangan pula kau gabung
komunitas marah-marah.
ambil kitab berbahasa
yang bukan bahasa ibumu itu,
ayo konsumsi opiumnya—
biar sabar secara optimum.
/5/
sampai kau tua, sampai kau mati,
sampai seluruh waktumu hanya
tinggal tersisa 'tuk menjilat pantat
tuhan-korporat—demi tuhan, demi
naik gaji & jabatan—demi membeli
gengsi orang-orang yang peduli setan
apakah kau sudah merebut hidup
yang telah lama dicuri ataukah
sudah memilih 'tuk menjemput mati—
tetaplah teralienasi, demi tetap borong
tanpa ampun barang-barang yang ...
tak pernah kaubutuhkan sama sekali—
hanya demi mengesankan
orang-orang yang kau benci.
: o sungguh mengenaskan sekali
(2022)
-
Daftar Indeks Hari Sabtu-Minggu
& meretas mata. & menyibak jendela. & memandikan muka. & mandi. & menyikat gigi. & memakai baju. & berjemur di bawah mentari yang bersinar babi. & menyiapkan sarapan. & menyeduh kopi. & sarapan. & menyeruput kopi. & menyalakan rokok. & mengisap merokok sembari menunggu momen puitik jatuh menimpa lamunan. & memutar playlist musik. & menyiram tanaman. & memberi makan hamster. & memberi makan ikan. & memberi makan kucing. & duduk sendiri di beranda bersama hening. & mengucapkan selamat pagi kepada sayangku. & membersihkan rak buku. & menyadari bahwa mengeluh adalah mukjizat yang hanya dimiliki manusia. & merenungi bahwa kehidupan amat sangat bangsat, & hidup teramat singkat—di mata rentetan buku yang terlampau panjang, yang belum kubaca, yang terlalu sayang untuk sekadar kubiarkan berdebu. & menelurkan mantra-mantra berwarna mengeluh: haduh! haduh! haduh!
(2022)
Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.