We Struck Gold

Cerita Perth

We Struck Gold
 
Aku cukup mengamati proses dari pembuatan film pendek karya keponakanku, Syarisa, dan teman-temannya dari Curtin University, Perth, Australia Barat. Baik melalui laman facebook resmi film tersebut, facebook pribadi Syarisa, maupun dari cerita-cerita sepupuku, Ami, yang adalah ibu dari Syarisa. The Eyes of Gosh adalah judul film pendek tersebut.
 
Begitu film tersebut release, tak sabar rasanya untuk bisa segera menontonnya. Aku berpesan pada Syarisa agar memberi tahuku apabila film itu mampir di Jakarta. Ami kemudian cerita bahwa Syarisa lalu mencari-cari kemungkinan agar film-nya ini bisa bertandang juga ke Jakarta.
 
Pada suatu hari, Lulu, temanku yang seorang dosen di program studi Film dan Animasi di UMN (Universitas Multimedia Nusantara), memasang sebuah pengumuman di facebook-nya. Yaitu, tentang perpanjangan pengajuan film untuk diikutsertakan dalam festival film mahasiswa tahunan UMN. UCIFEST nama festival tersebut, yang ajangnya sudah bersifat internasional. Artinya, mahasiswa dari luar Indonesia juga bisa ikut serta. Deadline-nya adalah keesokan harinya.
 
Pucuk dicinta ulam tiba! Kusampaikan berita itu kepada Ami. Syarisa merespon dengan mendaftarkan keikutsertaan The Eyes if Gosh ke UCIFEST. Senanglah hati, karena akhirnya bakal ada kesempatanku untuk nonton film-nya adek Syarisa.
 
Begitulah harapannya. Sudah diniatkan pula bila harus aku akan pergi ke Serpong, ke kampus UMN, tempat di mana festival film akan diadakan. Kabar lebih baik datang, bahwa pemutaran akan diadakan secara online. Cakep! Bisa nonton di mana saja.
 
Kapan? Mei 2023, kalau nggak salah tanggalnya adalah 20. Bahwa pemutarannya diadakan secara online, sungguh sangat melegakan. Karena, sepanjang Mei 2023 ternyata aku harus bekerja bersama seorang fotografer Belanda. Pemutarannya malam hari. Bisalah, karena biasanya malam hari kami sudah kembali dari lapangan.
 
Pada hari H-nya, aku berada di Jakarta. Dalam waktu antara setelah pulang dari Sulawesi dan sebelum berangkat ke Jawa Tengah. Dobel cakep! Dengan berada di Jakarta berarti internet bakal aman—bila berada di daerah, internet tak terjamin.
 
Sudah kusiapkan kudapan untuk teman menonton. Bukan popcorn, tapi liquorice tak manis kegemaranku. Oleh-oleh dari Belanda, bawaan sang fotografer. Dan, teh peppermint koleksi pribadi beli di supermarket. Cocok
 
Tibalah jam pemutaran The Eyes of Gosh. Aku hanya bisa tersenyum kecut. Di manakah aku berada? Kalau kau menebak bahwa aku terjebak di kemacetan Jakarta yang sumringah itu, kau layak dapat piring cantik dan sekaligus juga payung cantik.
 
Liwatlah kesempatan langka menonton film keponakan. Ini seperti mimpi yang kadang datang pada tidurku. Di mana aku berada dalam situasi hendak bepergian, tapi tak kunjung berangkat karena berbagai sebab. Ampun deh... Kecewa tentunya. Sangat!
 
Waktu berlalu, namun asa tetap tergalang. Yakin saja pasti akan datang kesempatan untuk menonton The Eyes of Gosh. Kapan pun itu.
 
Menjelang keberangkatan ke Perth awal September 2023, Ami si sepupu di Perth yang ibunya Syarisa, mengirimkan link sebuah acara di Perth.
 
"Hallo, ada yang berminat pergi?" tanyanya melalui WA grup kami.
 
"Mau...," jawabku segera bahkan sebelum membuka link tersebut.
 
Haha, itu jawaban standar-ku sebagai seorang bani gleeman. Apa saja yang ditawarkan pasti jawabannya gelem. Pokoknya, mau saja.
 
Tapi, yang penting di acara itu ternyata ada pemutaran tiga buah film pendek. Di antaranya adalah, film The Eyes of Gosh!
 
We struck gold!!! Itu saja!    =^.^=
 

Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.