BALADA BERBURU SKRIPSI DITENGAH PANDEMI

BALADA BERBURU SKRIPSI DITENGAH PANDEMI
Busetttttt……
Tidak pernah terbayangkan sebelumnya jika ternyata kuliah ditengah pandemic bisa seribet dan segalau ini apalagi menjelang menyusun skripsi. Bagi saya yang pernah merasakan bagaimana nyamannya menjadi mahasiswa di era 90an, lebih tepatnya 1998, tentu saja merasakan perbedaan yang mencolok dengan kuliah online di tengah pandemic. Apalagi dengan kondisi sudah menikah dan memiliki empat orang anak sebenarnya bukan perkara yang mudah tapi itu bukan alasan untuk tidak menimba ilmu sebanyak-banyaknya. Namun kerempongannya sungguh membuat saya ingin menangis dan tertawa disaat yang bersamaan. Ada perasaan haru dan juga bahagia tapi juga ada perasaan gemas dikala sebagai istri dan mama harus menjalankan peran tersebut secara bersamaan dengan menjadi mahasiswa diusia kepala empat. Wadidawww....
Dan balada pun dimulai…
Ketika jemari saya mulai menari lincah mengetik baris demi baris kata dan keempat buah hati menunjukkan eksistensinya sebagai pemilik hati sang bunda tercinta…..
Anak kesatu,”Mamaaaaaa…..seragam hari Senin sudah diantar laundry apa belum ?”teriak si sulung dari tangga rumah menuju lantai atas kamarnya.
“Sudah, ada dilemari pakaianmu.” Jawab saya tanpa menoleh kearah si sulung karena memang sedang sibuk dengan buku-buku panduan dan laptop. Tiba-tiba teringat belum menyiapkan sarapan akhirnya aktivitas mengetik rehat sejenak. Saat dimeja makan saya melihat anak nomor dua turun dari kamar yang letaknya dilantai atas dengan kakak sulungnya tapi berbeda kamar. Ia kemudian mengecek koneksi wifi sambil sesekali menyugar rambut dikepalanya.
“Maaaa…aku mau ulangan IPA. Signal dari wifi gak bagus,” ujarnya dengan ekspresi datar. Anak nomor dua memang tergolong anak yang irit bicara dan hanya menyampaikan hal-hal yang menurutnya penting dan urgent.
“Ya sudah pakai kuota di hpmu saja,” jawab saya.
“Kalau gitu isikan pulsa Ma, aku mau beli paket,” lanjut si anak nomor dua. Saya pun bergegas mengisikan pulsa yang dimintanya.
Lalu saya melanjutkan aktivitas di dapur bertempur dengan bumbu-bumbu dapur, wajan, sutil, dan kawan-kawannya untuk menyiapkan hidangan makan siang, sekalian repot. Yuhuuuuu…dinikmati saja iya kannnn. Tetapi kala lelah hayati dan emosi jiwa melanda tinggal pesan gofood. Sekilas mungkin orang akan berpikir pemborosan tapi mereka bukan saya jadi tidak perlu mengambil hati gunjingan orang lain yang penting kita baik-baik menjalani hidup dan menjaga kewarasan ditengah kesibukan.
Saat hendak melanjutkan proyek skripsi, anak nomor tiga dan empat menghalau konsentrasi emak dengan celotehnya tentang ulangan Matematika dan signal yang naik turun.
Dan ketika emak hendak mengetik setelah jeda beberapa saat…
“Mamaaaa…lagi ulangan Matematika terus ini dilayar pada freeze semua,” celoteh anak nomor tiga yang diantara saudara-saudaranya memiliki kelebihan kosa kata alias cerewet.
“Udah gitu suaranya bu Guru timbul tenggelam, naik turun kayak roller coaster,”lanjutnya lagi.
Anak nomor empat, si bungsu yang mudah menumpahkan air mata mulai merengek,”Maaaa…nanti aku ketinggalan kerjakan soal-soal kalo begini caranya.”
Ohhh my Lord, berasa kiamat semakin mendekat. Jika signal yang lagi bermasalah terus emak bisa apa coba ? selain berusaha tenang menunggu signal kembali bersahabat.
Si sulung kembali bersuara lagi,”Mamaaaa….aku lagi ulangan Kimia. Listrik padam.”
Saya kemudian bergegas mengecek ternyata belum isi token listrik. Langsung gerak cepat isi token listrik secara online. Dan listrik kembali menyala. legaaa
Kringggg…suara dari telephone genggam tiba-tiba menjerit pelan karena volumenya sengaja dikecilkan. Suami tercinta diujung sana dilokasi pekerjaannya menyapa dengan lembut.
“Apa kabar hari ini sayang ?”
Berminggu-minggu tak bersua dengan pasangan jiwa lalu disapa hangat pasti meleleh iya kannn. Lebaiiii ya…tapi hanya istri yang suaminya bekerja dilokasi dengan jadwal rotasi yang bisa merasakan perasaan membuncah-buncah. hahahhahaha
“Puji Tuhan kabar baik cintaku,” jawab saya tak kalah lembutnya. Dan terkadang sebagai istri saya tidak bisa menceritakan segala hal ataupun mengeluh pada saat suami sedang bekerja dilokasi supaya konsentrasi bekerja tidak terganggu.
Dan begitulah sekelumit cerita tentang kegalauan saya yang hari-hari ini sedang memperjuangkan skripsi. Ada nilai perjuangan tersendiri memburu skripsi di masa pandemic yang entah kapan akan berakhir. Sementara itu semua proses belajar mengajar diseantero negeri berjalan secara daring yang diplesetkan orang – orang menjadi darting ( darah tinggi ). Untung saja saya bukan penderita hipertensi.
Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.