Merayakan Tahun Baru Secara Islam
Seperti biasa jika tahun baru menghampiri, terjadi pro kontra terutama dalam umat Islam, padahal yang benar itu gini....

Seperti biasa jika tahun baru menghampiri, terjadi pro kontra terutama dalam umat Islam, padahal yang benar itu gini loh, tapi ini menurut saya loh dan saya biasanya benar kalau lagi tidak salah.
Ramai nih di media sosial, tentang haramnya melaksanakan tahun baru karena itu bukan budaya Islam. Adapula yang mengatakan bahwa tahun baru itu adalah acara yang bermula dari kebiasaan bangsa eropa dalam menyambut kelahiran dewa Janus, makanya awal bulan dalam setiap tahun diberi nama Januari. Dan hal itu dikatakan sebagai bentuk ikut-ikutan atau menyerupai suatu kaum.
Ada yang menggunakan dalil seperti ini:
من تشبه بقوم فهو منهم
“Orang yang menyerupai suatu kaum, ia bagian dari kaum tersebut” (HR. Abu Daud, 4031, di hasankan oleh Ibnu Hajar di Fathul Bari, 10/282, di shahihkan oleh Ahmad Syakir di ‘Umdatut Tafsir, 1/152).
Sumber: https://muslim.or.id/29205-perbuatan-yang-dilarang-karena-tasyabbuh-tidak-memandang-niat.html
Padahal bisa aja seseorang mengikuti tanpa berniat begitu, bukannya semua tergantung niat?
عُمَرَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّةِ وَلِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لدُنْيَا يُصِيبُهَا أَوِ امْرَأَةٍ يَتَزَوَّجُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ
Dari Umar radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Amal itu tergantung niatnya, dan seseorang hanya mendapatkan sesuai niatnya. Barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, dan barang siapa yang hijrahnya karena dunia atau karena wanita yang hendak dinikahinya, maka hijrahnya itu sesuai ke mana ia hijrah.” (HR. Bukhari, Muslim, dan empat imam Ahli Hadits)
Sumber: https://muslim.or.id/21418-innamal-amalu-binniyat.html
Berarti boleh dong kita merayakan tahun baru tanpa niat tasyabbuh?
Eh, tapi bukannya hadist tentang niat itu ditujukan untuk perkara ibadah, lagipula tasyabbuh tak memandang niat.
Waktu malam tahun baru beberapa tahun lalu, saya lagi asyik bermain sama anak di rumah, tetiba ada orang tua nanya
"Loh gak jalan-jalan tahun baruan??" Katanya dengan heran.
Ya, saya lebih heran lagi dong, batin saya "Saya yang masih dikategorikan anak muda aja males ikut tahun baruan, lah ini kok generasi baby boomers yang saya yakini dulu dulu gak sibuk waktu tahun baru, kok tetiba semangat ngikut ngerayakan tahun baru????"
Yah, mungkin niatnya baik, mereka dulu tidak merasakan hal-hal seperti ini, tapi bukankan kebahagiaan banyak jalannya? Dan saya memilih kebahagian dengan cara saya sendiri yang jauh dari fitnah dunia.
Jujur, dulu hal yang tak saya sukai dari tahun baru adalah ramenya jalanan yang menyebabkan jiwa introvert saya meronta, belum lagi suara petasan yang kadang bikin ngajak berantem sama yang bakar. Aneh aja, mereka yang bakar malah tutup telinga, padahal yang diharapkan adalah sensasi suara ledakannya, harusnya didengerin baik-baik dong.
Apalagi kalau lihat di zaman media sosial belakangan ini, begitu banyak yang buat postingan tentang resolusi tahun baru, apaaannn??? Hidup ngalir kayak aer selokan aja yang mudah terbawa arus dan mudah terombang ambing pake resolusi segala.
Lalu bagaimana sebaiknya seorang muslim merayakan tahun baru?
Begini caranya......!!!
GAK ADA!!
Tahun baru Islam aja adalah kreasi ummat Islam belakangan yang tak pernah dilakukan oleh generasi para sahabat Rasulullah ﷺ yang merupakan generasi terbaik Islam yang harusnya jadi rujukan bagi siapapun mencintai beliau ﷺ, apalagi tahun baru masehi yang isinya didominasi maksiat.
Ummat Islam yang merayakan tahun baru hanya akan dijalankan para KADRUN alias kadal gurun.
Dari Abu Sa’id Al Khudri radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَتَتَّبِعُنَّ سَنَنَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ شِبْرًا بِشِبْرٍ وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ حَتَّى لَوْ دَخَلُوا فِى جُحْرِ ضَبٍّ لاَتَّبَعْتُمُوهُمْ , قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ آلْيَهُودَ وَالنَّصَارَى قَالَ : فَمَنْ
“Sungguh kalian akan mengikuti jalan orang-orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta sampai jika orang-orang yang kalian ikuti itu masuk ke lubang dhob (yang sempit sekalipun, -pen), pasti kalian pun akan mengikutinya.” Kami (para sahabat) berkata, “Wahai Rasulullah, apakah yang diikuti itu adalah Yahudi dan Nashrani?” Beliau menjawab, “Lantas siapa lagi?” (HR. Muslim no. 2669).
Sumber https://rumaysho.com/3076-mengikuti-gaya-orang-kafir-tasyabbuh.html
Jalani malam tahun baru sebagaimana malam biasa, lebih baik di rumah aja, jauh lebih aman. Gak perlu berdoa supaya hujan, karena setiap orang yang emang niatnya kuat, pasti akan mencari cara lain untuk melakukan hal sia-sia.
Dalam masalah toleransi selain berpatokan dengan Al Qur'an dan Sunnah yang jelas lebih membawa kebahagian, sedangkan dalam KBBI saja toleransi bisa diartikan "membiarkan", nah saya sudah membiarkan ummat lain yang menganggap itu adalah perayaan, dan kita tak perlu ikut-ikutan, biarkan mereka merayakan dengan khusyuk tanpa campur tangan kita.
Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.