KUE RINDU

Kue Rindu
Sudah beberapa hari ini, aku jarang melihat mami bersemangat untuk makan atau ngemil sehabis berbuka puasa.
Beliau merasa sepi meskipun suasana di rumah ramai, mungkin imbas dari tidak berkunjungnya teman-teman beliau yang tinggalnya tidak jauh dari rumah, sehubungan virus covid 19 ini.
Biasanya bila akan berbuka puasa beliau senang membuat cemilan seperi pisang goreng, kolak dan lain-lain tuk saling bertukar, di situ lah letak semangatnya, maklumlah mamiku sudah lanjut usia, bahagianya itu bila bisa saling berbagi dan bertegur sapa dengan teman lansianya.
Aku selalu bersyukur dalam lubuk hatiku yang terdalam, beliau masih sehat dan bersemangat. Setiap aku pulang pasti mami sibuk menawarkan apa saja yang sudah dibuatnya.
Kebetulan hari Sabtu kemarin, aku menemukan tepung nastar di minimarket, maka terpikirkan ide tuk membuat kue nastar bersama beliau, segera kusiapkan beberapa bahannya, sayang dari semua bahan, tidak menemukan butter, karena tujuannya hanya tuk penyemangat mami agar bisa melupakan risaunya maka ku ganti saja resep butternya dengan mentega, kurasa tidak akan mempengaruhi rasa yang signifikan.
Sesampainya di rumah, segera kusiapkan oven dan loyangnya. Mami terheran-heran, karena setiap menjelang hari raya Idul Fitri, aku pesan kue nastar pada temanku. Tapi kali ini, aku justru mau membuatnya bersama beliau.
mami : "Buat apa kamu beli tepung, telor, mentega dan selai nanas?"
Sambil tersenyum dan memandang sayang ke arah mami, "aku mau belajar buat kue nastar sama mami, seperti dulu ketika aku belajar buat kue bolu," jawabku sambil mulai mengolesi loyang dengan mentega.
Tiba-tiba mamiku bergegas ke dapur, beliau langsung menurunkan kompor minyaknya. Dan dengan semangat dibuka dan dibersihkan serta diisi minyak tanah.
me : "Mam..kenapa jadi repot membersihkan kompor, di sini saja temani aku menakar seperti resep ini."
mami : "Biar apinya stabil dan kuenya juga matang rata."
Ada rasa bahagia di hatiku, ternyata mamiku masih bersemangat, dan mau repot.
Maka setelah urusan kompor beres, mamipun kembali padaku.
Dengan jemarinya yang sudah keriput, mulai menguleni kue nastar, membentuk dan mengisinya dengan selai nanas. Sementara aku bertugas memanggang kue-kue yang sudah tertata rapih di loyang.
Ku perhatikan mami yang sedang asik membentuk adonan, beliau sepertinya sudah bisa melupakan risaunya, dan larut dalam kue nastar.
Setelah semua selesai dan kue-kue nastar sudah matang, kami masukan dalam toples-toples kecil, karena kerisauannya dari rasa rindu, maka untuk solusinya nastarpun dikirim ke temannya, sebagai peluruh kangen.
Tidak lama kemudian berderinglah ponsel tua mamiku, ada ucapan terimakasih dari sebrang sana, dan berbuka puasa kali ini, ada tawa renyah serta binar bahagia yang tidak bisa kulukiskan..
melati/100520
Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.