Peran Komunikasi terhadap Sosial Media

Tentang bagaimana manusia berkomunikasi melalui sosial media dan permasalahannya.

Peran Komunikasi terhadap Sosial Media

Sejak zaman prasejarah, Homo Sapiens sudah berinteraksi satu sama lain entah melalui lisan, simbol-simbol yang mereka sepakati pada saat itu melalui media batu, dinding gua, bahkan mungkin daun. Yuval Noah Harari, penulis buku Sapiens, bahkan pernah menyampaikan dalam bukunya kalau gosip berperan cukup penting dalam membangun peradaban manusia. Dengan bergosip, interaksi antarmanusia dapat berkembang, kosakata bertambah, sehingga menimbulkan komunikasi yang lebih luas. Perkembangan bahasa juga dapat terjadi karena banyaknya interaksi nenek moyang kita pada saat itu dengan manusia-manusia lain yang saat itu mungkin sedang berdagang atau melakukan hal lainnya.

Bahkan seiring berkembangnya waktu dan perkembangan zaman digital, kita dipermudah dalam berkomunikasi tanpa perlu dibatasi oleh ruang dan waktu. Karena dengan sosial media, kita dapat bertemu dengan semua orang di mana pun mereka berada dan kapan pun kita mau.

Sosial media menjadi seperti pedang bermata dua. Banyak orang yang dapat menggunakannya untuk mengekspresikan diri mereka, menuangkan pemikiran, atau bahkan sekadar berbicara dengan teman-teman secara virtual. Namun, tidak bisa dipungkiri juga banyak masalah yang timbul karena adanya sosial media.

Seperti kaget akan kemajuan yang sangat cepat, banyak orang yang mungkin belum cukup dewasa dalam menggunakan cara komunikasi yang baru ini. Jika kalian aktif di sosial media, pasti sudah tidak asing lagi dengan adanya orang yang melakukan blunder dan klarifikasi. Entah mereka mengucapkan kata-kata yang menyinggung SARA, atau menyinggung suatu kalangan tertentu. Banyak juga yang mungkin sebenarnya apa yang dilontarkan oleh orang tersebut tidak bermasalah, namun karena cara penyampaian yang kurang tepat memancing netizen untuk berkomentar atas perbuatannya.

Netizen mengamuk, pembuat kesalahan pun bingung bagaimana cara menyelesaikannya, terbitlah klarifikasi. Setelah kesalahan yang diperbuat (atau mungkin hanya netizen yang baperan), si pembuat kesalahan akhirnya membuat sebuah vidio atau tulisan permintaan maaf dan menjelaskan kronologi yang sebenarnya terjadi kepada audiensnya. Dari permintaan maaf dan klarifikasi tersebut, banyak orang yang memaafkan tapi juga tidak sedikit orang yang tetap tidak menyukainya.

Sama halnya dengan komunikasi secara keseluruhan dalam lingkup mana pun selain sosial media. Kita mungkin mendapatkan masalah karena kurang tepatnya bagaimana cara kita menyampaikan sesuatu atau karena memang kita melakukan sebuah kesalahan, setelah itu akan menimbulkan perdebatan dengan orang lain. Namun, ketika kita kembali menyampaikan apa yang kita maksud dengan cara yang benar atau berani untuk meminta maaf, mungkin dapat membuat keadaan menjadi lebih baik.

Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.