KLARA

episode 3

KLARA

“Teteh duduk situ ..!” lelaki kurus berkalung handuk yang tadi bersamanya menunjuk sebuah tempat di pojokan kapal, dekat karung kelapa. Rupanya ia kapten kapal ini. Pantasan sedari tadi ia tidak kelihatan, dia duduk di dalam ruangan kecil di bagian depan kapal. Sepertinya itu ruang kemudi. Antara ruang kemudi dan kabin penumpang ada semacam sekat tapi terbuka, sehingga penumpang bisa melihat aktivitas kapten.

Kapten kapal lalu mengumpulkan ongkos dari penumpang kapalnya. Klara menyorongkan uang limabelas ribu rupiah yang diterima dengan cuek oleh lelaki itu. Klara menekuk lututnya dan berusaha duduk rileks. Ia mengikat rambutnya dan memakai sweater birunya. Sebentar lagi kapal muatan sayur dan barang kebutuhan rumah tangga ini akan berangkat. Dari perempuan yang mengobrol keras-keras tadi Klara tahu semua belanjaan ini milik warga Pulau Pari yang di beli di Pasar Induk kota.

Tidak ada klakson ataupun tanda saat kapal bergerak menjauhi pantai Kramat. Hanya ada mesin kapal yang dinyalakan dan suara dieselnya sungguh memekakkan telinga. Beberapa penumpang sudah mulai lelap tertidur di posisinya masing-masing. Kapten sedang mengobrol dengan satu kawannya sambil merokok. Tangan kanannya terampil memegang kemudi kapal. Klara membuang jauh pandangan ke laut lepas.

Tidak ada pulau yang nampak, hanya lautan dengan riak-riak kecil indah. Langit biru terang dan Klara dapat melihat busa air laut di sisi kanan kapal, dekat tempat ia duduk. Melalui pembatas terpal, ia menikmati pemandangan yang jarang ia saksikan; hamparan laut dan langit biru, amat serasi jika disandingkan bagai sepasang mempelai. Enak buat melamun, batinnya. Tak apalah naik kapal sayuran, toh ia bisa menikmati perjalanan ini.

Kapal melaju dengan tenang ke tengah laut. Makin ke tengah Klara melihat makin kecil kapal ini dibandingkan lautan yang akan diseberangi. Perasaan Klara mulai was-was. Ia melihat sekeliling, mencari-cari sesuatu. Tidak ada jaket pelampung. Hatinya ciut.

Di luar angin mulai kencang. Beberapa kali pembatas terpal di samping kapal terpercik air laut, tirainya pun terbuka setiap kali angin menerjang. Badan kapal mulai terasa oleng ke kanan dan ke kiri. Saking miringnya kapal, Klara sampai bisa melihat isi lautan dari tempatnya duduk, seolah seluruh isi kapal ini mau tumpah. Klara menjerit tertahan.

Brakkkk!!!

Tiba-tiba, kardus-kardus berjatuhan di dalam kapal. Ombak besar menghantam lambung kiri kapal dengan tiupan angin keras. Langit yang tadinya cerah berubah mendung. Awan-awan putih cantik itu telah hilang diganti gerombolan awan hitam yang menakutkan.

“Ya, Tuhan!”, pekik Klara kuat ketika kapal oleng diterjang ombak besar. Tangannya berpegangan pada apa saja di sampingnya.

“Gak papa, Neng, udah biasa kayak gini”, kata ibu tua yang melihatnya ketakutan

(bersambung)

Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.