Es Teler, XuiWie, dan kenangan masa kecil

Es Teler, XuiWie, dan kenangan masa kecil

Semalam setelah makan malam, kami berkendara mencari jajanan yang menyegarkan. Beberapa saat ini, bahkan di malam haripun, udara terasa panas dan sumuk.  Terbayang kesegaran es teler durian yang kami beli beberapa hari lalu, kamipun berniat menikmatinya lagi.

 

Suami saya memutuskan untuk mengambil rute berbeda dari biasanya karena rute yang semula hendak dilalui sangat padat merayap. Dengan rute yang berbeda, suasana barupun kami dapatkan.  Si kakak yang beberapa saat ini sedang dalam puasa handphone nampak cukup menikmati situasi kota di luar mobil kami.

 

Dekat dengan perempatan, di sebelah kanan jalan, ada hal yang menarik mataku. Tampak sangat jelas dan menyolok mata. Layar besar berwarna merah dengan tulisan putih: XuiWie.

Lokasinya bersandingan dengan gerai es krim viral bermaskot manusia salju itu. Bila tidak jeli melihat, akan nampak sama saja.

 

Namun tulisan itu menarik perhatianku. Ada rasa geli tergelitik untuk menguliknya. Spontan aku tanya pada si kakak, "Ci, tahu nggak artinya swiwi?" "Nggak tahu." Jawabnya. Nampak belum tertarik dengan percakapan kami. Akupun melanjutkan," Swiwi itu dari bahasa apa?" Berpikir sejenak, diapun menjawab, "Mandarin." 

 

Tergelak-gelak aku dan suamiku mendengarnya. "Salaah." Kata suamiku, geli. "Terus apa dong?" Tanya si kakak. "Swiwi itu dari bahasa Jawa, ci." Kataku. "Swiwi itu sayap ayam." Susul suamiku. Si kakak ikut tertawa.

 

"Tahu nggak tulisan swiwi tu gimana?" 

tanyaku. "Mmm... S-U-I-W-I?" Tanyanya ragu sambil ketawa kecil. "Bukan. Tulisannya S-W-I-W-I." Dan kami pun ketawa lagi.

 

Hal- hal semacam ini mengingatkanku pada masa kecil dulu. Ketika anak-anak sekolah masih fasih berbahasa Jawa. Kepada Guru dan orangtua teman kami, kami secara otomatis akan berbicara dengan menggunakan krama alus. Ketika bercakap-cakap dan bersendagurau dengan teman, kami saling ngoko. 

 

Anak-anakku rupanya sudah tidak mengalami suasana tersebut. Mereka lebih banyak menggunakan bahasa Indonesia, sehingga bahasa Jawa terasa asing.  Mereka masih bisa memahami percakapan bahasa Jawa karena kami masih melakukannya. Tapi untuk berbicara, terdengar lucu. 

 

Tidak lama, tibalah kami di warung es teler itu. Aku menyuruh mereka untuk memesan. 

" Mbak, beli es teler duriannya satu. Tambah es podengnya satu." Begitulah aku mendengarkannya memesan es. Dua menu es jadul yang juga mewarnai masa kecilku dulu. Es spesial yang hanya bisa dinikmati saat acara khusus.

 

Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.