Sebuah Malam dengan Rasa Karsa di Rumah Damais

Sebuah Malam dengan Rasa Karsa di Rumah Damais
 
Hujan yang turun sore itu, Kamis, 19 Mei 2022; cukup membuat kami cemas. Jam 18.00 nanti ada acara di tempat kami, Rumah Damais, di pojokan Kemang Utara, Jakarta Selatan.
 
Acara yang tak besar sebenarnya, kecil saja dengan undangan sekitar 30 orang, tapi kegiatan yang cukup penting. Pun lagi, ini adalah acara perdana di Rumah Damais.
 
Rumah Damais adalah sebuah sudut di Jakarta, yang diharap akan memperkaya dan membangun ekosistem budaya di Jakarta dan Indonesia.
 
Sebuah tempat yang merupakan bagian dari sejarah pasangan Louis Charles Damais dan Soejatoen Damais, serta tiga anak mereka yaitu almarhum Soedarmadji Damais, almarhum Thamara Damais, dan Asmoro Damais. Wadah bagi para keturunannya untuk meneruskan warisan pengetahuan, pemikiran, hobi, dan karya pendahulunya.
 
Dengan didukung oleh cinta dari para sahabatnya.
 
Kami percaya bahwa kebudayaan, cipta, rasa, dan karsa Nusantara kita ini layak diperjuangkan dengan penuh cinta. Sebagaimana dulu seorang putra Prancis yang bernama Louis Charles Damais datang dari Perancis ke Indonesia, dan lalu jatuh cinta pada semangat revolusi Indonesia dan dunia Epigrafi.
 
Acara yang dilaksanakan Kamis malam ini adalah satu langkah kecil yang dimulai dengan semangat yang sama. Sebuah acara yang merupakan kerja sama antara Rumah Damais dan École française d'Extrême-Orient (EFEO) Jakarta.
 
Dengan mata acara peluncuran buku karya Dr. Andrea Acri, dosen dan peneliti di EPHE, PSL University, Paris. Berjudul Dari Siwaisme Jawa ke Agama Hindu Bali, buku ini diterbitkan atas kerja sama antara Kepustakaan Populer Gramedia (KPG) dan EFEO pada November 2021. Merupakan kumpulan 10 artikel pilihan karya Dr. Acri, yang sudah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia.
 
Artikel-artikel tersebut ditulisnya dan diterbitkan dalam jurnal-jurnal ilmiah dan buku, dalam kurun waktu dari 2006 sampai dengan 2021. Berfokus pada Siwaisme (agama Siwa) dan tantrisme, di Jawa dan Bali pada zaman kuno, serta kelanjutannya (sebagai “agama Hindu”) di Bali pada zaman modern.
 
Umumnya, isi buku terbitan KPG ini menggarisbawahi keterkaitan praktik agama di Jawa dan Bali dengan tradisi Siwaisme, Brahmanisme, dan agama Hindu di India. Sambil juga menyoroti transformasi hingga pemribumian tradisi itu di Jawa dan Bali sepanjang waktu, dengan orisinalitas serta nilai intelektual dan spiritual yang tinggi.
 
Sebuah artikel tersendiri dalam buku yang berjumlah xxi+316 halaman ini khusus membahas awal perkembangan yoga di Nusantara.
 
Hujan mereda malam itu, dan para undangan berdatangan sesuai waktunya. Selama 40 menit Dr. Acri memaparkan garis besar isi bukunya, dan memperlihatkan sejumlah daftar pustaka yang menunjang tulisan-tulisannya.
 
Semoga, buku Dr. Acri ini bisa berguna dalam memperkenalkan keistimewaan keagamaan dan kebudayaan Jawa zaman kuno, kepada khalayak luas di Indonesia. Sekaligus, membantu mendalami permasalahan bangsa dan negara Indonesia pada masa kini melalui pemahaman masa lalu.
 
Puji syukur bahwa kegiatan perdana di Rumah Damais malam itu berjalan dengan lancar dan cukup sukses. Tak hanya awak Rumah Damais yang menarik napas lega karenanya, demikian pula pihak EFEO yang diwakili oleh Hélène Njoto.
 
Dr. Acri sebagai bintang malam itu juga merasakan hal yang sama. Ia puas karena tamu yang hadir merespon pemaparannya dengan baik, terutama saat berlangsungnya tanya jawab. Atmosfir Rumah Damais ternyata juga sangat mendukung, dan itu penting bagi cendekiawan asal Prancis ini.
 
Bagi Rumah Damais, kegiatan yang berlangsung sehari sebelum Hari Kebangkitan Nasional ini, merupakan sebuah landmark untuk turut terus memperjuangkan kebudayaan, cipta, rasa, dan karsa Nusantara.
 
Berbuat sekecil apapun, hari ini sudah dimulai.   =^.^=
 
 
 

Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.