Lucunya Anak Gadisku

Humor kecil bersama anak gadis saat beli bor listrik untuk kakeknya.

Lucunya Anak Gadisku
Si cantik yang tak pernah lepas dari bapaknya

Pagi ini aku ingin memberikan kejutan buat bapakku, beberapa hari setelah aku cuti dari kerja dirantau beliau mengeluhkan mesin bor elektriknya macet di head drillnya. Mesin bor portable itu kini sudah tidak bisa dipakai lagi walau sebenarnya masih bisa diperbaiki. Tapi tak apalah, itung-itung buat investasi kelak.

Akhirnya kubuka aplikasi toko online buat cari perbandingam harga.

"Ah, masih bisa terjangkaulah," pikirku setelah melihat harga yang tertera dilayar gawaiku.

Sepulang menjemput sekolah anak perempuanku langsung kuajak keluar rumah tanpa ganti baju dahulu.

"Ga usah ganti baju ya nduk, nanti langsung saja kita kerumah Uti, makan disana," kataku.

"Kita mau kemana pak?" tanya anak gadisku.

"Ke jalan Doho, beli mesin bornya Kung," balasku.

Seperti biasa anak perempuanku ini suka sekali bercerita kalau kubonceng sepeda motor dan aku pasti mengangguk angguk dan balas sekenanya saja karena memang ga dengar semua celotehnya yang kalah sama suara angin menembus helm half faceku.

"Kita mampir ATM dulu ya nduk, ambil uang," kataku tanpa perlu menunggu jawabannya.

Anak cantik ini selalu mengikuti kemanapun bapaknya pergi, benar saja apa kata orang 'cinta pertama anak perempuan adalah bapaknya' dan aku adalah seorang bapak yang paling beruntung didunia.

Keluar dari ATM kuminta anak lucu ini menunggu sebentar sembari kuhitung uangnya dan memeriksa kartu ATM di tas agar tak lupa sebelum meninggalkan tempat itu.
Kulihat dia duduk termenung dipojok luar bilik ATM, iseng aku kerjain.

"Anak cantik, kamu nunggu siapa nak kok duduk sendirian disini, ayuh ikut om nanti kuantar ke orangtuamu?" kataku.

"Atau kamu mau jadi anakku aja piey nduk?".

"Ga mau om, aku tak nunggu bapakku yang ganteng saja," ketus anak gadisku.

"Asem," sungutku kena mental. "Baiklah, bapak tinggal nih."

"Bapakkkkk, ikuuuutt!" teriaknya mau nangis.

"Berarti bapak ganteng kan?" 

"Iya, ganteng om," katanya.

"Eh, kok jadi Om," sungutku.

Hahahahaha. Kami berdua pun ketawa renyah.

Kami berdua pun melanjutkan perjalanan kearah barat untuk mencari kitab suci, eh bukan ding, ke toko peralatan listrik di jalan Doho maksudnya. Gadis kecilku yang lucu ini tetep saja melanjutkan ocehannya seperti biasa, dan tetap saja kujawab sekenanya karena memang suara cemprengnya kalah sama suara angin yang menembus helmku.
Laju sepeda motor kupacu pelan ketika memasuki jalan Doho sambil mencari toko yang kutuju mencari tempat parkir untuk menambatkan kuda besiku ini.
Karena saat itu jalanan rame kugandeng dengan erat anak gadisku saat memasuki toko peralatan listrik.

Terjadilah tawar menawar harga barang dan memilih mesin bor tangan yang kuinginkan dengan mas penjaga tokonya, akhirnya pilihan jatuh pada merk BOSCH. Konon merk ini masih lebih unggul dibanding merk lain, begitu menurut kata bapakku.
Mahar 800 ribu akhirnya kuserahkan sama kasir toko setelah aku memilih barang yang pas dengan isi kantong.

"Loh, mana anakku?" batinku. Anakku hilang. Kutoleh kiri dan kanan kucari dia ga ada, kulompat lari keluar toko.

Bruk! "Aduh," kudengar ada yang berteriak mengaduh.

"Bapak iii sakit lhoo," kutengok kebawah ternyata  ada anak perempuan cantik dengan tatapan marah seakan mau menerkam mengarah padaku.

Ternyata anakku dari tadi jongkok disamping mungkin capek nungguin bapaknya nawar harga barang ngalahi ibu-ibu dipasar nawar harga cabe yang sekilonya tembus 100 ribu lebih hahahah.

"Yuk pulang," ajakku.

"Kuy," sahut anak cantik ini. "Mampir kerumah Uti Yani dulu yaa?" ajakku.

"Siap boss," sahutnya.

Sesampainya dirumah Uti kucari bapakku yang ternyata adalah kakek dari anakku sambil kuserahkan bor tangan yang baru beli. "Surprise" kataku.

"Apa ini?" tanya bapakku. "Mesin bor yang baru, sambil perbaiki mesin bor yang lama kan bisa pakai yang baru," jawabku.

"Harusnya ga usah beli yang baru, kan yang lama masih bisa diperbaiki".

"Alamak, kupikir senang dapat mesin bor baru," batinku (sambil tepok jidat). Gapapalah, suatu saat nanti kalau butuh pasti dipakai juga. Yang penting anakmu ini sudah mencoba membahagiakanmu ya Pak.

Kediri, 21:40
19 Juni 22

Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.