Kamu Tak Harus Juara untuk Jadi Hebat
Ketika hidup terasa berat dan kegagalan datang bertubi-tubi, bertahan pun sudah jadi bentuk kemenangan. Baca kisah reflektif ini dan temukan alasan untuk tidak menyerah.

“Kamu tak harus juara untuk hebat. Bertahan di tengah badai pun sudah menunjukkan kekuatanmu.”
Ada satu masa dalam hidup saya di mana bangun dari tempat tidur saja rasanya seperti memenangkan sebuah perang besar. Nafas terasa berat, mata lelah sebelum benar-benar terbuka, dan hati terasa kosong. Bukan karena tidak punya tujuan, tapi karena terlalu banyak luka yang belum sempat saya rawat. Saat-saat itu, saya tidak ingin menjadi hebat, tidak ingin jadi siapa-siapa. Saya hanya ingin berhenti. Berhenti berusaha. Berhenti bermimpi. Berhenti berharap. Berhenti hidup?
Semua kegagalan yang saya alami membuat saya lelah bukan main. Rasanya seperti membangun rumah dari pasir, hanya untuk melihatnya runtuh sebelum atapnya selesai. Saya pernah mencoba sekuat tenaga, menaruh seluruh hati pada sesuatu yang saya yakini akan berhasil. Tapi nyatanya, dunia tidak selalu berpihak pada niat baik. Dan saya harus menerima kenyataan kekalahan itu, dan berulang kali.
Ada malam-malam di mana saya menangis tanpa suara. Bukan karena malu, tapi karena sudah terlalu sering merasa kecewa yang kemudian membuat jiwa ini lelah. Bahkan berlanjut dengan kekecewaan pada diri sendiri. Saya sempat berpikir, mungkin saya memang tidak cukup baik. Mungkin saya memang bukan ditakdirkan untuk berhasil.
Tapi seiring waktu, ada satu kesadaran kecil yang tumbuh perlahan. Senyap. Diam-diam, tapi pasti. Seperti tunas kecil yang muncul dari sebutir benih.
Saya tidak bisa berhenti dan menyerah. Saya tidak punya kemewahan untuk menyerah. Tidak. Tidak hari ini. Tidak sekarang. Hidup, sesulit apa pun, pasti akan tetap berjalan. Matahari tetap terbit, tagihan tetap datang, dan orang-orang yang saya cintai (pasti) tetap butuh saya. Orang-orang yang mungkin tak selalu terlihat, tapi diam-diam mendoakan saya setiap malam.
Saya bertahan karena saya masih punya mimpi yang belum saya raih. Mungkin kecil. Mungkin sederhana. Tapi itu cukup jadi nyala kecil yang menolak padam.
Saya bertahan karena saya ingin suatu hari melihat diri saya sendiri di cermin dan berkata, “Terima kasih sudah tidak menyerah waktu itu.” Saya ingin membuktikan pada versi diri saya yang rapuh, bahwa saya bisa sampai sejauh ini bukan karena selalu menang, tapi karena selalu memilih untuk melanjutkan. Dan hari ini, saya masih bertahan. Bukan sebagai pemenang, tapi sebagai seseorang yang tidak menyerah. Itu saja sudah cukup hebat, buat saya.
Saya bertahan karena saya tahu ada orang lain di luar sana yang mungkin juga sedang berjuang, merasa sendiri, merasa tidak cukup. Dan mungkin, suatu hari nanti, cerita saya bisa jadi alasan mereka untuk bertahan juga.
Seiring bertumbuhnya kesadaran itu, saya mulai melihat kegagalan sebagai bagian dari hidup yang pasti tidak bisa saya hindari. Saya tidak suka, saya benci kegagalan itu, tapi sekali lagi, saya tidak punya pilihan. Saya harus berdamai dengannya. Karena nyatanya, dari semua kejatuhan itu, saya belajar banyak hal yang tidak pernah saya temukan saat hidup baik-baik saja.
Dari segala kejatuhan yang telah kenyang saya cicipi, saya belajar tentang sabar, tentang ketulusan, tentang kekuatan yang saya sendiri tidak tahu ternyata saya miliki. Dan pelan-pelan, saya belajar untuk bangkit. Mungkin tertatih, mungkin tidak secepat orang lain. Tapi saya bangkit.
Hari ini, saya mungkin bukan pemenang. Saya tidak membawa trofi itu, tidak berdiri di atas panggung, tidak ada riuh tepuk tangan dan tidak disorot sorai pujian. Tapi saya masih di sini, kok. Saya masih bisa bangkit. Melanjutkan untuk berdiri tegak. Masih sanggup melangkah. Dan bagi saya, itu sudah cukup. Itu pencapaian yang sudah luar biasa.
Kamu juga tidak harus juara untuk menjadi yang hebat. Tidak perlu menjadi pemenang di dalam setiap pertempuran. Cukup bertahan di tengah badai pun sudah menunjukkan kekuatanmu.
Percaya deh, kamu tidak harus terlihat heroik di semua perjuangan. Kadang, hanya dengan tidak menyerah saja, kamu sudah menjadi versi terbaik dari dirimu hari ini.
Pernahkah kamu ada di titik itu? Di titik terlelah, dan ingin menyerah saja namun tetap memilih bertahan? Apa sih yang membuatmu tetap berjuang sampai hari ini?
Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.