Perjalanan Peter (Bagian Pertama)

Cerita bersambung 2 bagian. Cerita fiktif ini terinspirasi dari sebuah berita.

Perjalanan Peter (Bagian Pertama)

 

Bagian Pertama


Peter kembali memperhatikan telponnya. Tidak ada satupun text dari Maria yang ditunggunya.
Padahal Peter sudah berkali-kali mengirim pesan untuk Maria.
“Selamat Pagi Maria.” ketik Peter.
“Sedang apa sekarang?” ketiknya lagi.
Tidak ada jawaban.

Peter sudah lama mengejar Maria.
Memang banyak wanita yang sok jual mahal.
Tapi biasanya Peter bisa segera meluluhkan mereka. Paling lama 2 bulan mereka sudah menyerah. Tapi sudah beberapa tahun ini Maria belum menyerah juga.
Entah apa yang membuat Maria terlihat begitu menarik di matanya.
Maria memang manis tapi tidak secantik gadis gadis lain yang sering dipacarinya.

Sebenarnya Maria biasa saja.
Kulitnya tidak putih, tapi tidak hitam. Matanya tidak besar, tidak sipit. Rambutnya tidak panjang dan tidak pendek.
Sebahu saja. Lurus biasa saja, tidak mengikuti trend gaya rambut.
Pakaiannya juga serba tertutup. Pakaiannya dari bahan murahan, sederhana, cenderung kuno. Tidak mengikuti fashion trend seperti Jessica dan gadis gadis lain yang biasa dikencaninya.
Hanya lesung pipit manisnya yang menjadi ciri khas-nya.
Gadis itu juga tidak pernah menggunakan make-up seperti wanita lain di kantornya.
Maria tidak banyak bicara. Tapi suaranya halus. Pembawaannya sopan dan lembah lembut.
Pembawaannya mengingatkan Peter pada almarhum Mamanya, yang sudah meninggal sejak Peter  masih kecil. Mamanya juga memiliki lesung pipit seperti Maria.

Maria bekerja di salah satu perusahaan milik Orangtua Peter yang konglomerat.
Sebetulnya Peter tidak perlu sering datang ke perusahaan itu.
Sudah ada CEO yang mengurus perusahaan itu. Peter hanya perlu datang sesekali saja.
Sebelum Peter bertemu dengan Maria, paling Peter hanya datang 3-4 kali setahun ke perusahaan itu. Tapi sejak bertemu Maria, Peter sering datang, minimal seminggu sekali.
Peter sering mencari alasan untuk memanggil Maria ke ruangan yang dipinjamnya dari CEO di situ. Pura-pura memberi Maria tugas. Hanya agar bisa berbincang-bincang sebentar dengan Maria.  Peter juga mendapat nomer telpon Maria dari HRD, bukan dari Maria.
Tapi Maria selalu menolak halus ajakan Peter untuk pergi bersama.
Semua hadiah mewah dari Peter juga tidak diterimanya.
Bahkan  Peter pernah meminta mereka mempromosikan Maria menjadi manager.
Maria menolak setelah tahu bahwa itu adalah hasil permintaan Peter.
Tapi Peter tidak bosan-bosannya berusaha mendekati Maria.

 

“Malam minggu saya harus jadi baby sitter.” kata Maria saat Peter mengajaknya pergi.
“Kenapa jadi baby sitter? Memang gaji kamu tidak cukup? Nanti saya suruh mereka naikin gaji kamu!” kata Peter.
“Bukan begitu, saya hanya membantu kakak saya yang malam mingguan dengan suaminya.” kata Maria.
“Baik sekali kamu bantuin kakak kamu. Jadi kamu berkorban tidak bisa malam mingguan.” kata Peter. Semakin kagum pada Maria.
“Kalau gitu, hari minggu paginya aja kita pergi yuk” kata Peter.
“Hari minggu pagi saya ke gereja.” kata Maria.
“Gereja kamu di mana?” tanya Peter.
Maria menyebutkan nama gerejanya.
“Boleh saya ke gereja kamu?” tanya Peter.
“Semua orang boleh ke gereja.” kata Maria tersenyum.
Lesung pipit manisnya membuat Peter gemas.


Peter tidak pernah ke gereja. Walaupun di KTPnya tertera beragama Kristen.
Dia dibesarkan di keluarga Atheist.
Mamanya sudah meninggal sejak Peter berumur 8 tahun.
Sejak itu Papanya menikah lagi dengan Rosa, bintang Film terkenal pada jaman itu.
Rosa yang tidak menginginkan anak tirinya, berusaha menyingkirkan Peter dan adiknya, Daniel.
Dengan dalih agar lebih lancar berbahasa Inggris, Rosa membujuk Papa mereka untuk memindahkan Peter dan Daniel bersekolah ke Amerika. Papanya menitipkan mereka pada adiknya, Lisa.
Lisa sudah lama tinggal di Amerika dan menikah dengan Brad, warga negara Amerika.
Lisa dan Brad lah yang membesarkan Peter dan Daniel.
Lisa dan Brad sangat liberal. Peter dan Daniel hanya memanggil nama mereka saja, bukan om dan tante. Mereka juga diberi kebebasan untuk melakukan apa saja.
Lisa dan Brad sangat menyayangi Peter dan Daniel seperti anak mereka sendiri, karena mereka tidak memiliki anak.
Tapi Brad seorang Atheist. Dan Lisa yang kristen KTP tidak pernah beribadah. Peter dan dan Daniel tidak pernah mendapat pelajaran agama selama hidupnya. Karena di sekolahpun tidak ada pelajaran agama.
Setiap tahun, Mereka merayakan Natal hanya sekedar unsur budaya saja. Tanpa ke gereja, tanpa ada unsur ibadahnya. Hanya sekedar pesta.
Setelah menyelesaikan program Masternya. Peter kemudian kembali ke Jakarta untuk membantu bisnis Papanya. Daniel masih menetap di Amerika untuk menyelesaikan kuliahnya.
Namun sayang Daniel meninggal  beberapa tahun lalu karena overdosis. Daniel memang sudah lama kecanduan obat.


Hari Minggunya, Peter menunggu Maria di halaman parkir gereja.
Ketika misa sudah selesai, Peter segera menghampiri Maria. Dia memakai gaun putih berlengan panjang, setinggi lutut. Sederhana tapi manis.
“Tambah cantik pake baju itu!” Puji Peter.
“Terima kasih.” jawab Maria.
“Tadi saya nunggu lama di mobil.” kata Peter.
“Kenapa tidak ikut masuk?, bapak Kristen kan?” tanya Maria.
“Saya cuma mau menunggu kamu, Saya tidak percaya agama!” kata Peter.
“Sekarang kita mau kemana nih, Kamu mau makan siang dimana?” tanya Peter.
“Terima kasih, saya mau makan siang di rumah saya saja.” kata Maria.
“Ayo saya antar ke rumah kamu. Saya ingin ketemu orang tua kamu.” kata Peter.
“Maaf, saya pulang sendiri saja naik bis.” kata Maria.
“Maria, saya sudah nunggu kamu lama di mobil, masa kamu nggak mau ikut saya?” kata Peter.
“Maaf pak, saya kira bapak mau ibadah ke gereja. Bukan untuk menunggu saya di lapangan parkir.” kata Maria.
“Maria!, cepatan! bis nya sebentar lagi datang!” panggil salah seorang temannya.
“Maaf pak, saya harus cepat pergi.” Maria segera pergi.
Peter segera masuk ke mobilnya.
“Gagal lagi Pak?” tanya supirnya mengoda.

“Kamu tau nggak, keluarga saya kan donatur tetap di gereja kamu” kata Peter pamer.
“Terima kasih atas bantuannya.” kata Maria.
“Mama saya juga dulu ke gereja itu.” kata Peter.
“Sekarang mamanya ke gereja mana?” tanya Maria.
“Mama saya sudah lama meninggal, sejak saya masih umur delapan” kata Peter.
“Maaf, saya tidak bermaksud…”
“Nggak apa apa…”Peter mendekat ke Maria. Menyentuh bahunya.
Maria menggeser duduknya , menjauh dari Peter.
Aduh disentuh bahunya aja dia pindah, pikir Peter tak sabar.
“Saya kira ibu Rosa….” kata Maria.
“Dia ibu tiri saya.” kata Peter.

 

Peter membuka bingkisan dari Maria.
Hatinya berbunga-bunga. Ini adalah hadiah ulang-tahunnya dari Maria. Hadiah pertama dari Maria.
Maria tidak datang ke undangan pesta ulang tahunnya. Tapi ketika Peter datang ke kantornya, Maria memberikan hadiah itu.
Ternyata isinya sebuah alkitab.
Peter tidak memiliki keinginan untuk membacanya. Tapi disimpannya alkitab itu dengan hati hati di lacinya.
Sudah ada kemajuan, mudah-mudahan dia akan segera menjadi milikku, pikir Peter senang.


Beberapa bulan kemudian, Peter masih selalu mengirim pesan setiap hari ke Maria.
“Sudah dibaca belum alkitabnya?” tanya Maria.
“Belum.”
“Baca dong”
“Saya nggak percaya Tuhan.” jawab Peter.
“Saya nggak pernah melihat Tuhan. Saya nggak percaya dengan dongeng!” kata Peter.
“Jadi kapan kamu mau pergi sama saya?” tanya Peter.
“Maaf, saya tidak mau dating dengan Atheist” kata Maria.
Peter seperti ditampar.

 

“Dia anak Om James, lulusan Harvard.” Kata papanya.
“Anaknya juga cantik, kamu ketemu aja dulu!” kata Tante Rosa, ibu tiri Peter.
Untuk kesekian kalinya Mereka berusaha menjodohkan Peter dengan anak teman teman mereka.
Kedua orangtua Peter juga dulu dijodohkan kakeknya.
Mama Peter juga berasal dari keluarga pengusaha sukses, tidak kalah dengan keluarga Papanya.
Namun setelah Mama Peter meninggal, Papanya memiliki kesempatan untuk menikahi wanita pilihannya sendiri. Tante Rosa.
“Kaya jaman Siti nurbaya aja dijodoh-jodohin!” seru Peter.
“Saya nggak mau nikah sama siapapun!” kata Peter.
Kecuali sama Maria. Bisiknya dalam hati.
Peter tidak pernah ingin menikah. Dia pemuja kebebasan.
Tapi demi Maria, Peter rela menikah.
Tapi gadis itu tidak pernah memberinya kesempatan sedikitpun.
Dan bodohnya Peter tidak juga mau menyerah.

 

Bersambung.

Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.