Ma'e

Ma'e adalah sosok manusia yang ikhlas dan tulus menyayangi serta mengasuhku sejak aku bayi,karena aku sendiri tidak tahu siapa kedua orang tuaku.

Ma'e
Pixabay.com

"Allahu akbar Allahu akbar walillahilham"

 

Alhamdulillah,suara takbiran bergaung dimana mana pertanda besok lebaran,setelah satu bulan lamanya kita berpuasa.

Dan setiap malam lebaran ingatanku selalu tertuju pada seseorang.

Seseorang yang pernah menyayangiku sepenuh hati,seseorang yang sudah berpulang empat tahun lalu.

 

"Le kapan kamu pulang,besok udah mau lebaran, ma'e udah masak opor,sambel  goreng kentang campur ati ampela dan ini yang paling penting,ketupatnya juga udah mateng," itu kata ma'e setiap ditelpon sebelum lebaran,karena besoknya aku belum tentu bisa pulang.

Biasanya bisa pulang setelah seminggu lebaran karena alasan pekerjaan.

 

Ma'e adalah sosok manusia yang ikhlas dan tulus menyayangi serta mengasuhku sejak aku bayi,karena aku sendiri tidak tahu siapa kedua orang tuaku.

 

"Suatu kali saat subuh ada suara tangis bayi di belakang rumah yang masih kebun dan pohon pohon besar di dalamnya,aku dan ma'e yang membawamu dari belakang rumah,tubuh mungilmu teronggok disebuah kardus dengan selimut kumal dan sedikit darah juga serombongan semut yang mulai menggigiti ujung jemarimu."

 

Begitu cerita lek parjo setelah berulang kali didesak untuk memberi tahu siapa kah sebenarnya diriku.

karena aku mendengar selentingan di luar kampung bahwa aku bukan anak ma'e.

 

Aku  masih SMP saat itu,sudah jadi pemuda tanggung, tapi mainku sudah jauh, sampe luar kampung hanya sekedar buat kenalan dan mencari perhatian para gadis kampung sebelah.

 

Hingga suatu hari  terdengar kabar selentingan itu.

Kabar bahwa ma'e bukan orang tua kandungku.

 

Ma'e nggak pernah mau menjawab pertanyaanku,dia cuma terdiam,tak banyak bicara tapi dari sorot matanya terlihat kalau dia menyimpan sesuatu,sesuatu  yang tidak mudah untuk dia ungkapkan.

 

Hingga suatu hari lek parjo bercerita semua rahasia masa kecilku setelah dia berhasil menemukanku yang sudah hampir sebulan kabur dari rumah dan membuat ma'e kalang kabut.

 

Dengan becaknya lek parjo berhasil membawaku pulang dan akhirnya cerita itu mengalir membuka tabir rahasia masa laluku.

 

Seiring berjalannya waktu,aku mulai menerima semua kenyataan bahwa ma'e bukan orang tua kandungku dan berhenti untuk bertanya siapa orang tua kandungku.

 

dan selama masa pencarian jati diriku, ma'e tetap menyayangiku seperti biasanya.

 

Bahkan saat aku kelas tiga STM  dia semakin sibuk untuk menerima semua pekerjaan yang bisa dia kerjakan,dari bantu rias penganten,

bantu masak di hajatan,sampe jualan soto didepan rumah dia kerjakan.

 

"Pardi sebentar lagi mau lulus SMA,lalu kuliah,dan biaya kuliah kan nggak sedikit,makanya aku sibuk ngumpulin duit buat sangu dia kuliah nanti," 

begitu kata ma'e

Selintas kucuri dengar, waktu mae ditengok tetangga sebelah, karena dua hari nggak jualan setelah mogok, badannya sakit semua.

 

Ma'e memang sejenis manusia yang rajin,dia mau melakukan pekerjaan apapun,untuk membahagiakanku,bahkan dulu katanya sebelum aku ditemukan, mae terbiasa ngamen dari panggung hajatan sampe terminal,tapi semua itu ditinggalkan setelah aku mengisi kehidupannya.

 

Ma'e juga sangat menyayangiku,pernah dulu saat masih usia tiga tahun,aku sakit panas lalu kejang,mae panik teriak teriak keliling kampung sambil gendong aku pake kain,untung ada tetangga yang baik hati yang bantuin bawa ma'e sama aku kerumah sakit,selama seminggu ma'e nungguin aku sampe sembuh.

 

Dan yang selalu kuingat saat masih bocah 

saat lebaran Ma'e nggak pernah lupa sekalipun untuk membelikanku baju,sepatu dan sarung baru.

sementara dia sendiri jarang beli buat dirinya sendiri,kecuali baju atau sarungnya sudah bolong,

dia juga sudah jarang pake bedak dan lipstik tebal lagi seperti kebiasaan waktu muda dulu.

 

Sewaktu kuliah diluar kota,meski belum pernah sekalipun dia menengok,tapi dia sering menelpon,atau sekedar kirim sms,dan tidak pernah telat tranfer uang,meski aku sudah punya beberapa kerja sampingan.

 

Suatu hari Mae berlinang mata saat lebaran dan aku pulang,untuk memberi tahu kalau aku ingin melamar seorang gadis,dia mengusap kepalaku lalu memelukku, "selamat ya le,mae pasti setuju yang penting dia baik dan mau menerima kamu apa adanya.

 

 Acara lamaran berjalan lancar,meski pada awal awal keluarga calon istri agak sedikit gimana saat melihat mae,tapi itu hanya sementara,setelah berjalannya waktu mereka semua dapat menerima kehadiran mae apa adanya. 

 

Lebaran tahun berikutnya aku menikah,meski sederhana tapi cukup meriah,karena semua orang dikampungku mengantar ke acara pernikahan,kulihat mae sangat bahagia.

Setelah pernikahan aku tinggal diluar pulau mengikuti pekerjaanku dan jarang pulang untuk menengok ma'e.

Tapi ma'e pernah sesekali datang ke kotaku tinggal,sekedar menengok istri dan buah hatiku,anakku sangat dekat dengan ma'e,begitupun istriku,mereka cukup akrab meski jarang berjumpa.

 

 Hingga suatu hari diawal puasa saat itu anaku sudah menginjak usia empat tahun,lek parjo memberi tahu lewat telepon ma'e dirawat di rumah sakit,

Tak lama aku segera vidio call ma'e,meski lemah tapi ma'e masih memaksakan untuk tersenyum "tenang le ma'e nggak papa,cuma kecapean ,kamu nggak usah kesini kalau lagi sibuk,"begitu kata ma'e.

 

 Meski akhirnya aku tahu kalau ma'e berbohong karena menurut lek parjo sakit ma'e sudah parah ,dan aku diharuskan pulang oleh lek parjo.

 

 Aku segera mengurus surat cuti lalu memesan tiket pesawat yang paling awal untuk sampai kekotaku.

 

Ketika sampe kerumah suasana sudah ramai,aku sudah punya firasat jelek,dan benar saja,lek parjo segera memelukku

 

"Yang ikhlas ya le, ma'e sudah tenang,ma'e sudah pergi,ma'e sudah bahagia disana dan sudah tidak merasa sakit lagi,"

 

Aku sangat hancur saat itu,sosok yang paling menyanyangiku itu telah pergi untuk selamanya.

 

"Le sesuai pesan ma'e,dia ingin dimakamkan sesuai kodratnya sebagai lelaki,ayo barangkali kamu mau ikut memandikannya," begitu ajakan lek parjo sesaat sebelum memandikan ma'e.

 

"Ayo lek ,"jawabku sambil menyusul ketempat pemandian jenazah ma'e.

 

Setelah dimandikan,lalu dikafani sebagai seorang pria,kemudian dikebumikan di makam yang tak jauh dari kampungku.

 

Ya ma'e adalah ibuku sekaligus ayahku,dia adalah seorang ibu sejati yang bertubuh lelaki.

 

Terimakasih ma'e, diantara kekuranganmu,engkau telah berhasil untuk memenuhi pesan kedua orang tua angkatmu,

yang selalu cemas kalau saja tak akan ada yang bisa mendoakanmu kalau kau sudah tiada,karena tak adanya keturunan.

 

"Selamat lebaran ma'e,semoga engkau tenang dan bahagia disana,pardi akan selalu jadi anak mae dan tak lupa mendoakan ma'e  setiap habis sholat," 

begitu doaku saat lebaran dan bisa berkesempatan nyekar ke makam ma'e.

 

 

Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.