Semoga garisnya dua

Semoga garisnya dua
bydhari

SEMOGA GARISNYA DUA

Appt Impala, Luanda, Angola, Mid 2009

Tanggal  2 Juni 2009 nanti, anakku Bydhari genap berusia 3 tahun…

Hh, gak kerasa ya… apa kerasa?  Rasanya baru kemarin, saat hatiku terperanjat gembira melihat dua buah garis merah yg tergambar di test pack…  Setelah hampir 2 tahun menikah, akhirnya doa2 keluarga kami terkabul untuk “ segera dapat momongan”. Doa itu kedengarannya seperti doa yang klise, doa yang akan selalu di edit copy paste setiap kali ada kerabat yang menikah. Tapi.. orang gak mungkin meng-edit copy paste sesuatu seandainya  hal tersebut tidak ada mutu atau gunanya.. bener gak ?

Kehadiran Bydhari dalam hidup kami, adalah kehadiran yang sangat dinanti-nantikan…mengingat usia kami yang sudah tidak terlalu muda lagi ketika menikah, sehingga tidak ada alasan bagus apapun untuk menunda kehamilan. Meski demikian ternyata Tuhan memberikan kami waktu 2 tahun dulu untuk ‘berbulan madu’. 

Selama 2 tahun itu, tak henti aku berharap dan berdoa kepada Tuhan agar kami  segera diberi keturunan.. mengingat usia yang sudah dikejar argo. Kadang-kadang sampai kalimat dalam doaku benar-benar straight  to the point , seperti “Ya Allah tolong jangan kasih aku menstruasi bulan depan” atau “ Ya Allah, semoga yang tadi malam berhasil jadi keturunan kami” atau bahkan “ Ya Allah, beri hambamu dua garis kali ini”… (setelah dipikir-pikir lagi sekarang, kok doanya gak sopan ya..?)

Selama masa penantian itu, hampir setiap bulan kuhabiskan beberapa  test pack untuk menemukan ‘berita baik’. Bahkan aku punya beberapa teman yang selalu saling menelpon di tanggal-tanggal tertentu dengan kata pembuka “ Hallo jeng, satu atau dua garisnya?”  Kami dulu sama-sama tergabung dalam gang ibu-ibu kejar tayang, yang sama2 menunggu berita bahagia dan saling mendoakan.

Akhirnya di suatu Subuh di bulan Ramadhan tahun 2005, Allah menjawab doa kami. Sehabis shalat Subuh aku menemukan dua garis merah tergambar di test pack-ku… waah aku menjerit gembira dan hampir tak percaya melihat dua garis tersebut tergambar dengan nyata…  Saat membawanya untuk kutunjukkan  pada Bayu, suamiku,  mataku tak berani melepas tatapan pada garis tersebut.. takut-takut kalau meleng dikit garisnya kabur lagi.. (halah!)

Maka mulailah dari situ perjalanan Bydhari, bidadariku dimulai…

Sesungguhnya Nama Bydhari sudah dirancang sejak kami masih pacaran di Paris dulu.. Idenya dari aku duluan, aku ingin punya anak pertama perempuan.. namanya Bidari. Kenapa Bidari ? Karena aku ingin punya seorang anak yang memiliki sifat-sifat  seperti sifat bidadari yang cantik, baik hati, penyayang , penolong… dan beribu sifat indah lainnya. Kenapa bukan Bidadari ? Karena aku tahu anakku kelak memang bukan bidadari yang serba sempurna, dia pasti seorang anak manusia biasa.. kuberi nama dia bidari, bukan bidadari, agar aku siap menerima seandainya aku menemukan ketidaksempurnaan darinya..

Tanggal 2 Juni tahun 2006, aku melahirkan, dengan proses yang normal senormal-normalnya, tanpa induksi dan peridural.. Anakku perempuan, sehat, lengkap dan cantik sesuai dengan impian kami selama ini. Kami memberinya nama Bydhari Fardhanisa Giriansyah. Nama Bydhari diambil dari Bidari yang kemudian disesuaikan ejaannya oleh suamiku dengan komposisi huruf dari nama kami berdua, Bayu dan Cyndha. Fardhanisa artinya wanita yang diberi keutamaan, suatu doa yang dengan penuh harap kami sisipkan dalam namanya. Dan Giriansyah adalah nama belakang suamiku yang selanjutnya menjadi Nom atau family name kami.

Beberapa hari setelah Bydhari lahir, aku diperbolehkan pulang ke rumah…  Maka mulailah episode baru dalam kehidupan pernikahan kami, aku dan Bayu. Meskipun kami sudah lama menginginkan momongan, ternyata kami lupa untuk mempersiapkan diri kami sendiri dalam menerima perubahan yang ada.  Beribu kecemasan dan ketakutan bercampur aduk dengan kegembiraan yang ada. Tangisan Bydhari kecil di tengah malam yang lelap sempat membuat kami saling tuding tanggung jawab… Pengalaman pertama untuk memberikan ASI juga ternyata tidak semudah yang dibayangkan sebelumnya, tapi ini jelas bukan saat yang tepat untuk menyerah.  Ingatanku pun kembali pada doa kerabat-kerabat saat kami menikah, ‘Semoga Segera Dapat Momongan’,  inikah maksudnya? Kalau kita belum merasa siap kenapa harus cepat-cepat punya momongan? Tapi kenapa orang lain bisa? Karena orang lain dibantu baby sitter sedangkan aku tidak? Rasanya bukan itu jawabannya. Pertanyaan tersebut rasanya lebih tepat kalau dipertanyakan pada keikhlasanku.. dan ternyata benar.. setelah aku berusaha untuk lebih ikhlas, semuanya berjalan dengan lebih nikmat. Rasa canggungku sebagai seorang ibu baru akhirnya leleh oleh kasih sayangku pada Bydhari. Rasa gamang saat pertama kali menggendong dan memandikannya, berubah jadi kebutuhan pokok untuk selalu melihat wajah damainya dalam pelukanku. Bahkan dua bait saja nyanyianku sudah pasti bisa meredakan tangis kerasnya di malam hari.. Aku  membesarkannya tanpa bantuan baby sitter.Akupun berhasil memberinya ASI  eksklusif  bahkan melanjutkannya sampai usianya 2 tahun lebih sedikit.. (Bravo!)

Sekarang Bybid, begitu biasa aku memanggilnya, bukan bayi kecil lagi.. dia sendiri, dengan kebawelannya berbahasa campur aduk Perancis dan Indonesia, mengaku bahwa dia bukan lagi bébé tapi anak.  Setiap hari ada saja kelakuannya yang bikin aku kaget. Bawel, lincah, gak bisa diam, gak mau menyerah, keras kepala,loncat sana-sini, banyak nanya, jahil,mau tahuuuu aja… kadang-kadang aku merasa seperti sedang berkaca sama diriku sendiri… , dia sangat mudah sekali meniru apa yang kita katakan atau kita lakukan. Hal tersebut membuat aku harus sangat berhati-hati dalam berucap atau bersikap… pfiiuh.. kedengaran melelahkan ya? Tapi ternyata kehadiran Bydhari dalam hidupku membuat aku belajar banyak hal. Belajar bersabar, belajar mengalah, belajar ikhlas, belajar meredam ego..  dan belajar menghargai  jerih payah orang tua kita. Oalah.. ini toh maksudnya doa “Semoga Segera dapat momongan”? Karena, kalau dapat momongan kita ‘dipaksa’ untuk jadi orang yang lebih bijak. Suatu paksaan yang menyenangkan karena cinta dan kasih sayang jadi panutannya.

 Jadi intinya punya momongan bukan sekedar punya keturunan, tetapi punya kesiapan untuk menjadi orang tua yang (berusaha untuk)bijak. Itu sebabnya kenapa kerabatku gak langsung saja nulis di kartu ucapan selamat pernikahan kami dengan “Semoga garisnya dua” .

 

 --------o0o--------

Tulisan ini adalah sebuah tulisan lama, yang saya tulis saat kami sedang tinggal jauh dari tanah air. Kerinduan untuk bercakap-cakap dalam bahasa ibu dan keinginan untuk menceritakan kebahagiaan kami  membuat saya menuangkannya dalam tulisan.

Hari ini Bydhari tepat berusia 14 tahun. Semoga tulisan ini dapat menjadi saksi betapa berharganya kehadiran Bydhari di hidup saya, dan betapa banyak hal yang saya pelajari setelah kehadirannya...

Selamat Ulang Tahun Bybid.. Bidadariku tersayang.

 

Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.