KUMIS

KUMIS

Dulu saya suka sekali piara kumis, walau tidak lebat setidaknya cukuplah untuk penghias bibir saya yang agak tebel.
Tiap hari selalu saya usap usap itu kumis sampai tidak terhitung berapa kali tiap hari.

Ceritanya saya mau beres - beres kamar kost karena memang sudah berantakan sekali dan kotor dimana - mana.
Tapi ini perut tidak bisa diajak kompromi, akhirnya saya ke WC dulu untuk membuang hajat yang sudah memaksa untuk dikeluarkan.
Keluar dari pintu WC suasana kumuh semakin jelas terlihat, akhirnya saya singkirkan dulu barang - barang yang bisa diletakkan di tempat agar lebih rapi.

Lalu mulai membenahi mulai dari merapikan sprei, membersihkan debu dimeja dan di rak buku.
Lalu kakiku melangkah mengambil sapu dan mulai membersihkan lantai dari berbagai macam sampah yang berserakan.
Kasur sudah dibersihkan, meja dan rak sudah di lap bersih, lantai sudah saya pel dengan pewangi.

Tapi saya masih mencium bau yang tidak sedap di sekitar kamar, ouch saya lupa ternyata sampah belum saya bersihkan untuk diangkut ke tempat bak pembuangan sampah.
Lalu dengan segera saya cari tas kresek untuk membungkus semua sampah lalu di ikat dan segera saya bawa ke tempat bak pembuangan.
Saat kembali ke kamar saya masih mencium aroma tidak sedap, saya cari -  cari disekitar ruangan, di bawah kasur siapa tau ada sampah atau kotoran basah yang terlewatkan, tapi akhirnya nihil, aroma bau taidak sedap masih menjalar kemana - mana.

Saya ambil pewangi ruangan lalu saya semprotkan kesegala arah agar bau yang tidak sedap segera menghilang.
Tapi anehnya, bau tersebut malah berbaur dengan aroma pewangi yang saya semprotkan.
Aneh bin ajaib ! wah jangan - jangan ini aroma arwah atau aroma para leluhur yang masih gentayangan?
Bulu kuduk mulai merinding, saya berusaha menutup mata dengan tangan, menutup erat agar saya tidak melihat sesuatu yang bergentayangan.

Diantara kecamuk hati, saat tangan meraba wajah, lalu ke kumis, aroma itu makin merangsek dan aromanya kian tajam!
Saya baru tersadar, ternyata saat saya cebok tanpa sadar saya lalu mengelus - elus kumis, ternyata ada tai yang menempel di jariku dan berpindah kekumisku.
Pantas saja baunya tidak hilang - hilang, ternyata sumbernya ada di dekat hidungku!

Mulai saat itu saya berikrar tidak akan pelihara kumis lagi, biar saja wajahku kelimis agar bawanyak cewek histeris memanggilku... oppa !

Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.