Perjalanan Peter (Bagian Kedua)
Cerita bersambung 2 bagian. Cerita fiktif ini terinspirasi dari sebuah berita.

Bagian kedua.
“Banyak amat bawa kopernya?, kan gue udah bilang, kali ini jangan banyak banyak, kita cuma pergi sebentar!” kata Peter.
“Kan bawa baju untuk pemotretan di Paris!” kata Jessica sambil sibuk membantu supir memasukkan koper-kopernya ke mobil.
“Kenapa nggak taruh di bagasi aja?” tanya Peter.
“Nggak muat, lagian gue ngga mau di bagasi, kotor!” kata Jessica.
“Dasar OCD loe!” kata Peter.
Mobil yang sebenarnya besar jadi sempit karena penuh koper.
Sampai kursi di samping supir pun diisi koper.
“Neng, jangan ditaruh di situ kopernya, nanti saya nggak keliatan kaca spion, bahaya!” protes supir.
“Ah kamu kan udah pengalaman nyetir lama, masa gitu aja ribut!” kata Jessica.
“Hati-hati di jalan ya. Semoga Tuhan beserta kalian!” kata Mamanya Jessica sambil mengecup keningnya.
“Mobilnya udah penuh Tante, cuma bagasi yang kosong! Kalau mau ikut, Tuhan cuma bisa di bagasi aja!” kata Peter bercanda.
“Hus, kamu tuh kalo bercanda suka terlalu ya!” kata Mamanya Jessica.
“Bye Ma!” Jessica melambaikan tangan pada Mamanya.
“Ayo cepetan, kita udah telat nih, kamu sih dandannya lama!” kata Peter.
Jessica segera masuk ke mobil.
Dia mengenakan kaos pink ketat dengan belahan dada rendah, memamerkan dadanya yang putih. Dipadukan dengan celana pendek putih.
“Kenapa sih kamu nggak pake pesawat pribadi aja?” tanya Jessica sambil merapikan rambut pirangnya.
“Lagi dipake sama Rosa!” jawab Peter.
Mobil mewah Peter segera melaju menuju bandara.
Peter mengecek text yang masuk.
“Thank you buat semalam sayang, Kamu memang hebat. Aku sampai kesiangan bangun hari ini, telat ke lokasi shooting.” Text dari Amanda, Bintang Sinetron yang sedang naik daun itu.
Peter tidak membalas textnya.
Jessica dan Amanda adalah Friend with Benefit-nya Peter.
Walaupun Peter tergila-gila dengan Maria. Tapi bukan berarti Peter berhenti bersenang-senang dengan gadis gadis lain.
Mana Tahan Peter menunggu Maria bertahun-tahun. Ada kebutuhan biologis yang tidak bisa menunggu.
“Kok loe akhir-akhir ini nggak pernah nonton fashion show gue lagi?” tanya Jessica.
“Sibuk.” kata Peter.
“Sibuk sama Agnes ya?, minggu lalu gue dengar loe jalan sama Agnes?” tanya Jessica mulai cemburu.
“Stop Jess!, Loe kan tau kita cuma teman. Loe teman gue, Agnes juga teman gue!” kata Peter mulai kesal.
“Sorry Peter, gue tau gue udah setuju dengan aturan loe, FWB. Tapi gue kan sayang eloe. Jadi gue jealous!” rajuk Jessica manja.
Dia memeluk Peter dan menciumnya.
Peter memejamkan matanya. Membayangkan Maria yang memeluk dan menciumnya.
Jessica menekan tombol untuk menutup tirai jendela pemisah dengan supir. Dia tidak ingin supir Peter menyaksikan kemesraan mereka.
Jessica melanjutkan mencumbu Peter.
Peter masih memejamkan mata, membayangkan Maria mencumbunya.
Tiba tiba sebuah Truck melaju dengan kecepatan tinggi di persimpangan jalan.
Pak supir kalah cepat mengendalikan mobil. Truck menabrak mobil itu.
Peter merasakan benturan yang keras.
Rupanya kantong udara pengaman masih belum mampu melindungi tubuhnya. Tiba tiba gelap.
Peter tersadar, membuka matanya.
Dilihatnya supirnya dan Jessica terbaring tak sadarkan diri.
Tubuh mereka hancur . Wajah Jessica tidak bisa dikenali lagi. Hanya rambut pirangnya yang terlihat.
Peter mencoba bangun perlahan-lahan. Dicarinya telponnya, tapi tidak ada.
Dilihatnya banyak orang mengelilingi mobilnya.
“Tolong telpon ambulan!” kata Peter pada seseorang.
Tapi orang itu tidak mengacuhkannya.
“Tolong telpon ambulan!” kata Peter pada orang lain lagi.
Tapi orang ini juga tidak mengacuhkannya.
“Peter!”, Tiba tiba dilihatnya Mama kandungnya berada di situ.
Peter memeluk mamanya.
Tangisnya pecah.
“Mama, Peter kangen Mama!” kata Peter.
“Mama juga kangen, sayang!” kata Mamanya, sambil memeluknya.
“Halo Peter!” Daniel adiknya ternyata juga ada disitu.
“Aku kangen kamu Bro!” kata Daniel sambil memeluk Peter.
Peter melihat sekelilingnya, ada Opa Omanya, ada beberapa kerabat dan teman temannya, yang semuanya sudah meninggal.
“Ayo ikut kita Peter!” kata Mamanya mengandeng Peter.
Peter mengikuti Mamanya.
Mereka membawanya pergi ke sebuah lorong.
“Mau kemana kita Ma?” tanya Peter.
“Tenang, pokoknya ikut kita aja!” kata Mamanya.
Mereka berjalan cukup jauh di lorong itu. Makin lama makin gelap.
Hingga mereka tiba di sebuah tempat yang sangat panas. Pengap dan berbau busuk.
Terdengar suara rintihan dan teriakan-teriakan memekakkan telinga.
“Kita ada di mana ini Ma?” tanya Peter.
Tiba tiba dilihatnya wajah Mamanya sudah berubah mengerikan seperti monster.
Mahluk itu tertawa keras.
“Kaget ya aku bukan Mamamu?” katanya sambil tertawa cekikikan.
“Siapa kamu?, di mana Mama saya?” tanya Peter.
Diliriknya wajah Daniel juga sudah berubah jadi Monster.
Semua wajah saudara dan teman temannya sudah berubah mengerikan.
“Siapa Kalian?” tanya Peter.
“Aku cuma pura pura nyamar jadi Mama kamu, biar kamu bisa kuajak ke sini!” katanya.
“Jadi kalian semua nyamar?” tanya Peter.
“Iya betul, kamu pinter!” tawa monster yang tadi menyamar jadi Daniel.
“Ada dimana kita?” tanya Peter ketakutan.
Peter melihat banyak mahluk mengerikan di tempat itu.
Mereka sibuk menyiksa manusia.
Ada manusia yang dilempar ke sungai api hingga terbakar hangus. Tapi tubuhnya kembali normal dan dilempar ke sungai api lagi berkali-kali.
Ada manusia yang dipotong tangannya, tapi tumbuh lagi, dipotong lagi, tumbuh lagi.
Mereka menjerit-jerit meminta ampun, tapi para monster tertawa terbahak-bahak.
Terlalu banyak hal-hal sadis yang dilakukan para monster itu pada manusia.
Beraneka-ragam tipe penyiksaan terhadap anggota tubuh yang berbeda.
“Ah, jangan, jangan!….,Tolong!..., tolong!…, Saya mau pulang, tolong!” teriak Peter ketakutan.
“Mau minta tolong sama siapa kamu?” tanya monster itu diringi tawa teman-temannya.
“Tolong , tolong….,Tuhan tolong… ,Tuhan….!” teriak Peter.
“Tuhan?, Ngapain manggil-manggil Tuhan?, Kan kamu nggak percaya Tuhan?” kata seorang Monster.
“Ada di mana kita?” tanya Peter.
“Di rumah baru kamu!” kata salah satu monster itu sambil cekikikan.
“Selamat datang di rumah baru, Peter!” kata Monster itu.
“Kamu milik kami sekarang!” kata seorang Monster.
Mereka cekikikan.
Beberapa Polisi mengelilingi Mobil yang hancur itu.
“Semua korban sudah meninggal pak!" kata petugas medis.
“Kita belum berhasil menemukan identitas mereka. Semua wajah dan tubuh korban hancur, tidak bisa dikenali lagi. Semua barang juga hangus terbakar!" kata salah seorang Polisi.
"Semua bagian mobil hancur terbakar, hanya anehnya bagasinya masih utuh, tidak rusak sama sekali!” kata Polisi lain heran.
Tamat
Catatan: Cerita ini adalah fiction belaka.
Namun terinspirasi dari kisah nyata tentang sebuah kecelakaan.
Di mana mobilnya hancur, tapi bagasinya utuh.
Ternyata ibu salah satu korban mendoakan anaknya sebelum pergi.
Namun anaknya berkelakar bahwa Tuhan hanya bisa menumpang di bagasi.
Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.